Minggu, 23 September 2012

11 September : Membuang Warisan Perang Salib




Oleh : M. Jamil 

Runtuhnya gedung Word Trade Center pada tanggal  11 september 2001 semakin menguatkan sebagian cara pandang rakyat amerika dan dunia barat mengenai Islam. Salah satu stasiun Televisi Amerika, Fox dengan mudahnya menyebut ‘musuh barat adalah mereka yang beragama Islam. Penulis Prancis Micheal Houellebeck secara terbuka menuduh Islam sebagai ‘’Stupid Relegion”.  Islam dituduh sebagai ajaran yang mengajarkan kekerasan,  diidentikan dengan terorist itu sendiri dan mendapat julukan sebagai  ‘’agama pedang”.  Sosok nabi Muhammad sebagai sebagai sosok sentral pembawa ajaran Islam pun tak luput dari pandangan negative. sebuah kata ‘’Islamphobia’ muncul menambah perbendaharaan kosakata umum dan popular untuk mengidentifikasi rasa kebencian dan ketakutan kepada Islam dan umat Islam
Karen Amstrong dalam bukunya ‘’Perang Suci” secara tegas menolak asumsi  tersebut dan berpendapat cara pandang tersebut  tak lain merupakan warisan dari era Perang Salib dan akar dari permusuhan antara dunia barat dan dunia Islam. Sangat di sayang kan ‘’penyulut api’’ tragedy 11 september  kembali  menghidupkan warisan era perang salib.  Apa faktor penyulut tragedy 11 september? Prof. Alwi Shihab ‘’membedah Islam di Barat” menjawab  setidaknya terdapat dua faktoryaitu eksternal dan internal dan menyulut terjadinya tragedy 11 september. Yang pertama, Faktor  Eksternal yaitu faktor sejarah yang penuh ketegangan antara kedua peradaban dan diperkuat oleh kebijakan amerika serikat yang tidak adil dan seimbang merupakan ikon penting yang ikut menyulut munculnya tragedy September. Yang kedua faktor Internal yaitu berasal dari umat Islam sendiri yakni adanya penafsiran kaku yang bersifat tekstual terhadap sumber-sumber ajaran Islam dan implikasinya berupa pemikiran bahwa penganut agama lain di anggap sesuatu yang mengancam eksistensi mereka, maka kedua hal ini dapat menciptakan satu atau kelompok masyarakat yang frustasi dan putus asa. Prof. Alwi Shihab faktor internal ini mendorong pemikiran dan sikap serta tindakan yang bersifat radikal dan ekstrim atas nama agama.
Selain faktor-faktor yang di ungkapkan oleh Prof. Alwi Shihab, ada sekian banyak fakta-fakta yang terungkap yang mengarah adanya sabotase dan konspirasi terhadap kejadian 11 september. Fakta-fakta yang sangat popular antara lain
1.    Warga Yahudi yang bekerja pada word center yang konon mencapai tiga ribu jiwa tidak masuk kerja pada tanggal 11 september 2001. Hal  ini mengidenfikasikan warga yahudi tersebut mengetahui akan kejadian tersebut dan Ini merupakan sebuah langkah yang sistematis dan terorganisir;
2.     Seorang ahli penghancuran gedung menyatakan bahwa gedung WTC tidak runtuh akibat di tabrak oleh pesawat terbang melainkan dengan sebuah ledakan bom, ini di perkuat dengan runtuh nya sebuah gedung di dekat menara kembar akibat daya ledakan dari WTC. Penggunaan pembajakan pesawat terbang oleh teroris merupakan sebuah tuduhan yang sangat rasional yang mengarah kepada objek yang akan di tuju-kelompok-dari pada peledakan tunggal dengan bom yang memerlukan profesionalisme  pelaksanaan teknis operasional.
3.     Seorang juru foto kebangsaan Amerika mempublikasikan temuan foto berupa aparat keamanan, tim evakuasi dengan perlengkapan lengkap telah siap berada tak jauh dari  di lokasi WTC sehari sebelum kejadian.  Sang juru foto hingga kini berada di negara pelariannya settelah mendapat ancaman.
4.    Jery D Gray dalam bukunya ‘’fakta sebenarnya tragedy 11 september” meneriakan kita semua telah di bohongi mengungkapkan fakta-fakta yang komprehensif, salah satunya meragukan kemampuan Al Qaeda untuk membajak pesawat boing yang menabrak menara kembar WTC.

Selain dampak negative terhadap tragedi 11 september 2001 terdapat dampak positif berupa semakin menambah minat dan rasa ingin tahu dari orang amerika dan barat akan Islam dan ajarannya. Cara pandang yang salah terhadap Islam yang merupakan faktor utama terhadap citra negative terhadap Islam salah satunya di sebabkan ketidak tahuan terhadap ajaran Islam. Husein Ja'far Al Hadar, Peminat Studi Agama dan Filsafat, dalam sebuah artikel menarik yang di terbitkan oleh mizan menulis;
Dalam sebuah acara televisi di AS pada 2005 yang dipandu oleh John Stewart, ketika pejabat tinggi FBI tidak bisa menjawab saat ditanya tentang hal-hal yang sangat mendasar tentang Islam. Bahkan, mereka bukan hanya mengakui ketidaktahuan, tapi lebih buruk lagi, sejak awal tidak  melepaskan keinginan untuk tahu. Begitu pula ketika setahun setelah itu, 2006, John Stewart kembali menanyakan tentang “Apakah para pejabat kontraterorisme AS dan para anggota Kongres AS tahu tentang perbedaan Sunni dan Syiah?”, mereka menjawab tidak tahu.
Masyarakat amerika di sebut dengan masyarakat yang rasional mengedepankan akal dan logika dari pada mitos dan desas desus, tidak melepaskan keingingan untuk tahu justru melangkah mundur dan kembali keabad warisan perang salib. Dengan demikian rasa ingin tau merupakan lonceng kematian bagi warisan perang salib. Selain rasa ingin tahu dengan mempelajari Islam, solusi lain bagi umat beragama yaitu mengembalikan fungsi agama yang salah satunya menurut Karen Amstrong ‘’masa depan Tuhan” membantu kita hidup secara damai. Hidup secara damai salah satunya tidak mengusik dan menjelekkan agama dan penganut agama lain serta mengedepankan sebuah gagasan inklusif -istilah Prof. Alwi Shihab- dari pada eklusif  terhadap penganut agama lain. Allahualam

.

0 komentar:

Posting Komentar