Oleh : M. Jamil
Runtuhnya gedung Word Trade
Center pada tanggal 11 september 2001 semakin
menguatkan sebagian cara pandang rakyat amerika dan dunia barat mengenai Islam.
Salah satu stasiun Televisi Amerika, Fox dengan mudahnya menyebut ‘musuh barat
adalah mereka yang beragama Islam. Penulis Prancis Micheal Houellebeck secara
terbuka menuduh Islam sebagai ‘’Stupid Relegion”. Islam dituduh sebagai ajaran yang mengajarkan
kekerasan, diidentikan dengan terorist
itu sendiri dan mendapat julukan sebagai ‘’agama pedang”. Sosok nabi Muhammad sebagai sebagai sosok
sentral pembawa ajaran Islam pun tak luput dari pandangan negative. sebuah kata
‘’Islamphobia’ muncul menambah perbendaharaan kosakata umum dan popular untuk
mengidentifikasi rasa kebencian dan ketakutan kepada Islam dan umat Islam
Karen Amstrong dalam bukunya ‘’Perang Suci” secara tegas menolak
asumsi tersebut dan berpendapat cara
pandang tersebut tak lain merupakan
warisan dari era Perang Salib dan akar dari permusuhan antara dunia barat dan
dunia Islam. Sangat di sayang kan ‘’penyulut api’’ tragedy 11 september kembali menghidupkan warisan era perang salib. Apa faktor penyulut tragedy 11 september? Prof.
Alwi Shihab ‘’membedah Islam di Barat” menjawab setidaknya terdapat dua faktoryaitu eksternal
dan internal dan menyulut terjadinya tragedy 11 september. Yang pertama, Faktor Eksternal yaitu faktor sejarah yang penuh
ketegangan antara kedua peradaban dan diperkuat oleh kebijakan amerika serikat
yang tidak adil dan seimbang merupakan ikon penting yang ikut menyulut
munculnya tragedy September. Yang kedua faktor Internal yaitu
berasal dari umat Islam sendiri yakni adanya penafsiran kaku yang bersifat
tekstual terhadap sumber-sumber ajaran Islam dan implikasinya berupa pemikiran
bahwa penganut agama lain di anggap sesuatu yang mengancam eksistensi mereka,
maka kedua hal ini dapat menciptakan satu atau kelompok masyarakat yang
frustasi dan putus asa. Prof. Alwi Shihab faktor internal ini mendorong pemikiran
dan sikap serta tindakan yang bersifat radikal dan ekstrim atas nama agama.
Selain faktor-faktor yang di
ungkapkan oleh Prof. Alwi Shihab, ada sekian banyak fakta-fakta yang terungkap
yang mengarah adanya sabotase dan konspirasi terhadap kejadian 11 september.
Fakta-fakta yang sangat popular antara lain
1. Warga Yahudi yang bekerja pada word center yang
konon mencapai tiga ribu jiwa tidak masuk kerja pada tanggal 11 september
2001. Hal ini mengidenfikasikan warga
yahudi tersebut mengetahui akan kejadian tersebut dan Ini merupakan sebuah
langkah yang sistematis dan terorganisir;
2.
Seorang ahli penghancuran gedung menyatakan
bahwa gedung WTC tidak runtuh akibat di tabrak oleh pesawat terbang melainkan
dengan sebuah ledakan bom, ini di perkuat dengan runtuh nya sebuah gedung di
dekat menara kembar akibat daya ledakan dari WTC. Penggunaan pembajakan pesawat
terbang oleh teroris merupakan sebuah tuduhan yang sangat rasional yang
mengarah kepada objek yang akan di tuju-kelompok-dari pada peledakan tunggal
dengan bom yang memerlukan profesionalisme
pelaksanaan teknis operasional.
3. Seorang juru foto kebangsaan Amerika
mempublikasikan temuan foto berupa aparat keamanan, tim evakuasi dengan
perlengkapan lengkap telah siap berada tak jauh dari di lokasi WTC sehari sebelum kejadian. Sang juru foto hingga kini berada di negara
pelariannya settelah mendapat ancaman.
4.
Jery D Gray dalam bukunya ‘’fakta sebenarnya
tragedy 11 september” meneriakan kita semua telah di bohongi mengungkapkan
fakta-fakta yang komprehensif, salah satunya meragukan kemampuan Al Qaeda untuk
membajak pesawat boing yang menabrak menara kembar WTC.
Selain dampak negative terhadap
tragedi 11 september 2001 terdapat dampak positif berupa semakin menambah minat
dan rasa ingin tahu dari orang amerika dan barat akan Islam dan ajarannya. Cara
pandang yang salah terhadap Islam yang merupakan faktor utama terhadap citra
negative terhadap Islam salah satunya di sebabkan ketidak tahuan terhadap
ajaran Islam. Husein Ja'far Al Hadar,
Peminat Studi Agama dan Filsafat, dalam sebuah artikel menarik yang di
terbitkan oleh mizan menulis;
Dalam sebuah acara televisi di AS pada 2005 yang dipandu oleh
John Stewart, ketika pejabat tinggi FBI tidak bisa menjawab saat ditanya
tentang hal-hal yang sangat mendasar tentang Islam. Bahkan, mereka bukan hanya
mengakui ketidaktahuan, tapi lebih buruk lagi, sejak awal tidak melepaskan keinginan untuk tahu. Begitu pula
ketika setahun setelah itu, 2006, John Stewart kembali menanyakan tentang “Apakah
para pejabat kontraterorisme AS dan para anggota Kongres AS tahu tentang
perbedaan Sunni dan Syiah?”, mereka menjawab tidak tahu.
Masyarakat amerika di sebut
dengan masyarakat yang rasional mengedepankan akal dan logika dari pada mitos
dan desas desus, tidak melepaskan keingingan untuk tahu justru melangkah mundur
dan kembali keabad warisan perang salib. Dengan demikian rasa ingin tau
merupakan lonceng kematian bagi warisan perang salib. Selain rasa ingin tahu
dengan mempelajari Islam, solusi lain bagi umat beragama yaitu mengembalikan
fungsi agama yang salah satunya menurut Karen Amstrong ‘’masa depan Tuhan”
membantu kita hidup secara damai. Hidup secara damai salah satunya tidak
mengusik dan menjelekkan agama dan penganut agama lain serta mengedepankan
sebuah gagasan inklusif -istilah Prof. Alwi Shihab- dari pada eklusif terhadap penganut agama lain. Allahualam
.
0 komentar:
Posting Komentar