Jumat, 28 Desember 2012

CATATAN SEORANG TABLIGH (Inspirator Dan Perjalanan Ke Pakistan)



foto : Ilustrasi

 Oleh : M. Jamil

Sang Inspirator: Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy dari Tanah Hindustan
“Hanya perlu dua decade gerakan jamaah tabligh benar-benar mengurita ke Asia Selatan, Asia Barat Daya, Asia Tenggara, Afrika, Eropa, dan Amerika Utara sebuah pencapaian yang sangat menakjubkan (jml).”
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah merupakan ungkapan yang sangat tepat ketika diberi kesempatan bertemu kembali  dengan seorang kawan lama di siang itu.  Pertemuan tersebut terjadi tak kala penulis singgah di sebuah warung  sembako yang cukup sederhana miliknya  dimana ia berusaha menghidupi istri dan kedua orang anaknya. Ali nama teman saya kali ini, sosok yang menakjubkan dalam beribadah, sholat lima waktu selalu ia  jalankan secara berjamaah di mesjid. Postur tubuhnya tidak terlalu besar, memelihara jenggot, Mengenakan kaos oblong bewarna putih dan celana panjang di bawah mata kaki serta kopiah bewarna putih.   Ia mendapat atau memberi nama panggilannya menjadi Ali, tak kala ia memutuskan untuk bergabung dengan salah satu kumpulan kaum muslim yang menyatakan komitmen untuk mengikuti dan menjalankan secara konsisten ajaran hingga perilaku Rasululullah secara totalitas tanpa terkecuali. Nama kelompok ini cukup beragam dari Jamaah Tabligh, jamaah kompor, kaum atau orang  Quba dan lain sebagainya namun sebutan Jamaah tabligh lah yang  paling populer.  
Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy
Jamaah tabligh didirikan oleh Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy lahir 1886 di desa Kandahlah kewilayah India. John L Esposito menulis ketika Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy memulai gerakan keagamaannya di Mewat, kebanyakan orang Meo (salah satu etnis di mewat, dahulunya suku ini beragama hindu)  adalah Muslim, tapi hanya namanya saja. Kemungkinan besar hal ini terjadi karena rendahnya pengetahuan akan ajaran Agama terutama dari segi tauhid, Ibadah maupun Muamalah. Sehingga mengantarkan kepada posisi yang rentan dan mengkhawatirkan sehingga dapat menggeser ajaran agama dengan kemusyrikan. Berangkat dari kegelisahnnya terhadap umat muslim di wilayahnya Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy menyerukan untuk menjadi muslim yang kaffah (menunaikan semua rukun dan syari’ah seperti yang dicontohkan Rasulullah). Bagaimana caranya? Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy memulainya tujuan mulianya melalui Masjid sebagai pusat peribadatan sekaligus pendidikan, pengajaran, menuju muslim kaffah. Kemudian Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy merevisi gerakannya bukan hanya mesjid sebagai sarana tempat menyampaikan ajaran Agama, tetapi tempat menyampaikan ajaran Agama melalui rumah-kerumah. Hanya perlu dua decade gerakan jamaah tabligh benar-benar mengurita ke Asia Selatan, Asia Barat Daya, Asia Tenggara, Afrika, Eropa, dan Amerika Utara sebuah pencapaian yang sangat menakjubkan.
 Dalam sebuah kelompok jamaah tabligh terdapat seorang pemimimpin yang mereka sebut dengan sebutan Amir yang mengkordinir dan bertanggung jawab atas segala aktifitas anggota kelompok. Mereka melakukan segala aktifitas kesehariannya di dalam mesjid dan memiliki jadwal tertentu untuk berkunjung ke  rumah-rumah penduduk di sekitar mesjid, baik sekedar bersilahturahmi maupun ajakan untuk mengunjungi dan memakmurkan mesjid. Hingga kini pengikut jamaah tabligh masih mempraktekan berpergian dari mesjid ke mesjid selama 3 hari hingga 4 bulan, untuk pengikut Jamaah Tabligh di Indonesia tak jarang mereka melakukan perjalanan hingga keluar negeri seperti India, Pakistan dan Bangladesh.
Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy dengan Jamaah Tablighnya benar-benar menjadi inspirasi sejati bagi Ali menuju keridhaan sang Ilahi. Ali merasa keputusan untuk bergabung dengan Jamaah tabligh merupakan pilihan tepat bahkan hidayah baginya, “Insya Allah hingga akhir hayat”, ungkap pria yang menginjak umur 38 tahun ini dengan mata berkaca-kaca. 

Kenangan Terindah di Pakistan: Memuliakan tamu dan sholat isya dan subuh berjamaah
Bendera Pakistan
setelah cukup lama tidak bertemu kami saling menyapa dan bertanya tentang keadaan masing-masing sambil duduk di kursi kayu panjang di depan warung di pinggir jalan raya, sesekali kami melakukan pembicaraan tentang keistimewaan dari berdagang (salah satu profesi yang di jalankan Rasulullah) dan pembicaraan tentang keagamaan terkait perjalanannya sebagai seorang tabligh ke wilayah Pakistan. Mendengar kata Pakistan  membuat rasa ingin tau saya mengenai keberagaman beragama, sosial cultural Pakistan. Saya bertanya kepada Ali, terkait  hal apa yang membuatnya paling berkesan di Pakistan? Mendengar pertanyaan saya, dengan semangat Ali menceritakan bahwa ada beberapa hal yang paling berkesan di Pakistan yaitu di orang Pakistan khususnya disekitar mesjid  tempat ia melakukan kunjungan relegius (orang-orang jamaah tabligh menyebutnya dengan istilah keluar) sangat memuliakan tamu. Lebih lanjut Ali menceritakan  kepada saya,  begitu ia tiba di salah satu mesjid di Pakistan, mereka menyuruh Ali dan rombongannya untuk makan bersama di rumahnya, makanan yang di suguhkan kepada nya cukup mewah, tak tanggung-tangung sang pemilik rumah menyembelihkan kambing dan di masak ala masakan khas Pakistan. Seperti yang dituturkan Ali ia begitu terkejut dengan suguhan pemilik rumah berbanding terbalik dengan rumah kediamannya yang dindingnya terbuat dari tanah liat, ia meneteskan air mata dalam hatinya berbisik mungkin sang pemilik rumah saja belum tentu bisa menikmati suguhan ini setiap hari bahkan sebulan sekali. Saya kembali bertanya kepada Ali mengapa sang pemilik rumah melakukan hal demikian, terkait dengan budaya orang-orang Pakistan atau bersifat personalitas individu  ini terkait dengan pengetahuan dan keyakinannya tentang Hadist yang berbunyi:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tamunya yaitu jaizah-nya.” Para shahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan jaizah itu, wahai Rasulullah?” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Jaizah itu adalah menjamu satu hari satu malam (dengan jamuan yang lebih istimewa dibanding hari yang setelahnya). Sedangkan penjamuan itu adalah tiga hari adapun selebihnya adalah shadaqah.” (HR. Al Bukhari no. 6135 dan Muslim, hadits dari Abu Syuraih Al ‘Adawi, lihat Fathul Bari hadits no. 6135)
Ali dengan sigap menjawab kemungkinan besar motif seorang tersebut berlandaskan kepada Hadist, dan hal yang sangat jarang kkita temukan ditempat tinggal kita. Saya kembali bertanya hal apa yang menarik di Pakistan selain hal tersebut diatas. Ali kembali bercerita tentang kebiasaan sholat berjamaah di Pakistan, ia sangat terkejut melihat orang-orang muslim melakukan  sholat Subuh dan Isya secara berjamaah di mesjid sama ramainya dengan sholat Jum’at. Sholat Isya dan Subuh secara berjamaah memiliki keutamaan dan keistimewaan tersendiri seperti yang terkandung dalam sebuah Hadist yang berbunyi;
Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasululah saw. Bersabda: “Seandainya manusian mengetahui keutamaan salah Isya’ dan Subuh tentu mereka mendatangai keduanya (berjamaah), walaupun dengan merangkak (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu sholat Isya dan Subuh secara berjamaah merupakan salah satu cara membedakan orang mukmin dan munafik seperti dalam hadist yang berbunyi;
 Dari Abu Hurairah ra., ia berkata ” Rasulullah saw. Bersabda: “Tidak ada salah yg lebih berat bagi orang-orang munafik melebihih dari salat Subuh dan Isya. Seandainya mereka mengetahui keutamaan kedua salat itu, niscaya mereka mendatangi keduanya (berjamaah), walaupun dg merangkat” (HR. Bukhari dan Muslim)
Saya sangat terkejut mendengar cerita Ali tentang banyaknya jamaah sholat Isya dan Subuh sama banyaknya dengan sholat jumat. Saya teringat dengan ungkapan seorang pendeta Yahudi bahwa umat Islam akan mampu mengalahkan orang Yahudi jika jamaah sholat Isya dan Subuh sama banyaknya dengan sholat jumat. Saya kembali berfikir apakah ini memiliki korelasi dengan sebuaah hadist yang berbunyi;
Rasulullah SAW bersabda, ‘’ (Pasukan yang membawa) bendera hitam akan muncul dari Khurasan. Tak ada kekuatan yang mampu menahan laju mereka dan mereka akhirnya akan mencapai Yerusalem, di tempat itulah mereka akan mengibarkan benderanya.’’ (HRTurmidzi).
Khurasan merupakan kata kunci bagi kehancuran bagi masa depan bangsa yahudi, jika di telusuri wilayah khurasan cukup luas setidaknya terdapat beberapa negara terindikasi ke wilayah khurasan yaitu kota Nishapur dan Tus wilayah Iran,  Herat, Balkh, Kabul dan Ghazni wilayah Afghanistan,  Merv dan Sanjan wilayah Turkmenistan, Samarkand dan Bukhara wilayah Uzbekistan, Khujand dan Panjakent wilayah Tajikistan, Balochistan wilayah Pakistan, Afghanistan, Iran. Apakah ungkapan pendeta Yahudi tersebut memiliki korelasi dengan hadist di atas? Allahu alam bi sawab, namun sekedar catatan Pakistan merupakan negara Islam pertama dan mungkin satu-satunya negara Islam secara terang-terangan mengakui memiliki persenjataan Nuklir sebuah sumber menyebut melebihi kepemilikan senjata nulkir India, dan Presiden Pakistan pernah menyatakan akan membantu Iran jika di serang oleh Israel yang senantiasa mengancam akan menyerang Iran.
Setelah hampir satu jam berbicara dan berdiskusi, kisah perjalanan Ali di Pakistan sangat menarik tak terasa kumandang azan ashar bak pertanda kami harus menyudahi pembicaraan kami, saya pun memutuskan untuk pulang kerumah untuk bertemu dengan orang tua yang sudah selama beberapa bulan tidak bertemu. Setelah tiba dirumah saya berfikir perjalanan Ali “sang Tabligh” sangat menarik untuk di tulis untuk sekedar menambah wawasan maupun motivasi dalam beragama menuju keridhaan Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar