MELEPAS BELENGGU DENGAN TAQWA (IDUL FITRI 1434 H)

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434 H MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN

Belajar dari Kisah Nasruddin Hoja dan Keledai Pemberian Timur Lenk

“Pendekatan ala Nasruddin Hoja kali ini memang benar-benar menjadi inspirasi bagi kita semua"

THE POWER OF HIJRAH

Dengan semangat, dan nilai-nilai serta hikmah hijrah kita harus berpindah dari seperti bui menjadi gelombang dan cinta dunia menjadi Cinta Akherat, takut mati menjadi rindu kematian akan Jihad. Sehingga Persatuan Muslim dan kemardekaan Palestina dapat terwujud (jml)

SEANDAINYA IRAN DI GEMPUR

"Semoga saja perang tidak terjadi sebuah harga yang sangat mahal hanya untuk menjawab posisi dan konspirasi"

ISRAEL : PERGULATAN ANTARA ASIMILASI DAN MEMBANGUN SEBUAH NEGARA

"Hingga sekarang memasuki tanggal 14 Mei 2012, 64 tahun kemardekaan Israel dan 64 tahun pula bangsa Palestina terombang ambing dalam pusaaran kebiadaban dan ketidak pastian"

Minggu, 27 Oktober 2013

ROUHANI HARAPAN DAN TANTANGAN



Presiden Iran Hassan Rouhani (foto: The Guardian)


Oleh M. Jamil
Terpilihnya Presiden Hasan Rouhani sebagai Presiden Iran menggantikan Ahmadinejad memberikan gambaran apa yang di kehendaki oleh rakyat Iran saat ini.  Rakyat Iran sangat menginginkan suatu perubahan mendasar  terkait  jawaban atas sebuah harapan adanya perubahan dari situasi semula yang terbelit oleh sangsi-sangsi negara barat terkait kecurigaan terhadap  program nuklir Iran.   Sangsi-sangsi barat berhasil menggigit perekonomian Iran, menurut Bank Sentral Iran laju inflasi menembus angka 37 persen pada bulan September ini.   Harian DW menyebutkan  kebutuhan bahan pokok Iran  nyaris setiap hari mengalami kenaikan.  Menurut  pemerintah dalam setahun kenaikan bahan pokok mencapai 60 persen. Tidak hanya sector pangan terkena pukulan, sector perumahan, transportasi publik hingga sector kesehatan berupa obat-obatan juga terkena dampak. 
Sangsi Uni Eropa pada bulan Oktober tahun 2012 memperparah terhadap seluruh sector perminyakan dan gas Iran, mengingat Iran selama ini menurut seorang analis Timur Tengah, Kanneth Katzman mengandalkan hampir setengah  hasil ekspor minyak untuk biaya pengeluaran pemerintah. Tidak cukup sampai di situ saja, Uni Eropa juga mengenakan sanksi terhadap sektor perbankan dan perkapalan Iran.  Akibatnya mata uang Iran Rial terjun bebas mencapai 35.000,- rupiah perdollar, menimbulkan resesi dan pengangguran yang pada saat ini mencapai 20 persen. Apa yang menjadi kecaman juru bicara departemen luar negeri, Ramin Mehmanparast  terkait sanksi sepihak Eropa dan Amerika Serikat terhadap iran akan mempengaruhi rakyat Iran terbukti. inikah hasil konspirasi antara amerika dan Iran atau "zionis dan iran bersatu hantam islam" yang selama ini di gaungkan oleh pihak tertentu mengingat kondisi perekonomian Iran saat ini (anda lah yang menjawabnya).
Rouhani mengemban sebuah misi yang tidak mudah, sesuai janjinya untuk memperbaiki perekonomian Iran dengan mengurangi atau menghapuskan sangsi barat dan eropa melalui jalur diplomasi dengan mengedapankan hak mutlak Iran terhadap program nuklir damai.  Hambatan Dari dalam negeri sendiri berupa ketidak percayaan dan sikap anti Amerika  cukup mengakar bagi rakyat dan juga militer Iran terutama Garda Revolusi Iran semenjak revolusi 1979.  Hambatan dari dalam negeri bisa di lalui Rouhanij dengan dukungan Pemimpin Tertinggi Spritual Iran,  Ayatullah Ali Khamenei.  Ayatullah Ali Khamenei  tidak hanya mendukung Rouhani tetapi juga  telah mengantisipasi  dan menjadi penengah akan munculnya gesekan antara Rouhani dengan Garda Revolusi Iran dengan memerintahkan Garda Revolusi Iran untuk menjauhi politik (17/9).  Walaupun sempat mengkritik pembicaraan telpon antara Obama dan Rouhani, Komandan Garda Revolusi Iran  Jenderal Mohammad Ali Jafari mendukung upaya Rouhani untuk membebaskan Iran dari jerat sangsi dan mengakui hak nuklir Iran. Statmen Ayatullah Ali Khamenei  untuk tidak mempercayai Amerika menjadi peringatan bagi Rouhani untuk berhati-hati  dan juga bagi Amerika Serikat untuk memulai perundingan dengan itikad baik, bebas dari intervensi, lobi dan tekanan  Zionis Israel.
Perundingan nuklir Iran bersama P5 + 1 (Amerika, Inggris, Perancis, Rusia China dan Jerman) di Swiss yang berlangsung selama dua hari (15-16/10) memberikan penilaian positif terhadap Iran.  Amerika mengapresiasi dengan mengungkapkan Iran  telah menunjukkan tingkat "keseriusan dan substansi" yang lebih baik dalam perundingan dengan sejumlah negara kuat yang baru saja selesai di Jenewa.  Begitu juga dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa,  Catherine Ashton menyebut perundingan antara Iran dan kelompok yang dijuluki P5+1 “substantif dan memandang ke depan”. Walaupun di balik itu terdapat perbedaan yang cukup mendasar terkait pelarangan  tingkat pengayaan uranium  oleh Iran yang mencapai kemurnian 20 persen yang di nilai dapat digunakan menjadi senjata nuklir. Bahkan keenam negara besar tersebut menyerukan kepada Iran untuk mengirim persediaan uraniumnya yang diperkaya dengan kemurnian hingga 20% ke luar negeri.  Wakil Menteri LN Iran Abbas Araghchi (13/10)  dengan tegas menolak seruan tersebut dengan mengatakan pengalihan bahan-bahan nuklir Iran ke luar negeri adalah “garis merah” yang tidak bisa dilanggar. Jika kedua belah pihak saling memaksakan kehendaknya hampir dapat di pastikan perundingan Nuklir Iran tak ubah nya dengan Perundingan terdahulu Iran bersama P5+1 di kazakstan yang mengalami kegagalan dengan permasalahan yang sama. Wajar saja Rusia merasa skeptis dengan perundingan nuklir tersebut.
Perundingan nuklir Iran masih berlanjut pada tanggal 7-8 November 2013 mendatang di Jenewa, entah terobosan apa yang di ambil kedua belah pihak terkait hal yang sangat substansif yaitu pengayaan uranium dan pengiriman persedian uranium yang sudah di murnikan 20 persen  Iran keluar negeri.  Tugas berat di pundak Rouhani  di tengah komitmennya menyatakan

Rabu, 02 Oktober 2013

ATAS NAMA SENJATA KIMIA DI SURIAH




Oleh M. Jamil

Dibalik serangan senjata kimia di Suriah
Pemerintah Suriah kembali di tuduh menggunakan senjata kimia (21/08) di wilayah ghouta timur pinggiran Damaskus, Suriah Selatan. Amerika Serikat dengan sangat yakin militer Suriah Atas perintah presiden Bashar al Assad yang bertanggung jawab atas serangan. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry (30/8) menyebut berdasarkan hasil intelijen AS menyimpulkan bahwa rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggung jawab atas serangan kimia yang menewaskan 1.429 warga Suriah, diantaranya 426 anak-anak. Pihak oposisi sebagai pihak yang pertama kali melaporkan kejadian tersebut sembari menyebutkan korban tewas mencapai ratusan orang kemudian meralat melaporkan korban tewas mencapai 1.300 orang. Tidak mau ketinggalan Intelegen inggris, Prancis dan Jerman pun ikut mengamini bahwa Presiden Bashar Al Assad yang melakukan serangan kimia di wilayah ghouta. Menariknya, Gareth Porter, seorang sejarawan dan wartawan investigatif dengan spesialisasi kebijakan keamanan nasional AS menulis berdasarkan hasil wawancaranya dengan mantan pejabat intelegen AS, mengungkapkan bahwa apa yang telah disampaikan oleh Barack Obama terkait penggunaan senjata kimia di suriah (21/08) tidak mewakili penilaian komunitas intelegen. Singkat nya dokumen ringkasan intelegen tentang senjata kimia Suriah tidak dirilis oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional tetapi oleh sekretaris pers kantor Gedung Putih. “Atas nama intelegen” telah di gunakan sebagai alat oleh AS beserta sekutunya untuk membangun kepercayaan public dengan motif sebuah agenda besar di Suriah.
Terlepas dari tulisan Gareth Porter dapat kita bayang kan Tim Inspeksi khusus dari PBB dengan komposisi terdiri dari orang yang ahli senjata kimia memerlukan waktu berminggu-minggu untuk menyampaikan hasil investigasi  terhadap serangan kimia di Suriah. Mereka mendatangi lokasi serangan dan korban-korban serangan kimia yang di rawat di rumah sakit selama beberapa hari. Tentunya berbanding terbalik dengan cara kerja intelegen yang lebih berdasarkan asumsi bahwa hanya militer Suriah yang sanggup melakukan serangan roket dengan senjata kimia. Namun sayang  hasil investigasi PBB hanya menyebutkan telah terjadi penggunaan senjata kimia jenis Sarin tanpa menyebut siapa yang telah menggunakan senjata kimia tersebut.
Siapa di balik senjata kimia sebenarnya? Jika menggunakan kaca mata intelegen AS dan sekutunya jawaban mereka Bashar Al Assad. Berbeda dengan sekutu dekat Suriah, Presiden Rusia,  Vladimir putin (11/9) menyempatkan diri untuk menulis sebuah artikel mengenai suriah dimuat di harian York times, ia menulis;
"Tidak ada yang ragu bahwa gas beracun telah digunakan di Suriah. Namun, ada alasan untuk percaya bahwa senjata itu tidak digunakan oleh Angkatan Darat Suriah, tetapi oleh pasukan oposisi, guna memprovokasi intervensi dari patron asing mereka yang kuat, yang akan memihak kaum fundamentalis."
Vladamir putin tidak sendiri berusaha menyakinkan dunia internasional terkait tuduhan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah.  Adalah Yossef Bodansky, direktur Satuan Tugas Kongres tentang Terorisme dan inkonvensional Warfare 1988-2004 mantan konsultan senior untuk Departemen Pertahanan AS dan Departemen Luar Negeri AS, mengatakan bahwa para pemberontak adalah pelaku dari serangan kimia. Begitu pula dengan dengan para akedemisi yang menjawab pertanyaan di atas dengan kehati-hatian salah satunya Margret Johannsen ahli politik di Lembaga Penelitian Perdamaian dan Politik Keamanan dari Universitas Hamburg berpendapat;
“Perlu menunggu hasil investigasi, pelaku serangannya tidak jelas penggunaan senjata kimia merupakan penyimpangan dari strategi perang Presiden Assad selama ini. Saat ini, saya tidak melihat alasan bagi pemerintah untuk menggunakan senjata kimia. Apalagi Amerika Serikat telah menyatakan bahwa penggunaan senjata kimia, merupakan garis merah batas yang menentukan intervensi Barat. Pemerintah Assad yang begitu kuat tidak perlu menggunakan senjata seperti itu. Penggunaan senjata kimia bertolak belakang dengan logika rasional rejim ini”.
Pendapat Margret Johannsen senada dengan pendapat Oliver Thränert, ketua think tank Pusat Studi Keamanan di Sekolah Tinggi Zürich yang menyatakan Bashar al  Assad tampak berhasil mengkonsolidasi kekuasaannya, tidak masuk akal untuk mengerahkan senjata kimia. Begitu pula,  George Galloway seorang anggota parlemen Inggris mengeluarkan pernyataan yang mengajak logika kita untuk ikut andil dalam peristiwa serangan kimia di Ghouta Suriah, ia berpendapat;
“Pemerintahan Assad mungkin cukup buruk untuk melakukannya [serangan senjata kimia], tapi apa dia cukup gila untuk melakukannya di Damaskus pada hari yang sama ketika tim inspeksi PBB datang ke Damaskus?.. dan kalau dia sedemikian buruknya, mengapa dulu Ratu sampai menerimanya di istana Buckingham, dan mengapa dulu perdana menteri [Blair] mengupayakan agar dia diberi penghargaan dari Ratu? (dikutip dari Dina Y sulaiman Word Press)
 klaim George Galloway sejalan dengan sumber datang dari Sebuah laporan oleh Yahya Ababneh, yang dikontribusikan oleh Dale Gavlak, telah berhasil mengumpulkan keterangan saksi yang mengatakan bahwa "pemberontak tertentu menerima senjata kimia melalui Kepala Dinas Intelijen Saudi, Pangeran Bandar bin Sultan, dan bertanggung jawab untuk melaksanakan serangan gas”.  Berdasarkan laporan di atas  para eksekutor dari pemberontak tidak mengetahui senjata yang mereka gunakan adalah senjata kimia. Ada kemungkinan tingkat eksekutor tidak mengetahui tetapi tidak untuk para petinggi pemberontak, tentunya telah melalui pengorganisasian  dan akurasi yang baik sehingga momentum penggunaan tepat dengan kedatangan tim inpeksi dari PBB.
Bandar bin Sultan Bersama Vladimir Putin
Arab Saudi  sebagai salah Negara timur tengah selain Israel, Qatar dan Turki pendukung utama dalam krisis suriah di ketahui terlibat dari dukungan senjata hingga keuangan. Arab Saudi juga merupakan penganjur setia terhadap invasi militer di Suriah, bahkan menurut Jim Fetzer dalam artikelnya yang di muat di situs veteran today mengutip sumber yang cukup terpercaya, menyakini Arab Saudi melalui Kepala Intelegen Bandar bin Sultan telah membayar anggota kunci dari Senat AS dan pimpinan DPR, serta menteri kunci dari pemerintah Perancis, dengan "cash insentif" untuk mendukung Amerika dan Perancis "shock and awe" serangan militer terhadap Suriah tidak hanya tetapi Hizbullah di Lebanon posisi. Michael Snyder mempertanyakan dan menjawab factor keterlibatan Arab Saudi dalam konflik di suriah. Menurut micheal synder keterlibatan Arab Saudi di Suriah tak lain, sumber daya alam, agama dan uang dan (intervensi militer) tidak ada hubungannya dengan senjata kimia.
Selain faktor  Sumber Daya Alam, Agama dan uang,  Arab Saudi memiliki tingkat ketakutan yang sangat tinggi atau phobia  akan hilangnya kekuasaannya. Kedekatan dengan Amerika dan membendung pengaruh poros Syiah di Arab Saudi maupun di Timur tengah dua kata kunci di  yakini oleh Arab Saudi untuk bertahan lama. Campur tangan Arab saudi di Suriah bagian dari refleksi ketakutan Arab Saudi terutama poros Iran Suriah dan Hezbullah. Operasi bendera palsu berupa serangan senjata kimia yang di dalangi Bandar bin Sultan kepala intelegen Arab Saudi dapat dikatakan  kartu truf terakhir yang mengandung keputusasaan di mana ribuan pejuang oposisi yang telah dibiayai besar-besaran pada saat ini belum menunjukaan tanda-tanda keberhasilan. Wajar saja kiranya Gordon Duff seorang senior editor Veteran Today menyebut Suriah telah mengejutkan semua orang, Mereka (suriah) seharusnya telah runtuh lama.  Mereka (suriah) tidak, jauh dari itu. Ada setiap indikasi bahwa pemerintah Suriah adalah memenangkan apa yang sebenarnya bukan perang sipil.
 Oleh karena itu Arab Saudi sampai pada satu kesimpulan hanya dua hal yang mampu menjatuhkan Suriah, Rusia dan Amerika Serikat beserta sekutu. Untuk Rusia, Arab saudi saudi bermain dengan janji dan ancaman agar mundur mendukung Suriah. Untuk janji Arab saudi berjanji menyuplai minyak dan membeli persenjataan Rusia menggantikan posisi Suriah. untuk ancaman, Arab saudi mengancam untuk membangkitkan kelompok pejuang Chech untuk menyebabkan kekacauan dan kematian selama olimpiade musim dingin yang diadakan 7-23 februari 2014 di sochi, Rusia . Janji dan ancaman Arab Saudi di tolak mentah-mentah dan murka oleh Presiden Rusia, Vladamir Putin. Putin seperti dilansir harian The EU Times  membuat sebuah perintah jika Amerika Serikat menyerang Suriah, maka Rusia akan menyerang Arab Saudi dengan kekuatan militer besar-besaran.  Ancaman Rusia membuat Arab Saudi bersiaga sambil mengingatkan Putin akan terjadinya protes besar-besaran umat Islam di Dunia.  Kalangan berpendapat bagi Rusia, dukungan terhadap Suriah merupakan sebuah prinsip yang tidak bisa di tawar, yang di dukung faktor sejarah ketika Rusia di bawah Uni Sovyet menjalin kerjasama bilateral pertahanan yang sangat erat.  Selain itu kepentingan geopolitik, militer untuk membendung pengaruh Amerika serikat dan sekutu. Kegagalan dengan resep ‘’janji dan ancaman” kepada Rusia membuat Arab Saudi beralih kepada Amerika serikat dan sekutu dengan kartu truf ‘’Senjata kimia” melalui operasi bendera palsu dan saya menyakini operasi tersebut diketahui oleh Amerika serikat. Dibalik senjata kimia benar-benar hanya dalih untuk intervensi militer berbalut konspirasi ditengah keputusaan negara pendukung oposisi sekaligus memberikan kekuatan baru bagi pemberontak.

HITUNG-HITUNG KEKUATAN DAN KEMENANGAN SURIAH
Pasca terjadinya operasi bendera palsu serangan senjata kimia di Suriah, Amerika Serikat dengan sigap mengerahkan lima kapal perang dan satu kapal perusak ke perairan Suriah. namun sayang aksi amerika serikat ini tidak mendapat dukungan dari salah satu sekutu utamanya, Inggris. Sebagai salah satu penganjur perang di Suriah, Perdana David Cameron harus menanggung rasa malu tak kala parlemen Inggris menolak Intervensi Militer di Suriah. sekutu utama lainnya Perancis masih tetap eksis mendukung Amerika serikat menggempur Suriah. jika di lihat dari persiapan AS dan sekutunya memang tampaknya aksi militer di Suriah tidak terelakan. Menyikapi persiapan Amerika serikat dan Sekutu, Rusia mengambil dua langkah yang pertama bersiap memveto usulan-usulan yang berkenan tentang dukungan intervensi militer PBB di Suriah serta berkali-kali memperingatkan Amerika Serikat dan sekutu untuk menimbang-nimbang lagi rencana Intervensi militer di Suriah. Rusia berdalih tidak ada satu negara pun yang dapat melakukan intervensi militer di sebuah negara berdaulat tanpa restu dari PBB karena merupakan pelanggaran Hukum Internasional yang serius dan juga dapat meruntuhkan PBB itu sendiri. Kedua memperkuat kehadiran militer Rusia di laut mediterania dan pangkalan mIliter Rusia di Tartous dengan mengirim tiga buah kapal perang fregat Novocherkassk dan Minsk, satu buah kapal pengintai serta kapal pembawa rudal penjelajah Moskva yang sangat di takuti, kemudian menyusul lagi  satu buah kapal  perang dengan muatan khusus. Masuknya empat buah kapal perang Rusia di Medetarania halangan terbesar Amerika dan sekutu memberangus  Suriah, kapal-kapal perang Amerika akan menghadapi lawan yang sangat tangguh di samping ancaman rudal super sonic Yakhont. Kapal-kapal perang Rusia juga dilengkapi system pertahanan yang dapat menembak jatuh rudal-rudal patriot yang di tembakkan dari kapal perang Amerika Serikat.
Rudal Hipersonic, Iskander
 Rusia telah bertahun-tahun memperkuat militer Suriah dengan system pertahanan canggih, seperti rudal anti kapal supersonic Yakhont dan Rudal hypersonic, Iskander yang mampu membawa hulu ledak nuklir dan menembus setiap system pertahanan udara termasuk system pertahanan rudal patriot di wilayah Turki dan tentunya juga system Iron Drome atau Arrow milik Israel yang telah siaga penuh di wilayah Tel Aviv. Ankara dan Tel Aviv di yakini akan menjadi pelampiasan balasan Suriah jika Amerika Serikat dan Sekutu benar-benar melakukan agresi militer. Walhasil ribuan orang Israel ketar-ketir ketakutan, mereka rela antri berjam-jam untuk membeli masker sebagai langkah antisipasi terjadinya serangan senjata kimia dari Suriah. kendati demikian langkah Suriah menyerang Israel dan Turki akan berdampak secara langsung  menyeret Israel dan Turki ke front pertempuran besar di Timur tengah, tentu hal ini merupakan hal yang dinanti dan bagian dari strategi serta pembenaran Israel dan Turki melakukan serangan balasan ke wilayah  Damaskus untuk menjatuhkan Presiden Bashar Al Assad. Walaupun kepungan tersebut dapat dimentahkan dengan bantuan Rusia, Iran dan Hizbullah konsentrasi dan kekuatan militer Suriah akan terpecah membendung serangan balasan Turki di wilayah Utara dan Israel di wilayah Selatan serta kapal-kapal perang Amerika Serikat dan sekutu belum lagi kelompok pemberontak yang masih menguasai beberapa wilayah.   Suriah lebih baik memasang strategi defensive dan meletakan Hizbullah siaga penuh untuk membombardir wilayah Tel Aviv di wilayah selatan jika Israel memulai atau bergabung  dengan serangan Amerika serikat dan sekutu atau sebagai aksi balasan terhadap serangan. Bagaimana dengan dengan kelompok muqawamma Palestina Hamas ? Akankah ikut ambil bagian  dalam barisan kubu Suriah? Hamas di ketahui memiliki hubungan yang tidak harmonis semenjak krisis Suriah. Hamas terlihat serba salah, mendukung Suriah dapat menjadikan Hamas kehilangan dukungan terutama  dari Arab Saudi, Qatar dan Yordania bahkan dapat berimbas pada isolasi internasional dan lebel teroris. Hamas mulai menghitung-hitung memihak salah satu yang bertikai, sebuah foto  menunjukkan perdana menteri Ismail Haniyeh, bersama membentangkan bendera hijau putih hitam dengan tiga buah bintang merah di tengah menunjukkan posisi Hamas condong kepada oposisi Suriah.  begitu pula foto ketua politbiro Hamas Khaled Meshal, terlihat mengibarkan bendera oposisi Suriah.
Ismail Haniyeh (kiri) (foto:Dina Y sulaiman word pres)



 
Khaled Meshal dan para elit Hamas  (kiri) (foto:Dina Y sulaiman word pres) .
Suriah memiliki peran yang sangat besar terhadap Hamas dari segi persenjataan dan dukungan Politik. Di saat negara-negara Timur Tengah pro Barat tidak ada yang mau menerima kehadiran ketua Politbiro Hamas, Khalid Meshal. Presiden Bashar Al Assad bersedia dengan lapang dada menerima kehadiran Khalid Meshal dan mendirikan kantor  kedutaan Hamas dan jihad Islam di Damaskus. Tidak hanya itu Damaskus bersedia menampung ribuan para pengungsi Palestina di kamp Yarmouk. Presiden Bashar Al Assad mendapat kritikan pedas ketika mengunjungi Inggris. Inggris menganggap Presiden Bashar Al Assad telah memberikan bantuan kepada para Teroris. Presiden Bashar Al Assad berkilah dengan santai menyatakan bahwa mereka (Hamas dan Jihad Islam) bukan teroris  dan mereka juru bicara rakyat Palestina. Dengan demikian kecil kemungkinan Hamas akan ikut ambil bagian bersama Suriah jika terjadi invasi militer walaupun  Menurut laman analisa intelijen DebkaFile Israel melaporkan kemungkinan ikut sertanya Hamas dan Jihad Islam membantu Suriah jika Amerika Serikat  dan sekutu menyerang Suriah.
Bicara tentang perbandingan kekuatan militer kekuatan militer Suriah tidak sebanding dengan Amerika, anggaran militer amerika serikat mencapai 685 milyar dollar AS pertahun, bandingkan dengan anggaran Militer Suriah hanya 2 milyar dollar AS kurang dari 4 persen dari anggaran militer AS. Entah mengapa dengan sistem persenjataan nomor wahid di dunia, Amerika  menghadapi Taliban di Afganistan saja yang tidak memiliki system persenjataan canggih baik secara defensive maupun ofensif harus bersama negara-negara NATO seperti Britania Raya, Perancis, Belanda, dan Australia dengan sandi Operasi Kebebasan Abadi (Operation Enduring Freedom). sekutu negara lain bersama-sama Wajar saja anak sulung Bashar Al Assad, Hafez al Assad  berumur 11 tahun melalui jejaring sosial mengejek Amerika serikat pengecut.
Suriah bukan Irak, Afganistan dan Libya yang dengan mudah di gilas oleh Amerika bersama Sekutu.  Pasca Israel melakukan pengeboman di wilayah Damaskus menggunakan senjata mini nuklir buatan Amerika serikat, seorang analis Jim W. Dean berpendapat Rusia menganggap Israel telah melanggar garis merah dari Rusia menyerang negara non nuklir sehingga memaksa Rusia untuk meningkatkan pertahanan  udara dan persenjataan kepada Suriah.  Gordon Duff, Editor Senior Veteran Today menulis berdasarkan laporan dari sumber-sumber intelijen mengkonfirmasi bahwa sistem pertahanan rudal S 300 telah berada di tangan militer Suriah meskipun terjadi penolakan oleh Putin, Sekarang, laporan menunjukkan bahwa S 400 (system yang lebih maju dari S300) dalam proses pengiriman kepada Suriah.  dengan sytem persenjataan yang di miliki menempatkan Suriah sebagai lawan yang sangat  tangguh dan tidak sendirian, Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan GCC berjanji akan membantu Suriah jika di serang begitu pula dengan Iran dan Hizbullah. Timur tengah di prediksi “terbakar”, dunia di hadapkan dengan ancaman perang yang akan menimbulkan korban nyawa harta dan lingkungan akibat senjata-senjata berat dan berbahaya.
 Detik-detik inilah yang di manfaatkan oleh  Rusia dengan mengajukan pengusulan pemusnahan senjata kimia Suriah sebagai langkah  efektif mencegah intervensi militer Amerika Serikat. Presiden Bashar Al Assad menyatakan tidak memerlukan lagi senjata kimia tersebut dan mengklaim telah mempunyai persenjataan canggih yang mampu membutakan Israel dalam sekejap. Presiden Bashar Al Assad juga menggaris bawahi dukungan Rusia jika Amerika serikat tetap melakukan intervensi militer setelah melakukan penghapusan senjata kimia Suriah.
Taktik pemusnahan senjata kimia merupakan kemenangan suriah, melindungi pembicaraan perundingan Jenewa II yang selama ini telah di susun bersama dapat mencapai tujuan solusi politik menuju perdamaian di Suriah. Tidak ada pilihan bagi oposisi untuk tidak ambil bagian dalam konfrensi setelah Amerika serikat gagal menjanjikan Oposisi untuk memberikan keseimbangan kekuatan pada pemberontak melalui jalur invasi militer. Oposisi pun menyatakan kesediannya mengikuti konfrensi tanpa prasyarat walaupun terjadi pertentangan dari kelompok takrifi atau salafi. Perpecahan hingga perperangan juga terjadi antar pemberontak kembali terjadi antara kubu takfiri dan Free Syrian Army.  Free Syrian Army menurut Robert Fisk di kabarkan telah bernegosiasi dengan pemerintahan Suriah. Robert Fisk berpendapat Bashar Al Assad akan memiliki keuntungan yang sangat  jelas jika FSA bisa dibujuk untuk kembali ke jajaran tentara rezim dalam jaminan keselamatan lengkap, daerah wilayah yang luas yang dikuasai pemberontak akan kembali dapat  kontrol pemerintah tanpa menggunakan peluru. Tentara kembali diperkuat oleh desertir satu waktu kemudian bisa berbalik melawan al-Nusra dan afiliasinya al-Qaeda dalam nama persatuan nasional. Suriah tidak butuh teralu lama jika Amerika Serikat menarik dukungannya terhadap kelompok pemberontak yang nota bene sebagian kelompok garis keras. Jam kembali berdetak  menuju perdamaian di Suriah. Allahu alam