Jumat, 25 Mei 2012

Israel: Pergulatan Antara Asimilasi dan Membangun Sebuah Negara


in Area Palestine 1948(Foto:Palestineembasy.org)

Oleh : M. JAMIL
‘’seorang yahudi akan akan selau dianggap ‘’yang lain’ bagi orang yang non yahudi : ‘’bagi mereka yang hidup, seorang yahudi adalah orang yang mati, bagi pribumi seorang yahudi adalah orang yang asing, bagi pemilik barang, seorang yahudi adalah pengemis, bagi orang miskin seorang yahudi adalah pemeras dan jutawan, bagi patriot seorang yahudi adalah orang tanpa negara - Amos Elon “The Israelis, Founders and son”
Ben Gurion Mendeklarasikan Kemardekaan Israel
64 tahun silam -14 Mei 1948- Ben Gurion dengan percaya diri dibawah foto salah satu founding father Israel, Theodore Herzl yang  diapit dua buah lambang bintang Daud di Museum Of Art di Tel Aviv mendeklarasikan kemardekaan bagi negara Israel. Deklarasi kemardekaan Israel oleh Ben Gurion di hadiri  ratusan kaum yahudi, senyuman kebahagian  dan sesekali tepuk tangan para kaum yahudi begitu kentara di dalam acara deklarasi. Yahudi mugkin merupakan satu-satunya di dunia ini yang menggunakan istilah diperuntukan untuk suku, bangsa dan agama. Pendirian sebuah negara Yahudi merupakan penantian panjang, dan pergulatan ide tentang Negara Israel. Penantian panjang akan memiliki tempat bernaung bagi kaum yahudi. Pada mulanya tidak terbesit oleh kaum yahudi untuk memiliki sebuah rumah nasional-negara- bagi kaum yahudi, kaum yahudi yakin dan percaya mereka bisa hidup berdampingan dengan bangsa lain atau lebih dikenal dengan istilah assimilasi. Semangat assimilasi tumbuh dan di perkuat oleh gagasan agama yahudi terutama gagasan kaum yahudi relegius yang berasumsi bahwa kaum yahudi akan pergi ke tanah yang di janjikan-eretz yisrael, palestina-dengan bimbingan sang Messiah jika tidak justru akan menjadikan malapetaka bagi kaum yahudi.
Keyakinan dan kepercayaan akan Assimilasi runtuh ketika gelombang anti semit mencuat yang mengarah pada pemusnahan dan pembantaian kaum yahudi-pemerintahan Amerika pada tahun 2005 mendefinisikan arti anti semit yaitu kebencian terhadap orang Yahudi-individu maupun sebagai kelompok-yang dapat dikaitkan dengan agama Yahudi maupun etnis. Mengenai kebencian kepada kaum yahudi Amos Elon dalam bukunya “The Israelis, Founders and son”  menulis: seorang yahudi akan akan selau dianggap  yang lain,  bagi orang yang non yahudi,  ‘’bagi mereka yang hidup, seorang yahudi adalah orang yang mati, bagi pribumi seorang yahudi adalah orang yang asing, bagi pemilik barang, seorang yahudi adalah pengemis, bagi orang miskin seorang yahudi adalah pemeras dan jutawan, bagi patriot seorang yahudi adalah orang tanpa negara.
Banyak factor yang mendukung munculnya gerakan anti semit salah satunya karakter sebagian kaum yahudi-seperti ditulis Amos Elon, menguatnya nasionalisme pada abad 19 sehingga keberadaan kaum yahudi tentunya dianggap bertentangan dan ancaman terhadap cita-cita nasionalisme yang nota bene tidak memiliki negara dan konon kaum yahudi sendiri memiliki slogan ”dimana kami tinggal di situlah tanah air kami”. Selain itu kedua hal tersebut Karen Amstrong menulis dalam bukunya  ‘’Perang Suci dari Perang Salib hingga perang Teluk’’ berpendapat bahwa hal ini -gerakan anti semit- di picu oleh semangat dari peninggalan Perang Salib yang menjadikan Yahudi  sebagai musuh. Mungkin juga “Dendam sejarah” kepada kaum yahudi yang dianggap sebagian kaum Kristen paling bertanggung jawab dalam pembunuhan Jesus seperti yang di gambarkan oleh  sutradara Mel Gibson dalam filmnya “The Passion of Christ”  - Paus Benediktus XVI dalam bukunya yang berjudul "Jesus of Nazareth-Part II terbit sekitar tahun 2007 membebaskan tuduhan bahwa Yahudi tidak bertanggung jawab terhadap pembunuhan Jesus.
Karen Amstrong menulis dalam bukunya  ‘’Perang Suci dari Perang Salib hingga perang Teluk”  bahwa Pada tahun 1881 Tsar  Alexander III mendorong dilakukannya pertempuran dan pemusnahan baru-kaum yahudi . Perasaan mencekam akan pemusnahan dari komunitas yahudi  semakin menjadi ketika pada bulan April 1903 terjadi peristiwa menggemparkan di Kishinev. Peristiwa menggemparkan terkait pembantaian di komunitas yahudi di Kisinive, O’brien menulis dalam bukunya “The Siege: The saga of Israel and Zionism”-seperti yang dikutip oleh Karen amstrong- sebanyak 49 orang yahudi tewas 495 lainya terluka, pemerkosaan, 1.500 tempat tinggal dan bengkel kerja dirampas. Dari sinilah lanjut- O’brien- telah mengilhami propaganda anti semit tidak resmi.
Sebelumnya para pemikir kaum yahudi sudah memperingatkan kaum nya untuk meninggalkan gagasan asimilasi menuju gagasan memiliki sebuah negara.  Pada tahun 1882, leon Pinsker menulis sebuah risalah dengan Judul ‘’Autoemancipation’’ menegaskan sebuah gagasan yang memungkinkan sesegera mungkin bagi kaum yahudi memiliki sebuah Negara. Disusul oleh Theodore Herzl dengan julukan bapak zionis,  walaupun istilah zionis ini terlebih dulu digunakan oleh oleh Nathan Bernbaum - lebih muda 4 tahun dari Theodore Herzl- dalam karyanya  seperti yang di tulis Tdalam The New Jewish Encyclopedia "The Religion of Book Zionism''. Akan tetapi Herzl lah yang memadukan sebuah gagasan Zionisme dengan sebuah tindakan nyata dalam bentuk tindakan politik. Konsep zionis sendiri secara harfiah merujuk kepada bukit karang terletak di sebelah barat daya Al-Quds -Jarusalem. Zionis di gunakan sebagai alat untuk merangkul dan meraih simpati kaum yahudi dalam rangka  mencapai tujuan besar yaitu sebuah negara Yahudi di tanah Palestina.
Theodore Herzl, Bapak Zionisme modern
Herzl  yang tak lain juga seorang jurnalis, penulis dan aktivis politik, pada tahun 1896 menulis sebuah buku yang berjudul der judanstat, ia menulis “Kami secara alami ditarik ke tempat-tempat di mana kita tidak dianiaya, dan penampilan kita di sana akan menimbulkan penganiayaan. Hal ini terjadi,-lanjut herzl- dan pasti akan begitu, dimana-mana, bahkan di negara yang sangat beradab-lihat saja, misalnya, Prancis-selama pertanyaan Yahudi tidak diselesaikan pada tingkat politik.
Mengapa Herzl mengambil contoh Prancis sebagai titik tolak dari sikap antisemit? dan mengapa pula harus di selesaikan pada tingkat politik? untuk  hal yang pertama mungkin dapat dijawab dari  pengalaman herzl ketika ia meliput persidangan Alfred Dreyfus seorang perwira militer keturunan yahudi yang dituduh bertanggung jawab membocorkan informasi militer ke negara Jerman. Pada saat proses persidangan herlz menyaksikan bagaimana kerumunan masa berteriak ‘’mampuslah kalian kaum yahudi’’. Herlz sangat cemas atau mungkin tidak menyangka dengan respon massa di persidangan dan selanjutnya akan meluas dan mempengaruhi pandangan masyarakat Prancis -yang dianggap Herzl negara yang sangat beradab-  dan mengarah kepada gerakan anti semit. 
Mungkin di picu oleh  peristiwaa Dreyfus, kurang dari enam bulan herzl telah selesai merampungkan gagasannya  mengenai konsep negara yahudi melalui ‘’Der judanstat’’ dan mendapat berbagai apresiasi salah satunya datang dari Pendeta  William Hecler menteri Anglikan untuk Kedutaan Besar Inggris. Merasa tidak cukup dengan hanya membuat sebuah gagasan berupa buku Herzl yang merupakan salah satu inspirator pendiri negara yahudi berjuang pada tingkat politik  dengan mencari dukungan diplomatic agar kedepan kaum yahudi memiliki sebuah negara yahudi secara legalitas. Cara ini-diplomatik- ditempuh herzl tak terlepas dari pendidikan nya sebagai seorang  Sarjana Hukum yang dulunya Pendidikan Hukum juga didominasi oleh Pendidikan Politik (salah satunya, baca: Dasar-dasar Ilmu Politik oleh Prof. Miriam Budiarjo).
Herzl sendiri menyadari telah banyak para pendahulunya yang telah berjuang pada tataran gagasan dan atau dalam bentuk buku tentang tema kaum yahudi harus memiliki sebuah negara -seperti: Yahuda al-Kalai (1798-1878), Izvi Hirsch Kalischer (1795-1874) ‘Derishat Zion’, Moses Hess ‘Roma und Jerusalem’ (1862), leon Pinsker (1882) “‘’Autoemancipation’’- namun hanya memiliki sedikit kontribusi dan Herzl menginginkan kontribusi yang besar dengan sebuah tindakan politik.
Herzl  memulai perjuangannya dengan terlebih dulu melakukan konsilidasi, hal ini terwujud dengan konferensi pertama Zionis di basel, Swis pada tahun 1897 . Pada saat konferensi ia dengan yakin dan percaya sendiri menyatakan “di Basel saya mendirikan negara Yahudi...Barangkali dalam waktu lima tahun, dalam lima puluh tahun, orang niscaya akan menyaksikannya".
Terjadi perbedaan pendapat menyangkut persoalan wilayah yang akan di jadikan negara yahudi,  Herzl mengumumkan sebuah peluang besar bagi mereka untuk di izinkan membangun negara yahudi di Uganda,  namun sayang rencana Herzl di tolak pada saat kongres terutama dari delegasi Rusia yang menginginkan wilayah Palestina dan Herzl menerima gagasan tersebut. Untuk meyakinkan para delegasi pada saat kongres O’brien menulis ia –Theodore Herzl- berdiri di hadapan para delegasi itu, mengangkat tangan kanannya dan mengutip kata-kata sang –pemazmur- pengungsi di Babilonia : ‘’Yerusalem jika aku melupakanmu, maka biarkanlah  tangan kanan ku hancur.
Herzl mendapat dukungan keuangan sangat penting dari Mayer Amschel Rothschilds (1743-1812) dari Frankfurt, pendiri dinasti Rothschilds, keluarga Yahudi Paling kaya di dunia. Dengan  dukungan dinasti rothchilds, menambah rasa percaya diri herzl untuk menghubungi   Kesultanan Ottoman di bawah Sultan Hamid II karena wilayah  Jarusalem merupakan bagian dari kekuasaan Ottoman. Herzl mengirimkan Delegasi untuk bertemu dengan Sultan Hamid II membicarakan keinginan kaum yahudi untuk menduduki willayah Jarusalem dengan imbalan membayar semua hutang luar negri Kesultanan Ottoman. Kemudian  Sultan Abdul Hamid mengirimkan sebuah memoar kepada Neolinsky –teman Herzl- Sebagaimana ditulis sendiri oleh Herzl dalam buku hariannya halaman 35, yang dimuat dalam media Pusat Studi PLO sebagai berikut :

"Jika Herzl benar-benar kawanmu, sebagaimana Anda adalah kawanku juga, maka
tolong beritahukan agar Herzl jangan sekali-kali meneruskan langkahnya, karena aku
tidak akan menjual sejengkal pun wilayah kerajaanku. Kerajaanku bukanlah milik
pribadiku, melainkan milik seluruh kaum Muslimin. Dan untuk memperoleh itu,
mereka telah mengorbankan harta benda dan hidupnya. Oleh karena itu, kami akan
mempertahankan bumi itu dengan darah kami pula, dari setiap usaha yang dilakukan
oleh pihak luar untuk merebutnya. Pasukan kami telah terjun dalam medan perang di
Syiria dan Palestina. Mereka rela gugur satu demi satu, karena tidak ada seorang pun
dari prajurit kami yang mau menyerah kepada musuh. Mereka lebih senang mati
membela kehormatan Islam daripada hidup dalam kenistaan. Kerajaan Turki bukanlah
milik pribadiku, melainkan milik bangsa Turki. Tanah sejengkal pun tidak boleh dijarah
orang. Orang Yahudi supaya menyimpan saja jutaan uang miliknya itu. Seandainya
kerajaan ini bisa dihancur-luluhkan orang Yahudi boleh mengambil tanah Palestina
dengan cuma-cuma. Akan tetapi harus diingat, bahwa kerajaan kami tidak pernah akan
mundur dari tekad, yang telah kami pegang selama ini. Orang Yahudi tidak akan bisa
menghancurkan kami, sebelum mereka bisa melangkahi mayat-mayat kami lebih dulu."
Sultan Hamid II, Penguasa Ottoman
Dari memoar Sultan Hamid II yang di tujukan kepada Herzl sangat jelaslah bahwa sultan Hamid II menolak gagasan Herzl yang mewakili kaum yahudi. Keterlibatan Ottoman dalam perang dunia ke I dalam blok triple alliance yaitu Jerman, Austria, Italia membawa dampak serius pasca kekalahan melawan blok sekutu. Dampak seriusnya wilayah kekaisaran Ottoman seperti sebuah kue kemenangan yang siap untuk di bagi para pemenang perang Dunia I khususnya Inggris dan Prancis melalui perjanjian Sykes-Picot yang di tanda tangani pada tahun 1916. Perjanjian Sykes-Picot menentukan  nasib wilayah palestina termasuk kedalam kekuasaan Inggris dan nasib kekuasaan Ottoman rontok-secara dejure- pada tanggal 29 Oktober 1923 dengan diproklamirkan Republik Turki dibawah Kemal Attarturk.
Dengan demikian Herzl menaruh harapan besar kepada  Inggris untuk memuluskan niatnya. Garry M. Burke dalam bukunya ‘’Palestina milik siapa?” menulis, Harapan semakin terbuka pada tahun 1916 ketika Arthur Balfour, seorang sahabat zionis menjadi menteri luar negri Inggris. Dinasti Rothschild memainkan kartunya di bawah Lord Rothschild, Presiden Federasi Zionis di Inggris menulis surat kepada Arthur Balfour pada tanggal 18 juli 1917- seperti dikutip dalam buku Wiliam c.carr- yang isinya :

Sesuai dengan pernyataan yang anda minta, kami menulis surat ini kepada
Anda. Kalau Anda sudah mendapat wewenang tertulis dari pemerintah
baginda Raja yang berisi pemberitahuan tentang pernyataan yang kami
maksudkan kepada pemerintah, dan Anda sendiri menyambut baik tentang
pernyataan itu, kami akan menyampaikannya kepada persatuan Gerakan
Zionisme dalam sebuah pertemuan yang akan diadakan khusus untuk
membicarakan masalah itu.
Ttd.
Lord Rothschild
Dari surat Lord Rothschild tampak jauh sebelumnya telah ada semacam consensus antara Lord Rothschild dengan Arthur Barlfour, perhatikan saja penggunaan redaksi ‘’ anda sendiri menyambut baik tentang pernyataan itu”. Sekitar 3 bulan kedepan atas nama mentri luar negeri Arthur Barlfour membalas Surat tersebut yang isinya:
Departemen Luar Negeri 2 November 1917
Lord Rothschild yang terhormat,
Saya sangat senang dalam menyampaikan kepada Anda, atas nama Pemerintahan Sri Baginda, pernyataan simpati terhadap aspirasi Zionis Yahudi yang telah diajukan kepada dan disetujui oleh Kabinet.
"Pemerintahan Sri Baginda memandang positif pendirian di Palestina tanah air untuk orang Yahudi, dan akan menggunakan usaha keras terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya tujuan ini, karena jelas dipahami bahwa tidak ada suatupun yang boleh dilakukan yang dapat merugikan hak-hak penduduk dan keagamaan dari komunitas-komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina, ataupun hak-hak dan status politis yang dimiliki orang Yahudi di negara-negara lainnya.
Saya sangat berterima kasih jika Anda dapat menyampaikan deklarasi ini untuk diketahui oleh Federasi Zionis.
Salam,
Arthur James Balfour

Paul Findley dalam bukunya “diplomasi munafik zionis Israel: mengungkap fakta hubungan AS-Israel” berpendapat Deklarasi Balfour secara sengaja tidak mendukung suatu pendirian bangsa yahudi. Sejalan dengan pendapat Karen Amstrong yang menyatakan Deklarasi Barlfour justru membuat kaum zionis kaun zionis berang karena tidak adanya kejelasan penggunaan istilah Tanah Air dan juga penggunaan kalimat yang mengacu mengakui adanya suatu eksisitensi bangsa lain yang telah lama berada di wilayah Palestina. Namun saya tidak sependapat dengan kedua penulis di atas, Inggris bermain sangat hati-hati terkait permasalahan ini, disatu sisi inggris telah menjanjikan kepada pihak Arab di wilayah kekuasaan Ottoman yang mendukung Inggris dengan iming-iming sebuah  kemardekaan dari Inggris-lihat perjanjian  anglo-french 1918- dan Inggris tidak ingin kehilangan pengaruhnya di kalangan Arab  dan di sisi lain Zionis telah menggelontorkan uang untuk membantu Inggris dalam perang dunia Ke I menjadikan Inggris sebagai pelayan zionis. Menurut  Imam Khomenei dalam “Palestina Dalam Pandangan Imam Khomeini” berpendapat bahwa mendekati tanggal 15 Mei 1948 Inggris secara defacto menyerahkan mandatnya ke pada zionis. Jonathan Schneer dalam bukunya “The Balfour Declaration: The Origins of the Arab-Israeli Conflict” menulis “ today we consider The Balfour Declaration a great marker in jewish history not merely a zionist victory but a foundation of modern Israel- hari ini kita mempertimbangkan Deklarasi Balfour sebagai penanda besar dalam sejarah Yahudi bukan hanya kemenangan zionis akan tetapi sebagai landasan Israel modern. Edwars Said dalam ‘’The Question of Palestine” memandang Deklarasi Balfour sebagai bentuk pelecehan gamblang baik terhadap kehadiran maupun harapan harapan mayoritas penduduk asli.
Pasca Deklarasi Balfour kaum zionis gencar mengorganisir- sekali lagi saya tidak sependapat dengan Karen Amstrong yang menyatakan gerakan migrasi kaum yahudi tindakan yang tidak terorganisir-menyuruh kaum yahudi yang ada di dunia untuk melakukan migrasi ketanah Palestina bahkan sebelum deklarasi Balfour dibuat . Sebuah keputusan Konperensi Zionisme Intemasional ke-1 di Bazel pada 1897-seperti di kutip dalam buku ‘’Zionis Gerakan menaklukkan dunia” karya Zaini Azhar Maulani, Mantan Kepala Bakin (Badan Koordinasi Intelijen Negara)- gerakan migrasi dan penguasaan tanah Palestina dilakukan dengan cara-cara, :
1.   Pembelian tanah orang Arab-Palestina secara besar-besaran untuk membangun pemukiman Yahudi.  Dana untuk pembelian tanah dari orang Arab-Palestina cukup besar, tetapi temyata animo orang Yahudi untuk bermigrasi ke Palestina sangat rendah. Untuk memaksa orang Yahudi bermigrasi, kaum Zionis terpaksa melakukan tindakan kedua, yaitu
2.    Melakukan teror-gelap terhadap orang-orang Yahudi sendiri di Eropa, untuk memaksa mereka mau berexodus ke Palestina
3.    Selain itu kaum Zionis juga melakukan embargo terhadap pemukiman Arab-Palestina dengan menutup jalur suplai kebutuhan sehari-hari dan kadangkala dengan cara-cara intimidasi, sehingga mereka jatuh miskin dan terpaksa atau dipaksa menjual tanah atau berpindah tempat meninggalkan kampung halaman mereka
4.    Di samping itu gerombolan-gerombolan teroris Zionis seperti Haganah, Stern Gang Bachnach, Irgun Levi L'ummi, dan sebagainya, secara terus-menerus melakukan teror dan pembunuhan gelap terhadap orang Arah Palestina untuk memaksa mereka meninggalkan tanah dan tempat tinggalnya. Tindakan itu dilakukan sejak tahun 1920 sampai dengan sekarang; dan yang terakhir
5.    Membangun kepemimpinan orang Yahudi di Palestina di bidang ekonomi dan politik.

Oleh  karena itu Wiliam G Carr dalam bukunya “Zionisme mengenggam dunia” memandang gerakan anti semits seperti pengusiran dan  pembantian kaum yahudi adalah tak lain dan tak bukan ulah dari gerakan zionis internasional agar kaum yahudi meninggalkan gagasan Assimilasi dengan bangsa lain-sesuai dengan point 2 di atas.
kelompok teror Haganah (foto:military photo.net)
Mengenai kelompok terror zionis- Haganah, Stern Gang Bachnach, Irgun Levi L'ummi, mempunyai fungsi meneror kaum yahudi untuk melakukan migrasi ke tanah palestina juga berperan melindungi kaum imigran yahudi di palestina dan bahkan untuk melakukan pembantaian kepada penduduk Arab Palestina. George Antonius dalam buku ‘’The Arab Awakening’’-seperti dikutip A.M Priyono Dalam Buku terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam-  pada peristiwa 27 Februari 1939, ditemukan 23 mayat orang arab yang tidak bersalah korban dari serangkain bom yang di ledakkan oleh kelompok teroris haganah.
Mengenai kebiadaban kelompok terror ala zionis Manechem begin-mantan perdana Israel ke 6- mengungkapkan:
 Di Jarusalem seperti ditempat-tempat lain kamilah yang memulai mengubah strategi dari defensive ke offensive…orang-orang Arab mulai berhamburan karena terror, haganah melakukan serangan-serangan yang sukses di front-front lain sementara pasukan lainnya terus maju melalui Haifa bagaikan pisau menembus mentega’…..kini Israel menuduh bahwa perang Palestina dipicu oleh masuknya tentara-tentara arab ke Palestina setelah 15 Mei 1948. Tapi itu merupakan fasekedua perang tersebut; mereka mengabaikan pembantaian dan pengusiran dan perlucutan (terhadap warga arab) yang terjadi sebelum tanggal tersebut yang memang di intervensi oleh Negara-negara Arab- dikutip dalam sami Hadawi dalam Bitter Harvest
Pembantaian Zionis di Deir Yassin (Foto: sahabatalqsa.com)
Pembantaian semakin intens menjelang awal tahun kemardekaan Israel-perampasan- pasca kemardekaan-perampasan di wilayah Palestina tercatat yaitu
1.    Pembantaian di Desa Balad as Syeikh dan Hawasyah pada tanggal 1 januari 1948 di perkampungan yang berada di sebelah tenggara Haifa, kelompok teroris Zionis melancarkan serangan dengan kekuatan 200 tentara berhasil  membantai penduduk desa tersebut
2.    Pembantaian Nashiruddin pada tanggal 13 Mei 1948 di sebuah desa dekat Totriyah, mereka-zionis- membantai seluruh penduduknya.
3.    Pembantaian Bait Ad Daris tanggal 21 Mei 1948 serangan yang di lancarkan ke sebuah desa yang berada di sebelah timur gaza dengan menggunakan Panser-panser mereka menghabisi semua penduduknya.
4.    Pembantaian Deir Yassin pada tangggal 09 Oktober 1948, zionis memporakporandakan desa tersebut dan membunuh penduduk dari orang tua hingga anank-anak dan mengubur seluruh jasad yang berjumlah hingga 250 jiwa.
5.    Pembantaian Ad Duwaimah tanggal 30 Oktober 1948 dipimpin Moshe Dayan memasuki Desa dan membantai 96 orang termasuk anak-anak yang dibunuh dengan memecah kepala mereka
6.    Pembantaian Ailbun dan shaf-shaf akhir tahun 1948, 12 pemuda palestina tergeletak tak bernyawa dan 52 orang Palestina diikat dengan tali di lemparkan kedalam sumur.
 (berbagai sumber dikutip dalam buku “Fitnah dan Petaka Akhir Zaman:detik-detik menuju kehancuran alam semesta karya Abu Fatih al Adnan).
Mengenai pembantaian oleh kaum  Zionis terhadap bangsa Arab Palestina, Norman Finkelstein menulis dalam bukunya Image and reality of Palestine Conflict menulis:
Pada 1948 orang yahudi bukan hanya mampu mempertahankan diri sendiri tetapi juga melakukan penyiksaan-penyiksaan massif. Malah menurut mantan direktur dinas Arsip Tentara Israel ‘di hampir semua desa Arab yang kami duduki selama perang kemardekaan tindakan yang dilakukan tergolong tindakan kejahatan perang, seperti pembunuhan, pembantaian missal, dan perkosaan’…Uri Milstein, pakar sejarah Israel tentang perang 1948, melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa setiap penyerangan berakhir dengan pembantaian massal  terhadap warga Arab
Peta kekerasaan dan pembantaian di atas salah satunya dipicu oleh, resolusi PBB no 181 pada tanggal 29 November 1947 dengan rencana membagi wilayah Palestina menjadi dua kepemilikan yaitu 55 persen bagi yahudi dan 45 persen bagi Arab dan mengakhiri mandat Inggris pada tanggal 1 agustus 1948. Resolusi ini juga mengatur wilayah suci Jarusalem sebagai Ibu menjadikannya status kota internasional-namun sekarang secara defacto status dari Jarussalem dibawah kendali Israel.
Pada sore hari tepat pada tanggal 14 Mei 1948, Ben Gurion mendeklarasikan negara Israel dan keesokaan hari nya Israel di gempur oleh kesatuan 5 negara Arab yang yaitu Mesir, Suriah, Yordania, Irak dan Mesir. Pada mulanya menlu AS George Marshal dan CIA secara terbuka menyatakan jika terjadi perang kaum yahudi akan kalah. Namun Israel berhasil memenangkan pertarungan melawan Pasukan Arab dikarenakan dukungan persenjataan, amunisi, hingga pesawat tempur yang di datangkan dari Cekoslavakia dan senjata lainnya yang di selundupkan dari Amerika dan Eropa-konon pada waktu itu amerika serikat mengembargo Israel. Menurut para pengamat tanpa persenjataan dari cekoslavakia, Israel akan kandas. Persenjataan dari cekoslavakia dan hasil selundupan dari Amerika menjadikan Israel di atas angin menghadapi perlawanan pasukan Arab dengan kualitas perlatan tempur yang usang.
Dari kekalahan perang kemardekaan ini wilayah Israel semakin bertambah-semula hanya sekitar 53 persen- menjadi 70 persen dari total wilayah yang diberikan melalui mandate PBB dan menjadikan bangsa palestina menjadi pengungsi di negri sendiri.
Tak puas dengan kekalahan pada perang 1948, Pasukan Arab kali ini gabungan 3 negara yaitu Mesir, Yordania dan Suriah-didukung oleh Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Aljazair-  namun pihak Arab harus menelan pil pahit untuk kedua kalinya dengan kemenangan Isarel-Dukungan Amerika dan negara Eropa masih tetap eksis hingga sekarang- dan harus merelakan wilayah Sinai, Jalur Gaza, dan dataran tinggi Golan.
Hingga sekarang memasuki tanggal 14 Mei 2012, 64 tahun kemardekaan Israel dan 64 tahun pula bangsa Palestina terombang ambing dalam pusaaran kebiadaban dan ketidak pastian. Terakhir saya hanya berdoa dan berharap permasalahan Palestina dapat diselesai secara arif dan bangsa Palestina di berikan hak kemardekaannya. Tak adalagi bunyi peluru, tak ada lagi bunyi arteri, tak ada lagi penghancuran rumah, tak ada lagi nyawa yang mati-sesuai amanat perjanjian Balfour dan terbukti Israel sendiri telah melanggarnya. Para zionis pernah mengalami ketidak nyamanan, ketakutan akan pembunuhan, pembantaian, pemerkosaan mengapa pula ia harus melakukan segala ketidaknyamanan tersebut kepada bangsa lain.
Terakhir saya akan mengutip pendapat Mahatma Gandi tentang Palestina
‘’Palestina adalah milik orang-orang Arab dalam arti yang sama bahwa Inggris termasuk dalam bahasa Inggris atau Perancis ke Perancis ... Apa yang terjadi di Palestina hari ini tidak dapat dibenarkan oleh kode moral etik ... Jika mereka [orang Yahudi] harus melihat ke Palestina geografi sebagai rumah nasional mereka, adalah salah untuk memasukkannya di bawah bayang-bayang senjata Inggris Sebuah tindakan religius tidak dapat dilakukan dengan bantuan bayonet atau bom.. Mereka bisa menetap di Palestina hanya dengan niat baik dari orang Arab ... Karena, mereka adalah co-sharers dengan Inggris di despoiling orang-orang yang tidak melakukan kesalahan kepada mereka saya tidak membela ekses Arab.. Saya berharap mereka telah memilih cara non-kekerasan dalam melawan apa yang mereka benar menganggap sebagai perambahan tidak dapat diterima pada negara mereka Namun menurut kanon yang diterima benar dan salah, tidak ada yang dapat dikatakan melawan perlawanan Arab dalam menghadapi rintangan yang luar biasa.. " Mahatma Gandhi, quoted in "A Land of Two Peoples" ed. Mahatma Gandhi, dikutip dalam "A Tanah Dua Bangsa" ed. Mendes-Flohr. Mendes-Flohr.




0 komentar:

Posting Komentar