in Area Palestine 1948(Foto:Palestineembasy.org) |
Oleh : M. JAMIL
‘’seorang yahudi akan akan selau dianggap
‘’yang lain’ bagi orang yang non yahudi : ‘’bagi mereka yang hidup, seorang
yahudi adalah orang yang mati, bagi pribumi seorang yahudi adalah orang yang
asing, bagi pemilik barang, seorang yahudi adalah pengemis, bagi orang miskin
seorang yahudi adalah pemeras dan jutawan, bagi patriot seorang yahudi adalah
orang tanpa negara - Amos Elon “The Israelis, Founders and son”
Ben Gurion Mendeklarasikan Kemardekaan Israel |
Keyakinan dan
kepercayaan akan Assimilasi runtuh ketika gelombang anti semit mencuat yang
mengarah pada pemusnahan dan pembantaian kaum yahudi-pemerintahan Amerika pada
tahun 2005 mendefinisikan arti anti semit yaitu kebencian terhadap orang
Yahudi-individu maupun sebagai kelompok-yang dapat dikaitkan dengan agama
Yahudi maupun etnis. Mengenai kebencian kepada kaum yahudi Amos Elon dalam
bukunya “The Israelis, Founders and son”
menulis: seorang yahudi akan akan selau dianggap yang lain,
bagi orang yang non yahudi,
‘’bagi mereka yang hidup, seorang yahudi adalah orang yang mati, bagi
pribumi seorang yahudi adalah orang yang asing, bagi pemilik barang, seorang
yahudi adalah pengemis, bagi orang miskin seorang yahudi adalah pemeras dan
jutawan, bagi patriot seorang yahudi adalah orang tanpa negara.
Banyak factor yang mendukung munculnya gerakan anti
semit salah satunya karakter sebagian kaum yahudi-seperti ditulis Amos Elon,
menguatnya nasionalisme pada abad 19 sehingga keberadaan kaum yahudi tentunya
dianggap bertentangan dan ancaman terhadap cita-cita nasionalisme yang nota
bene tidak memiliki negara dan konon kaum yahudi sendiri memiliki slogan
”dimana kami tinggal di situlah tanah air kami”. Selain itu kedua hal tersebut
Karen Amstrong menulis dalam bukunya
‘’Perang Suci dari Perang Salib hingga perang Teluk’’ berpendapat bahwa
hal ini -gerakan anti semit- di picu oleh semangat dari peninggalan Perang
Salib yang menjadikan Yahudi sebagai
musuh. Mungkin juga “Dendam sejarah” kepada kaum yahudi yang dianggap sebagian
kaum Kristen paling bertanggung jawab dalam pembunuhan Jesus seperti yang di
gambarkan oleh sutradara Mel Gibson
dalam filmnya “The Passion of Christ” - Paus
Benediktus XVI dalam bukunya yang berjudul "Jesus of Nazareth-Part II
terbit sekitar tahun 2007 membebaskan tuduhan bahwa Yahudi tidak bertanggung
jawab terhadap pembunuhan Jesus.
Karen Amstrong menulis dalam bukunya ‘’Perang Suci dari Perang Salib hingga perang
Teluk” bahwa Pada tahun 1881 Tsar Alexander III mendorong dilakukannya
pertempuran dan pemusnahan baru-kaum yahudi . Perasaan mencekam akan pemusnahan
dari komunitas yahudi semakin menjadi
ketika pada bulan April 1903 terjadi peristiwa menggemparkan di Kishinev.
Peristiwa menggemparkan terkait pembantaian di komunitas yahudi di Kisinive,
O’brien menulis dalam bukunya “The Siege: The saga of Israel and
Zionism”-seperti yang dikutip oleh Karen amstrong- sebanyak 49 orang yahudi
tewas 495 lainya terluka, pemerkosaan, 1.500 tempat tinggal dan bengkel kerja
dirampas. Dari sinilah lanjut- O’brien- telah mengilhami propaganda anti semit
tidak resmi.
Sebelumnya para pemikir kaum yahudi sudah
memperingatkan kaum nya untuk meninggalkan gagasan asimilasi menuju gagasan
memiliki sebuah negara. Pada tahun 1882,
leon Pinsker menulis sebuah risalah dengan Judul ‘’Autoemancipation’’
menegaskan sebuah gagasan yang memungkinkan sesegera mungkin bagi kaum yahudi
memiliki sebuah Negara. Disusul oleh Theodore Herzl dengan julukan bapak
zionis, walaupun istilah zionis ini
terlebih dulu digunakan oleh oleh Nathan Bernbaum - lebih muda 4 tahun dari
Theodore Herzl- dalam karyanya seperti
yang di tulis Tdalam The New Jewish Encyclopedia "The Religion of Book Zionism''. Akan tetapi Herzl lah yang memadukan
sebuah gagasan Zionisme dengan sebuah tindakan nyata dalam bentuk tindakan politik.
Konsep zionis sendiri secara harfiah merujuk kepada bukit karang terletak di
sebelah barat daya Al-Quds -Jarusalem. Zionis di gunakan sebagai alat untuk
merangkul dan meraih simpati kaum yahudi dalam rangka mencapai tujuan besar yaitu sebuah negara Yahudi
di tanah Palestina.
Theodore Herzl, Bapak Zionisme modern |
Mengapa Herzl mengambil contoh Prancis sebagai titik
tolak dari sikap antisemit? dan mengapa pula harus di selesaikan pada tingkat
politik? untuk hal yang pertama mungkin
dapat dijawab dari pengalaman herzl
ketika ia meliput persidangan Alfred Dreyfus seorang perwira militer keturunan
yahudi yang dituduh bertanggung jawab membocorkan informasi militer ke negara
Jerman. Pada saat proses persidangan herlz menyaksikan bagaimana kerumunan masa
berteriak ‘’mampuslah kalian kaum yahudi’’. Herlz sangat cemas atau mungkin
tidak menyangka dengan respon massa di persidangan dan selanjutnya akan meluas
dan mempengaruhi pandangan masyarakat Prancis -yang dianggap Herzl negara yang
sangat beradab- dan mengarah kepada
gerakan anti semit.
Mungkin di picu oleh
peristiwaa Dreyfus, kurang dari enam bulan herzl telah selesai
merampungkan gagasannya mengenai konsep
negara yahudi melalui ‘’Der judanstat’’ dan mendapat berbagai apresiasi salah
satunya datang dari Pendeta William Hecler menteri Anglikan untuk
Kedutaan Besar Inggris. Merasa tidak cukup dengan hanya membuat sebuah gagasan
berupa buku Herzl yang merupakan salah satu inspirator pendiri negara yahudi
berjuang pada tingkat politik dengan
mencari dukungan diplomatic agar kedepan kaum yahudi memiliki sebuah negara
yahudi secara legalitas. Cara ini-diplomatik- ditempuh herzl tak terlepas dari
pendidikan nya sebagai seorang Sarjana
Hukum yang dulunya Pendidikan Hukum juga didominasi oleh Pendidikan Politik
(salah satunya, baca: Dasar-dasar Ilmu Politik oleh Prof. Miriam Budiarjo).
Herzl sendiri menyadari telah banyak para
pendahulunya yang telah berjuang pada tataran gagasan dan atau dalam bentuk
buku tentang tema kaum yahudi harus memiliki sebuah negara -seperti: Yahuda
al-Kalai (1798-1878), Izvi Hirsch Kalischer (1795-1874) ‘Derishat Zion’, Moses Hess ‘Roma und Jerusalem’ (1862),
leon Pinsker (1882) “‘’Autoemancipation’’- namun hanya memiliki sedikit
kontribusi dan Herzl menginginkan kontribusi yang besar dengan sebuah tindakan
politik.
Herzl memulai
perjuangannya dengan terlebih dulu melakukan konsilidasi, hal ini terwujud
dengan konferensi pertama Zionis di basel, Swis pada tahun 1897 . Pada saat
konferensi ia dengan yakin dan percaya sendiri menyatakan “di Basel saya mendirikan negara
Yahudi...Barangkali dalam waktu lima tahun, dalam lima puluh tahun, orang
niscaya akan menyaksikannya".
Terjadi perbedaan pendapat menyangkut persoalan
wilayah yang akan di jadikan negara yahudi,
Herzl mengumumkan sebuah peluang besar bagi mereka untuk di izinkan
membangun negara yahudi di Uganda, namun
sayang rencana Herzl di tolak pada saat kongres terutama dari delegasi Rusia
yang menginginkan wilayah Palestina dan Herzl menerima gagasan tersebut. Untuk
meyakinkan para delegasi pada saat kongres O’brien menulis ia –Theodore Herzl-
berdiri di hadapan para delegasi itu, mengangkat tangan kanannya dan mengutip
kata-kata sang –pemazmur- pengungsi di Babilonia : ‘’Yerusalem jika aku
melupakanmu, maka biarkanlah tangan
kanan ku hancur.
Herzl mendapat dukungan keuangan sangat penting dari Mayer Amschel Rothschilds (1743-1812)
dari Frankfurt, pendiri dinasti Rothschilds, keluarga Yahudi Paling kaya di
dunia. Dengan dukungan dinasti
rothchilds, menambah rasa percaya diri herzl untuk menghubungi Kesultanan Ottoman di bawah Sultan Hamid II
karena wilayah Jarusalem merupakan
bagian dari kekuasaan Ottoman. Herzl mengirimkan Delegasi untuk bertemu dengan
Sultan Hamid II membicarakan keinginan kaum yahudi untuk menduduki willayah
Jarusalem dengan imbalan membayar semua hutang luar negri Kesultanan Ottoman.
Kemudian Sultan Abdul Hamid mengirimkan
sebuah memoar kepada Neolinsky –teman Herzl- Sebagaimana ditulis sendiri oleh Herzl dalam buku hariannya halaman 35,
yang dimuat dalam media Pusat Studi PLO sebagai berikut :
"Jika Herzl benar-benar kawanmu, sebagaimana Anda adalah kawanku juga, maka
tolong beritahukan agar Herzl jangan
sekali-kali meneruskan langkahnya, karena aku
tidak akan menjual sejengkal pun wilayah
kerajaanku. Kerajaanku bukanlah milik
pribadiku, melainkan milik seluruh kaum Muslimin.
Dan untuk memperoleh itu,
mereka telah mengorbankan harta benda dan hidupnya.
Oleh karena itu, kami akan
mempertahankan bumi itu dengan darah kami pula,
dari setiap usaha yang dilakukan
oleh pihak luar untuk merebutnya. Pasukan kami
telah terjun dalam medan perang di
Syiria dan Palestina. Mereka rela gugur satu demi
satu, karena tidak ada seorang pun
dari prajurit kami yang mau menyerah kepada musuh.
Mereka lebih senang mati
membela kehormatan Islam daripada hidup dalam
kenistaan. Kerajaan Turki bukanlah
milik pribadiku, melainkan milik bangsa Turki.
Tanah sejengkal pun tidak boleh dijarah
orang. Orang Yahudi supaya menyimpan saja jutaan
uang miliknya itu. Seandainya
kerajaan ini bisa dihancur-luluhkan orang Yahudi
boleh mengambil tanah Palestina
dengan cuma-cuma. Akan tetapi harus diingat, bahwa
kerajaan kami tidak pernah akan
mundur dari tekad, yang telah kami pegang selama
ini. Orang Yahudi tidak akan bisa
menghancurkan kami, sebelum mereka bisa melangkahi
mayat-mayat kami lebih dulu."
Sultan Hamid II, Penguasa Ottoman |
Dengan demikian Herzl menaruh harapan besar kepada Inggris untuk memuluskan niatnya. Garry M.
Burke dalam bukunya ‘’Palestina milik siapa?” menulis, Harapan semakin terbuka
pada tahun 1916 ketika Arthur Balfour, seorang sahabat zionis menjadi menteri
luar negri Inggris. Dinasti Rothschild memainkan kartunya di bawah Lord
Rothschild, Presiden Federasi Zionis di Inggris menulis surat kepada Arthur
Balfour pada tanggal 18 juli 1917- seperti dikutip dalam buku Wiliam c.carr-
yang isinya :
Sesuai
dengan pernyataan yang anda minta, kami menulis surat ini kepada
Anda.
Kalau Anda sudah mendapat wewenang tertulis dari pemerintah
baginda
Raja yang berisi pemberitahuan tentang pernyataan yang kami
maksudkan
kepada pemerintah, dan Anda sendiri menyambut baik tentang
pernyataan
itu, kami akan menyampaikannya kepada persatuan Gerakan
Zionisme
dalam sebuah pertemuan yang akan diadakan khusus untuk
membicarakan
masalah itu.
Ttd.
Lord Rothschild
Dari surat Lord Rothschild tampak
jauh sebelumnya telah ada semacam consensus antara Lord Rothschild dengan
Arthur Barlfour, perhatikan saja penggunaan redaksi ‘’ anda sendiri
menyambut baik tentang pernyataan itu”. Sekitar 3 bulan kedepan atas nama
mentri luar negeri Arthur Barlfour
membalas Surat tersebut yang isinya:
Departemen Luar Negeri
2 November 1917
Lord Rothschild yang terhormat,
Saya sangat senang dalam menyampaikan kepada Anda,
atas nama Pemerintahan Sri Baginda, pernyataan simpati terhadap aspirasi Zionis
Yahudi yang telah diajukan kepada dan disetujui oleh Kabinet.
"Pemerintahan Sri Baginda memandang positif
pendirian di Palestina tanah air untuk orang Yahudi, dan akan menggunakan usaha
keras terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya tujuan ini, karena jelas
dipahami bahwa tidak ada suatupun yang boleh dilakukan yang dapat merugikan
hak-hak penduduk dan keagamaan dari komunitas-komunitas non-Yahudi yang ada di
Palestina, ataupun hak-hak dan status politis yang dimiliki orang Yahudi di
negara-negara lainnya.
Saya sangat berterima kasih jika Anda dapat
menyampaikan deklarasi ini untuk diketahui oleh Federasi Zionis.
Salam,
Arthur
James Balfour
Paul Findley dalam bukunya “diplomasi
munafik zionis Israel: mengungkap fakta hubungan AS-Israel” berpendapat Deklarasi
Balfour secara sengaja tidak mendukung suatu pendirian bangsa yahudi. Sejalan
dengan pendapat Karen Amstrong yang menyatakan Deklarasi Barlfour justru
membuat kaum zionis kaun zionis berang karena tidak adanya kejelasan penggunaan
istilah Tanah Air dan juga penggunaan kalimat yang mengacu mengakui adanya
suatu eksisitensi bangsa lain yang telah lama berada di wilayah Palestina.
Namun saya tidak sependapat dengan kedua penulis di atas, Inggris bermain
sangat hati-hati terkait permasalahan ini, disatu sisi inggris telah
menjanjikan kepada pihak Arab di wilayah kekuasaan Ottoman yang mendukung
Inggris dengan iming-iming sebuah
kemardekaan dari Inggris-lihat perjanjian anglo-french 1918- dan Inggris tidak ingin
kehilangan pengaruhnya di kalangan Arab
dan di sisi lain Zionis telah menggelontorkan uang untuk membantu
Inggris dalam perang dunia Ke I menjadikan Inggris sebagai pelayan zionis.
Menurut Imam Khomenei dalam “Palestina
Dalam Pandangan Imam Khomeini” berpendapat bahwa mendekati tanggal 15 Mei 1948 Inggris
secara defacto menyerahkan mandatnya ke pada zionis. Jonathan Schneer
dalam bukunya “The Balfour Declaration: The Origins of the Arab-Israeli
Conflict” menulis “ today we consider The Balfour Declaration a great marker in
jewish history not merely a zionist victory but a foundation of modern Israel- hari ini kita mempertimbangkan Deklarasi
Balfour sebagai penanda besar dalam sejarah Yahudi bukan hanya kemenangan
zionis akan tetapi sebagai landasan Israel modern. Edwars Said dalam ‘’The Question of Palestine” memandang Deklarasi
Balfour sebagai bentuk pelecehan gamblang baik terhadap kehadiran maupun
harapan harapan mayoritas penduduk asli.
Pasca Deklarasi Balfour kaum zionis gencar mengorganisir-
sekali lagi saya tidak sependapat dengan Karen Amstrong yang menyatakan gerakan
migrasi kaum yahudi tindakan yang tidak terorganisir-menyuruh kaum yahudi yang
ada di dunia untuk melakukan migrasi ketanah Palestina bahkan sebelum deklarasi
Balfour dibuat . Sebuah keputusan Konperensi Zionisme Intemasional ke-1
di Bazel pada 1897-seperti di kutip dalam buku ‘’Zionis Gerakan menaklukkan
dunia” karya Zaini Azhar Maulani, Mantan Kepala Bakin (Badan Koordinasi
Intelijen Negara)- gerakan migrasi dan penguasaan tanah Palestina dilakukan
dengan cara-cara, :
1. Pembelian
tanah orang Arab-Palestina secara besar-besaran untuk membangun pemukiman
Yahudi. Dana untuk pembelian tanah dari orang Arab-Palestina cukup besar,
tetapi temyata animo orang Yahudi untuk bermigrasi ke Palestina sangat rendah.
Untuk memaksa orang Yahudi bermigrasi, kaum Zionis terpaksa melakukan tindakan
kedua, yaitu
2. Melakukan teror-gelap terhadap orang-orang
Yahudi sendiri di Eropa, untuk memaksa mereka mau berexodus ke Palestina
3. Selain itu kaum Zionis juga melakukan embargo
terhadap pemukiman Arab-Palestina dengan menutup jalur suplai kebutuhan
sehari-hari dan kadangkala dengan cara-cara intimidasi, sehingga mereka jatuh
miskin dan terpaksa atau dipaksa menjual tanah atau berpindah tempat
meninggalkan kampung halaman mereka
4. Di
samping itu gerombolan-gerombolan teroris Zionis seperti Haganah, Stern Gang
Bachnach, Irgun Levi L'ummi, dan sebagainya, secara terus-menerus melakukan
teror dan pembunuhan gelap terhadap orang Arah Palestina untuk memaksa mereka
meninggalkan tanah dan tempat tinggalnya. Tindakan itu dilakukan sejak tahun
1920 sampai dengan sekarang; dan yang terakhir
5. Membangun kepemimpinan orang Yahudi di
Palestina di bidang ekonomi dan politik.
Oleh karena itu Wiliam G Carr dalam bukunya “Zionisme mengenggam dunia” memandang gerakan anti semits seperti pengusiran dan pembantian kaum yahudi adalah tak lain dan tak bukan ulah dari gerakan zionis internasional agar kaum yahudi meninggalkan gagasan Assimilasi dengan bangsa lain-sesuai dengan point 2 di atas.
kelompok teror Haganah (foto:military photo.net) |
Mengenai kebiadaban kelompok terror ala
zionis Manechem begin-mantan perdana Israel ke 6- mengungkapkan:
Di
Jarusalem seperti ditempat-tempat lain kamilah yang memulai mengubah strategi
dari defensive ke offensive…orang-orang Arab mulai berhamburan karena terror,
haganah melakukan serangan-serangan yang sukses di front-front lain sementara
pasukan lainnya terus maju melalui Haifa bagaikan pisau menembus mentega’…..kini
Israel menuduh bahwa perang Palestina dipicu oleh masuknya tentara-tentara arab
ke Palestina setelah 15 Mei 1948. Tapi itu merupakan fasekedua perang tersebut;
mereka mengabaikan pembantaian dan pengusiran dan perlucutan (terhadap warga
arab) yang terjadi sebelum tanggal tersebut yang memang di intervensi oleh
Negara-negara Arab- dikutip dalam sami Hadawi dalam Bitter Harvest
Pembantaian Zionis di Deir Yassin (Foto: sahabatalqsa.com) |
Pembantaian
semakin intens menjelang awal tahun kemardekaan Israel-perampasan- pasca
kemardekaan-perampasan di wilayah Palestina tercatat yaitu
1.
Pembantaian
di Desa Balad as Syeikh dan Hawasyah pada tanggal 1 januari 1948 di
perkampungan yang berada di sebelah tenggara Haifa, kelompok teroris Zionis
melancarkan serangan dengan kekuatan 200 tentara berhasil membantai penduduk desa tersebut
2.
Pembantaian
Nashiruddin pada tanggal 13 Mei 1948 di sebuah desa dekat Totriyah,
mereka-zionis- membantai seluruh penduduknya.
3.
Pembantaian
Bait Ad Daris tanggal 21 Mei 1948 serangan yang di lancarkan ke sebuah desa
yang berada di sebelah timur gaza dengan menggunakan Panser-panser mereka
menghabisi semua penduduknya.
4.
Pembantaian
Deir Yassin pada tangggal 09 Oktober 1948, zionis memporakporandakan desa
tersebut dan membunuh penduduk dari orang tua hingga anank-anak dan mengubur
seluruh jasad yang berjumlah hingga 250 jiwa.
5.
Pembantaian
Ad Duwaimah tanggal 30 Oktober 1948 dipimpin Moshe Dayan memasuki Desa dan
membantai 96 orang termasuk anak-anak yang dibunuh dengan memecah kepala mereka
6.
Pembantaian
Ailbun dan shaf-shaf akhir tahun 1948, 12 pemuda palestina tergeletak tak
bernyawa dan 52 orang Palestina diikat dengan tali di lemparkan kedalam sumur.
(berbagai sumber dikutip dalam buku “Fitnah dan Petaka Akhir Zaman:detik-detik menuju kehancuran alam semesta karya Abu Fatih al Adnan).
(berbagai sumber dikutip dalam buku “Fitnah dan Petaka Akhir Zaman:detik-detik menuju kehancuran alam semesta karya Abu Fatih al Adnan).
Mengenai
pembantaian oleh kaum Zionis terhadap
bangsa Arab Palestina, Norman Finkelstein menulis dalam bukunya Image and
reality of Palestine Conflict menulis:
Pada 1948
orang yahudi bukan hanya mampu mempertahankan diri sendiri tetapi juga
melakukan penyiksaan-penyiksaan massif. Malah menurut mantan direktur dinas
Arsip Tentara Israel ‘di hampir semua desa Arab yang kami duduki selama perang
kemardekaan tindakan yang dilakukan tergolong tindakan kejahatan perang,
seperti pembunuhan, pembantaian missal, dan perkosaan’…Uri Milstein, pakar
sejarah Israel tentang perang 1948, melangkah lebih jauh dengan menyatakan
bahwa setiap penyerangan berakhir dengan pembantaian massal terhadap warga Arab
Peta kekerasaan dan pembantaian di atas salah satunya dipicu oleh, resolusi
PBB no 181 pada tanggal 29 November 1947 dengan rencana membagi wilayah
Palestina menjadi dua kepemilikan yaitu 55 persen bagi yahudi dan 45 persen
bagi Arab dan mengakhiri mandat Inggris pada tanggal 1 agustus 1948. Resolusi
ini juga mengatur wilayah suci Jarusalem sebagai Ibu menjadikannya status kota
internasional-namun sekarang secara defacto status dari Jarussalem dibawah
kendali Israel.
Dari
kekalahan perang kemardekaan ini wilayah Israel semakin bertambah-semula hanya
sekitar 53 persen- menjadi 70 persen dari total wilayah yang diberikan melalui mandate
PBB dan menjadikan bangsa palestina menjadi pengungsi di negri sendiri.
Tak
puas dengan kekalahan pada perang 1948, Pasukan Arab kali ini gabungan 3 negara
yaitu Mesir, Yordania dan Suriah-didukung oleh Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan
dan Aljazair- namun pihak Arab harus
menelan pil pahit untuk kedua kalinya dengan kemenangan Isarel-Dukungan Amerika
dan negara Eropa masih tetap eksis hingga sekarang- dan harus merelakan wilayah
Sinai, Jalur Gaza, dan dataran tinggi Golan.
Hingga sekarang memasuki tanggal 14 Mei 2012, 64 tahun
kemardekaan Israel dan 64 tahun pula bangsa Palestina terombang ambing dalam
pusaaran kebiadaban dan ketidak pastian. Terakhir saya hanya berdoa dan
berharap permasalahan Palestina dapat diselesai secara arif dan bangsa
Palestina di berikan hak kemardekaannya. Tak adalagi bunyi peluru, tak ada lagi
bunyi arteri, tak ada lagi penghancuran rumah, tak ada lagi nyawa yang mati-sesuai
amanat perjanjian Balfour dan terbukti Israel sendiri telah melanggarnya. Para zionis
pernah mengalami ketidak nyamanan, ketakutan akan pembunuhan, pembantaian,
pemerkosaan mengapa pula ia harus melakukan segala ketidaknyamanan tersebut
kepada bangsa lain.
Terakhir saya akan mengutip pendapat Mahatma Gandi tentang
Palestina
‘’Palestina adalah milik orang-orang
Arab dalam arti yang sama bahwa Inggris termasuk dalam bahasa Inggris atau
Perancis ke Perancis ... Apa yang terjadi di Palestina hari ini tidak dapat
dibenarkan oleh kode moral etik ... Jika mereka [orang Yahudi] harus melihat ke
Palestina geografi sebagai rumah nasional mereka, adalah salah untuk
memasukkannya di bawah bayang-bayang senjata Inggris Sebuah tindakan religius
tidak dapat dilakukan dengan bantuan bayonet atau bom.. Mereka bisa menetap di
Palestina hanya dengan niat baik dari orang Arab ... Karena, mereka adalah
co-sharers dengan Inggris di despoiling orang-orang yang tidak melakukan
kesalahan kepada mereka saya tidak membela ekses Arab.. Saya berharap mereka
telah memilih cara non-kekerasan dalam melawan apa yang mereka benar menganggap
sebagai perambahan tidak dapat diterima pada negara mereka Namun menurut kanon
yang diterima benar dan salah, tidak ada yang dapat dikatakan melawan
perlawanan Arab dalam menghadapi rintangan yang luar biasa.. " Mahatma
Gandhi, quoted in "A Land of Two Peoples" ed. Mahatma Gandhi,
dikutip dalam "A Tanah Dua Bangsa" ed. Mendes-Flohr.
Mendes-Flohr.
0 komentar:
Posting Komentar