Oleh: M. Jamil
Logo Ikhwanul Muslimn |
Ikhwanul
Muslimin adalah sebuah organisasi Islam yang didirikan oleh seorang tokoh
bernama Hasan Al Bana pada tahun 1928 di kota Ismailia Mesir. Lawrence Davidson
dalam bukunya “Islam Fundamentalisme” menulis
pernyataan dari Hasan Al Bana mengenai tujuan dari didirikannya Ikhwanul
Muslimin yaitu mendirikan atau mewujudkan kembali sebuah Imperium Islam yang terbentang dari
Spanyol hingga Indonesia.
Ikhwanul
Muslimin bukanlah partai politik akan tetapi merupakan sebuah gerakan social
dan politik dengan beberapa asas yang sangat menarik. Dalam situs resmi
Ikhwanul Muslimin mencantumkan asas-asas
mereka yaitu Allah adalah tujuan kami, Qur’an adalah konstitusi kami, Nabi
adalah pemimpin kami, Jihad adalah jalan kami, dan kematian demi Allah adalah yang
tertinggi dari aspirasi kami. Dari asas ini tampak Ikhwanul Muslimin
menginginkan Islam sebagai fondasi dasar untuk menjawab segala tantangan dan
persoalan.
Seiring waktu
dalam perkembangannya di berbagai Negara terkadang Ikhwanul Muslimin baik atas
nama pribadi anggota atau atas keputusan organisasi membentuk sebuah partai
politik dengan nama yang berbeda untuk memperoleh legitimasi dalam kekuasaan.
Di Mesir Ikhwanul muslimin membangun sebuah partai dengan nama Partai Kebebasan
dan Keadilan. Ikhwanul Muslimin dan Partai Kebebasan Keadilan seperti pinang di
belah dua, menarik untuk dikaji menurut pengamatan penulis media-media barat
lebih sering menggunakan Istilah Ikhwanul Muslimin ketimbang menggunakan
istilah Partai Kebebasan dan keadilan walaupun
kapasitas anggota Ikhwanul Muslimin sebagai Anggota Partai dalam mengambil
keputusan Politik. Pasca revolusi Ikhwanul Muslimin mendapat dukungan sepertiga
dari jumlah pemilih sehingga mengantarkan salah satu putra terbaik Ikhwanul
muslimin sebagai Ketua Dewan Shura atau ketua Parlemen.
Pasca kemenangan Ikhwanul
Muslimin di pemilihan umum legislative timbul berbagai macam ketakutan dan
kegelisahn dari berbagai pihak. Ketakutan dan kegelisahan terkait berbagai anggapan bahwa Negara Mesir akan berubah haluan menjadi negara
radikal, anti pluralisme, pendukung teroris versi Amerika-sekutu dan Israel-
dan membatalkan perjanjian Camp David jika kekuasaan berada dalam cengkraman
Ikhwanul Muslimin. Jauh sebelumnya atau
sebelum mencapai kemenangan dalam Pemilu Legislatif, terdapat beberapa media
barat menuduh Ikhwanul Muslimin memiliki
misi menghalalkan penggunaan kekerasaan dalam mencapai tujuan. Bahkan hingga
menuduh Ikhwanul muslimin memilki korelasi dengan gerakan teroris. Namun
kenyataannya tidak terdapat satu negara pun yang menempatkan Ikhwanul Muslimin
sebagai organisasi teroris hal ini berbeda dengan Al Qaeda, Hamas dan Hizbullah
yang ditempatkan oleh beberapa negara kedalam kategori organisasi teroris.
Ikhwanul Muslimin mencoba
menetralisir tudingan-tudingan miring mengenai eksistensi mereka dengan
mengadakan kunjungan resmi ke Gedung Putih.
Namun sebelumnya menurut Marina Ottaway
seorang pakar Timur Tengah menilai dahulu Amerika membuat sebuah
kebijakan untuk tidak berhubungan dengan pihak Ikhwanul Muslimin karena
larangan pemerintah Mesir, pasca runtuhnya rezim Mubarak pemerintahan Amerika
membuka lembaran baru dengan Pihak Ikhwanul Muslimin. Kunjungan resmi delegasi Ikhwanul
Muslimin disambut positif oleh Pihak
gedung putih. Harian The Nation melansir pernyataan Juru Bicara Dewan Keamanan
Nasional Amerika Serikat (AS) Tommy Vietor
yang menyatakan ‘’Pertemuan dengan Ikhwanul Muslim ini dirancang untuk
memperluas keterlibatan AS dengan kelompok baru dalam politik Mesir" .
lebih lanjut- seperti dikutip Harian The Nation- ia menyatakan “dalam diskusi
kami dengan Ikhwanul Muslimin, kami menekankan pentingnya menghormati hak-hak
minoritas, keterwakilan perempuan dan keamanan kawasan yang juga menjadi
perhatian kami.
Menachem Begin, Jimy Carter, Anwar Sadat (Foto: Fisher Klingenstein) |
Tommy Vietor dalam pernyataan
terakhirnya mulai menyentuh wilayah sensitive yaitu keamanan Kawasan dan ingin
menyakinkan kepada Ikhwanul Muslimin tentang kelangsungan masa depan perjanjian Camp David. Camp David
merupakan sebuah perjanjian damai antara Israel dan Mesir pada tahun 1979.
Mengenai perjanjian Camp David, Jimy Carter mantan presiden Amerika Serikat dan
salah satu mediator penandatanganan perjanjian Camp David bersama Menachem Begin perdana mentri Israel, Anwar Sadat Presiden Mesir angkat bicara dan mengakui
telah melakukan diskusi panjang dengan tokoh senior Ikhwanul Muslimin di Mesir.
lebih lanjut ia menyatakan “Pendapat saya adalah bahwa perjanjian itu tidak
akan diubah dengan cara apapun sepihak," sebuah konferensi pers di Kairo
seperti di kutip oleh Harian Yediot Ahrnot (26/05/2012).
kekhawatiran semakin bertambah
takala candidat yang di usung oleh Ikhwanul Muslimin Mohamad Morsy sebagai
salah satu kandidat kuat Presiden Mesir. Sejauh ini tidak terdapat pernyataan
resmi dari Ikhwanul Muslimin tentang pembatalan perjanjian camp David. Mohammad
Morsy menyatakan akan menghormati perjanjian Camp David walaupun terjadi
kekhwatiran dari pihak Israel tentang pembatalan perjanjian tersebut oleh
Ikhwanul Muslimin. Uzi Dayan Mantan Wakil Kepala Staf Gabungan Militer
Rezim Zionis Israel menyatakan kekhawatirannya terkait transformasi di Mesir
terutama tentang kelanjutan perjanjian Camp David. Kekhawatiran Israel cukup
beralasan terhadap pembatalan perjanjian camp David, Israel negara yang sedang di kepung dan di
repotkan oleh berbagai kekuatan-Hamas, Hizbullah, Suriah dan Iran- dengan
terjadinya pembatalan perjanjian Camp David Israel akan semakin memperburuk
situasi keamanan dalam negri Israel
Mohammed Badie, Pemimpin Ikhwanul Muslimin saat ini |
Ikhwanul Muslimin melalui Partai
Keadilan dan kebebasan sangat menyadari saat ini adalah fase untuk melakukan
penghimpunan kekuatan-rising force- belum pada tahapan pertunjukkan kekuatan. Kemungkinan besar
setelah menduduki kekuasaan legislative dan eksekutif perjanjian Camp David
akan tetap terjaga selama beberapa decade. Jika pun kelak ikhwanul Muslimin
mengambil keputusan sebaliknya dengan mengadakan pembatalan Perjanjian Camp David
kemungkinan besar Ikhwanul Muslimin akan menggunakan kekuatan refrendum. Walaupun Ikhwanul Muslimin- seperti di lansir The
Washington Times- melalui Abdul Mawgoud Dardery, seorang anggota parlemen dari
Partai Keadilan dan Kebebasan bahwa tidak ada referendum terhadap perjanjian
perdamaian-Camp David- dengan Israel. Namun referendum merupakan jalan aman
bagi Ikhwanul Muslimin sehingga Ikhwanul Muslimin tidak akan merasa atau di
tuduh sebagai pihak yang bertanggung jawab sepenuhnya atas pembatalan
perjanjian Camp David-menarik berdasarkan
hasil survey yang dilakukan oleh surat kabar Mesir Al Ahram (26/04/12)
menyebutkan sebagian besar rakyat mesir menginginkan perjanjian camp david
dibatalkan.
Amerika serikat tentunya akan bermain
dengan dua kaki selain memberikan dukungan kepada Ikhwanul Muslimin juga akan
memberikan dukungan kepada Dewan Militer yang merupakan rival bebuyatan dari Ikhwanul Muslimin. Dewan Militer sangat
dapat di andalkan untuk menjaga kepastian dari keberlangsungan perjanjian Camp David.
kita tunggu tanggal mainnya
BalasHapusharap kunjungan balikny bro...heheheh http://jurnalfuad.blogspot.com/2012/07/mohammed-mursi-memimpin-mesir.html
BalasHapusokay bung fuad saya sudah membaca tulisannya salam kenal
BalasHapus