Boneka anak palestina di tengah puing-puing reruntuhan bangunan akibat serangan udara Israel 11 Juli 2014 (AFP Photo / Mohammed Abed di kutip Russian Today) |
Oleh : M. Jamil
Karya
Sanaa’ Kamal yang di muat harian Libanon Al Alkhbariyah English berjudul Gaza: The story of a Palestinian father who
lost his children in the darkness menjelang
hari Raya Idul Fitri dengan gaya tulisan Narasi atau bercerita benar-benar akan
membuat setiap orang tua, ayah dan ibu akan
segera memeluk anak-anak mereka. Bagaimana tidak! Melalui karya nya Sanaa’
Kamal, mampu menggambarkan dan menyentuh sisi sensitif pembaca nya sehingga apa
yang di rasakan oleh seorang bapak bernama Abu Mohammed Shabet dapat pula di rasakan bagi pembaca.
Karya
Sanaa’ Kamal mengkisahkan seorang ayah bernama Abu Mohammed Shabet yang tinggal bersama ketiga orang
anak-anaknya di wilayah Hayy al-Touffah
yang berada di sebelah Utara-timur
kota Gaza. Celakanya kota tempat ia membesarkan ketiga orang anaknya
dengan kasih sayang merupakan pintu masuk puluhan ribu pasukan Darat Israel
dengan senjata lengkap serta ribuan kendaraan lapis baja.
Tak seperti sanak keluarga atau para tetangganya yang lain memilih mengungsi untuk menghindari
hal-hal yang tidak di inginkan, Abu Mohammed Shabet memilih untuk tetap
bertahan. Baginya selebaran–selabaran ancaman Israel untuk mengosongkan rumah para
penduduk di sekitar kota hanyalah omong kosong belaka. Ia tetap merasa aman
bersama ketiga orang anaknya berada di rumah.
Azan maghrib pun tiba, mau tak mau kedap-kedip
cahaya lilin kini yang dapat di handalkan sebagai pengganti sang Surya. Maklum
penerangan dengan menggunakan daya lstrik sudah lama terputus akibat pembangkit
listrik hancur karena gempuran tentara Israel. walau dengan cahaya lilin
sedikit pun tidak mengurangi bahagia dan indahnya suasana berbuka puasa ia bersama ketiga orang anaknya.
Kebahagian berbuka puasa seketika berubah tak kala
telinga kecil ketiga orang anak Abu Mohammed Shabet mendengar jelas suara
ledakan-ledakan bom seolah semakin mendekat. Mereka pun memaksa sang ayah untuk
pergi meninggal rumah seperti halnya yang di lakukan oleh saudara dan tetangga
mereka. Sang ayah berusaha menenangkan
mereka dengan berkata “jangan khawatir tidak terjadi apa-apa dengan kita, bom
berada jauh dari kita”.
Tak lama setelah ia selesai berkata, ledakan kuat terdengar dan kebakaran besar
terjadi di dalam rumah tempat mereka
berkumpul. Abu Muhammad Shabet selamat dari ledakan namun tidak untuk ketiga
orang anaknya. Tubuh-tubuh mungil itu tak mampu menahan dahsyatnya ledakan bom.
Abu Muhammad Shabet sangat terpukul, ia
mendapati salah satu bagian tubuh anaknya berserekan di depan matanya.
ia berteriak keras Dia berteriak "Tidak
mungkin, Ya Allah, jangan pisahkan saya dari mereka. Saya ingin melihat mereka
ya Allah, aku masih ingin mereka. Ya Allah, aku berjanji untuk membelikan
mereka baju baru untuk Idul Fitri dan saya belum memenuhi janji saya. "
Abu Mohammed Shabet kini tetap bertahan dan
merelakan ketiga orang anaknya. Ia bangga dan di banggakan oleh rakyat
Palestina yang telah memiliki investasi berupa ketiga orang putra yang
meninggal syahid.
Apa yang menimpa Abu Mohammed Shabet merupakan salah
satu bagian dari tragedi
yang menimpa saudara-saudara kita di
Jalur Gaza, Palestina. Tragedi yang sudah sangat lama dan berulang berupa penyiksaan,
penangkapan dan pembunuhan hingga ancaman pemusnahan secara masal. Kini melalui
sandi Operation Protective Edge, Israel
kembali menemukan pembenaran dengan tuduhan kematian tiga remaja Israel oleh
Hamas yang harus di tebus dengan kematian warga gaza yang hampir menenembus
2.000 jiwa, 6.000 orang yang terluka,
ribuan rumah yang hancur luluh lantah.
Tercatat sudah tiga kali Israel melakukan
peperangan besar melawan Hamas pasca Kemenangan Hamas pada Pemilu tahun 2006.
Peperangan dengan sandi Operation
Protective Edge (operasi keamanan Perbatasan) dapat di kategorikan
serangan terbesar yang di lancarkan Israel, dari segi Pengerahan Pasukan dan
peralatan Tempur, serangan maupun jumlah korban.
Alangkah
benar-benar dustanya para petinggi Israel dengan sandi Operation Protective Edge mengatas namakan membela diri. Apakah
seorang yang membela diri melakukan penghancuran dan pembunuhan secara
besar-besaran tanpa menghiraukan hukum Perang yang tidak memperbolehkan
membunuh jiwa yang tak berdosa seperti orang tua, wanita dan anak-anak. Atau
bukankah Seorang membela diri hanya pada batas melakukan serangan sebatas
serangan lawan dan atau tidak melampaui batas? jika seorang kolumnis Haretz
menulis mengangkat tajuk tentang perang kali ini mengajak para tentara
zionis kembali kepada Taurat untuk
sebuah kemenangan mengapa pula tidak di sertai dengan nilai-nilai luhur taurat
sebagai garis batas nilai kemanusian dalam hukum perang?. Cukup sudah bagi Israel untuk berdalih membela diri dan menjaga keamanan.
Pencaplokan melalui pembunuhan secara massal rakyat Palestina di jalur Gaza
adalah tujuan utama.
Tragedi
yang mengundang sebuah Ekspresi berupa perasaan, marah dan sedih sekaligus rasa
cinta melihat saudara-saudara kita. Rasulullah mengajak umat Islam untuk
mencintai dan menyayangi saudara-saudaranya dengan membuat sebuah perumpaman
yang sangat baik. Rasulullah menyebut umat muslim itu merupakan sebuah anggota
tubuh, yang saling merasakan apabila rasa sakit mendera. Rasa sakit seperti
yang di sampaikan Rasullulah merupakan sebuah fase awal yang harus di miliki
bagi kaum muslimin sebagai daya dorong dan daya fikir untuk membantu
saudara-saudara kita di Palestina dengan segala cara dengan berbagai potensi
diri yang di miliki oleh masing-masing individu kaum muslimin.
GAZA
Gaza benar-benar begitu mencekam
tak ada lagi
engkau temukan Senyuman dan gelak tawa
atau kerumunan bocah-bocah mungil bermain di jalanan
Kegembiraan dan kesenangan terampas berganti darah dan
air mata
Ribuan anak anak menjadi yatim
Atau ratusan hingga ribuan para orang tua kehilangan
anak dan kerabat
ini bukan Petaka atau kutukan Tuhan
saksikanlah!ini jalan
menuju Jihad dan kesyahidan
yang akan di bayar dengan janji Allah berupa Syurga
kelak Zionis yang mengaku Bangsa Pilihan Tuhan akan
membayarnya
Bangsa Pilihan Tuhan?.
Sudah lupakan saja karena ia hanya cerita dan bukan mereka
Sholat dan sabar itulah yang kini kami lakukan
Hingga kemenangan di
janjikan Tuhan itu tiba
Atau kelak Pasukan bendera Hitam* memberangus kesombongan
kalian
hingga tak ada tempat bersembunyi
Bahkan Batu pun berbicara tak rela menjadi tempat berlindung
(Jml)
*Pasukan bendera hitam berdasarkan hadist shahih dalam hal ini
tidak mengacu kepada salah satu kelompok radikal yang dengan bebas membunuh, meneror,
menyiksa baik umat muslim maupun non muslim.
0 komentar:
Posting Komentar