MELEPAS BELENGGU DENGAN TAQWA (IDUL FITRI 1434 H)

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434 H MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN

Belajar dari Kisah Nasruddin Hoja dan Keledai Pemberian Timur Lenk

“Pendekatan ala Nasruddin Hoja kali ini memang benar-benar menjadi inspirasi bagi kita semua"

THE POWER OF HIJRAH

Dengan semangat, dan nilai-nilai serta hikmah hijrah kita harus berpindah dari seperti bui menjadi gelombang dan cinta dunia menjadi Cinta Akherat, takut mati menjadi rindu kematian akan Jihad. Sehingga Persatuan Muslim dan kemardekaan Palestina dapat terwujud (jml)

SEANDAINYA IRAN DI GEMPUR

"Semoga saja perang tidak terjadi sebuah harga yang sangat mahal hanya untuk menjawab posisi dan konspirasi"

ISRAEL : PERGULATAN ANTARA ASIMILASI DAN MEMBANGUN SEBUAH NEGARA

"Hingga sekarang memasuki tanggal 14 Mei 2012, 64 tahun kemardekaan Israel dan 64 tahun pula bangsa Palestina terombang ambing dalam pusaaran kebiadaban dan ketidak pastian"

Minggu, 24 Agustus 2014

Duka Palestina Dalam Bingkai Narasi



Boneka anak palestina di tengah puing-puing reruntuhan bangunan akibat serangan udara Israel 11 Juli 2014  (AFP Photo / Mohammed Abed di kutip Russian Today)

Oleh : M. Jamil

Karya Sanaa’ Kamal yang di muat harian Libanon Al Alkhbariyah English berjudul  Gaza: The story of a Palestinian father who lost his children in the darkness  menjelang hari Raya Idul Fitri dengan gaya tulisan Narasi atau bercerita benar-benar akan membuat  setiap orang tua, ayah dan ibu akan segera memeluk anak-anak mereka. Bagaimana tidak! Melalui karya nya Sanaa’ Kamal, mampu menggambarkan dan menyentuh sisi sensitif pembaca nya sehingga apa yang di rasakan oleh seorang bapak bernama Abu Mohammed Shabet dapat pula di rasakan bagi pembaca.
Karya Sanaa’ Kamal mengkisahkan seorang ayah bernama Abu Mohammed Shabet yang tinggal bersama ketiga orang anak-anaknya  di wilayah Hayy al-Touffah yang berada di sebelah Utara-timur  kota Gaza. Celakanya kota tempat ia membesarkan ketiga orang anaknya dengan kasih sayang merupakan pintu masuk puluhan ribu pasukan Darat Israel dengan senjata lengkap serta ribuan kendaraan lapis baja. 
Tak seperti sanak keluarga atau para tetangganya  yang lain memilih mengungsi untuk menghindari hal-hal yang  tidak di inginkan,  Abu Mohammed Shabet memilih untuk tetap bertahan. Baginya selebaran–selabaran ancaman Israel untuk mengosongkan rumah para penduduk di sekitar kota hanyalah omong kosong belaka. Ia tetap merasa aman bersama ketiga orang anaknya berada di rumah.
Azan maghrib pun tiba, mau tak mau kedap-kedip cahaya lilin kini yang dapat di handalkan sebagai pengganti sang Surya. Maklum penerangan dengan menggunakan daya lstrik sudah lama terputus akibat pembangkit listrik hancur karena gempuran tentara Israel. walau dengan cahaya lilin sedikit pun tidak mengurangi bahagia dan indahnya suasana  berbuka puasa ia bersama ketiga orang anaknya.
Kebahagian berbuka puasa seketika berubah tak kala telinga kecil ketiga orang anak Abu Mohammed Shabet mendengar jelas suara ledakan-ledakan bom seolah semakin mendekat. Mereka pun memaksa sang ayah untuk pergi meninggal rumah seperti halnya yang di lakukan oleh saudara dan tetangga mereka.  Sang ayah berusaha menenangkan mereka dengan berkata “jangan khawatir tidak terjadi apa-apa dengan kita, bom berada jauh dari kita”.
Tak lama setelah ia selesai berkata,  ledakan kuat terdengar dan kebakaran besar terjadi di dalam  rumah tempat mereka berkumpul. Abu Muhammad Shabet selamat dari ledakan namun tidak untuk ketiga orang anaknya. Tubuh-tubuh mungil itu tak mampu menahan dahsyatnya ledakan bom.  Abu Muhammad Shabet sangat terpukul, ia mendapati salah satu bagian tubuh anaknya berserekan di depan matanya.
ia berteriak keras Dia berteriak "Tidak mungkin, Ya Allah, jangan pisahkan saya dari mereka. Saya ingin melihat mereka ya Allah, aku masih ingin mereka. Ya Allah, aku berjanji untuk membelikan mereka baju baru untuk Idul Fitri dan saya belum memenuhi janji saya. "
  Abu Mohammed Shabet kini tetap bertahan dan merelakan ketiga orang anaknya. Ia bangga dan di banggakan oleh rakyat Palestina yang telah memiliki investasi berupa ketiga orang putra yang meninggal syahid.
 Apa yang menimpa Abu Mohammed Shabet merupakan salah satu bagian dari tragedi yang  menimpa saudara-saudara kita di Jalur Gaza, Palestina. Tragedi yang sudah sangat lama dan berulang berupa penyiksaan, penangkapan dan pembunuhan hingga ancaman pemusnahan secara masal. Kini melalui sandi Operation Protective Edge, Israel kembali menemukan pembenaran dengan tuduhan kematian tiga remaja Israel oleh Hamas yang harus di tebus dengan kematian warga gaza yang hampir menenembus 2.000 jiwa, 6.000 orang yang terluka,  ribuan rumah yang hancur luluh lantah.
 Tercatat sudah tiga kali Israel melakukan peperangan besar melawan Hamas pasca Kemenangan Hamas pada Pemilu tahun 2006. Peperangan dengan sandi Operation Protective Edge (operasi keamanan Perbatasan) dapat di kategorikan serangan terbesar yang di lancarkan Israel, dari segi Pengerahan Pasukan dan peralatan Tempur, serangan maupun jumlah korban.
Alangkah benar-benar dustanya para petinggi Israel dengan sandi Operation Protective Edge mengatas namakan membela diri. Apakah seorang yang membela diri melakukan penghancuran dan pembunuhan secara besar-besaran tanpa menghiraukan hukum Perang yang tidak memperbolehkan membunuh jiwa yang tak berdosa seperti orang tua, wanita dan anak-anak. Atau bukankah Seorang membela diri hanya pada batas melakukan serangan sebatas serangan lawan dan atau tidak melampaui batas? jika seorang kolumnis Haretz menulis mengangkat tajuk tentang perang kali ini mengajak para tentara zionis  kembali kepada Taurat untuk sebuah kemenangan mengapa pula tidak di sertai dengan nilai-nilai luhur taurat sebagai garis batas nilai kemanusian dalam hukum perang?. Cukup  sudah bagi Israel untuk  berdalih membela diri dan menjaga keamanan. Pencaplokan melalui pembunuhan secara massal rakyat Palestina di jalur Gaza adalah tujuan utama.
  Tragedi yang mengundang sebuah Ekspresi berupa perasaan, marah dan sedih sekaligus rasa cinta melihat saudara-saudara kita. Rasulullah mengajak umat Islam untuk mencintai dan menyayangi saudara-saudaranya dengan membuat sebuah perumpaman yang sangat baik. Rasulullah menyebut umat muslim itu merupakan sebuah anggota tubuh, yang saling merasakan apabila rasa sakit mendera. Rasa sakit seperti yang di sampaikan Rasullulah merupakan sebuah fase awal yang harus di miliki bagi kaum muslimin sebagai daya dorong dan daya fikir untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina dengan segala cara dengan berbagai potensi diri yang di miliki oleh masing-masing individu kaum muslimin.
 GAZA
Gaza benar-benar begitu mencekam
tak ada lagi  engkau temukan Senyuman dan gelak tawa
atau kerumunan bocah-bocah mungil bermain di jalanan
Kegembiraan dan kesenangan terampas berganti darah dan air mata
Ribuan anak anak menjadi yatim
Atau ratusan hingga ribuan para orang tua kehilangan anak dan kerabat
ini bukan Petaka atau kutukan Tuhan
saksikanlah!ini  jalan menuju  Jihad dan kesyahidan
yang akan di bayar dengan janji Allah berupa Syurga
kelak Zionis yang mengaku Bangsa Pilihan Tuhan akan membayarnya
Bangsa Pilihan Tuhan?.
Sudah lupakan saja karena ia hanya cerita  dan bukan mereka
Sholat dan sabar itulah yang kini kami lakukan
Hingga  kemenangan di janjikan Tuhan itu tiba
Atau kelak Pasukan bendera Hitam* memberangus kesombongan kalian
hingga tak ada tempat bersembunyi
Bahkan Batu pun berbicara tak rela menjadi tempat berlindung
(Jml)

*Pasukan bendera hitam berdasarkan hadist shahih dalam hal ini tidak mengacu kepada salah satu kelompok  radikal yang dengan bebas membunuh, meneror, menyiksa baik umat muslim maupun non muslim.