Jumat, 09 Desember 2011

Melakukan kesalahan? Sebaiknya Kita mulai dari sini!



Oleh :  M. Jamil
Setiap orang  pasti pernah melakukan kesalahan, sebuah adigium yang sangat lumrah dan sangat sering terlontar bagi setiap orang,  sebagai perlipur lara maupun sebagai bagian dari proses peringanan kesalahan. namun hal terpenting dari itu adalah bagaimana merespon kesalahan tersebut.
Adalah Berndard Lewis yang menyatakan setiap orang  jika melakukan kesalahan maka ia akan merespon dengan melakukan dua tindakan yaitu,  pertama adalah bagaimana seharusnya kita bertindak atau bagaimana yang benar sedangkan yang kedua adalah siapa yang melakukan hal tersebut kepada kita. Seorang yang bijak dan mungkin setiap orang yang ingin belajar menjadi bijak akan memulai dengan point pertama, dengan bagaimana seharusnya bertindak atau bagaimana yang benar. Dengan  bagaimana seharusnya bertindak atau bagaimana yang benar ini kita diajak “kesebuah alam” yang disebut introspeksi.
Instropeksi merupakan sebuah esensi dalam kehidupan,  dalam agama Islam ciri orang yang cerdas adalah orang yang instropeksi, dalam bidang kesehatan tentunya introsepeksi salah satu cara menghindarkan diri dari stres, dalam ilmu politik instropeksi merupakan salah satu etika dalam bernegara, dan dalam ilmu Sosiologi, instropeksi merupakan salah satu perekat dalam kemajemukan masyarakat.
Namun  terkadang sebagian masyarakat kita lebih memilih cara pandang yang kedua yaitu siapa yang melakukannya kepada kita. Tata cara seperti lebih menitik berat kan kepada faktor ekternal dengan kata lain melihat sebuah kesalahan yang telah  dilakukan dengan terlebih dulu melihat faktor individu lain atau kelompok orang sebagai aktor utama penyebab kesalalahan.
Walhasil pendekatan ini tentunya akan mendatangkan permusuhan, rasa curiga, dendam, stres dan lain-lain sebagainya, yang mendatangkan lebih banyak mudharat dari pada kebaikan. Salah satu sebab kepopuleran menggunakan “mazhab” ini salah satunya sifat egois manusia yang terkadang lebih mendominasi dibandingkan nurani, tentunya tingkat pendidikan, bacaan, lingkungan mempunyai andil yang cukup signifikan.
Selain kedua cara pandang tersebut terdapat satu cara pandang lain yaitu kesalahan versus kesalahan sebuah cara pandang yang merespon kesalahan dengan  berpendapat bahwa  kesalahan tersebut juga dilakukan oleh orang lain dan ketika orang yang melakukan kesalahan tersebut mendapat sangsi maka orang tersebut akan meminta pemenuhan sangsi yang sama terhadap orang lain yang menurutnya belum atau tidak mendapatkan sangsi dengan melakukan kesalahan serupa.
Terkadang cara pandang ini muncul berkaitan dengan ketidakpercayaan terhadap konsistensi sebuah aturan maupun norma. Penggunaan cara pandang seperti ini sah-sah saja, namun yang menjadi pertanyaannya apakah sebuah kesalahan dapat ditutupi dengan jalan kesalahan? Khalifah Umar bin khatab mengungkapkan tidak mungkin menyelesaikan suatu kesalahan dengan kesalahan. Metode mempertemukan kesalahan dengan kesalahan dapat memperparah keadaan sebelumnya dan nyaris tidak menemukan solusi.
Cara pandang  terhadap kesalahan sangat berpengaruh  terhadap kemajuan bangsa, setidaknya sebuah penelitian yang dilakukan oleh Samuel Hutington dan Lawrance Harison yang berjudul ‘’Budaya punya pengaruh” menjabarkan tentang peran sentral dari budaya terhadap pembangunan suatu bangsa.
 Selanjutnya mereka mengungkapkan bahwa kemajuan pesat jepang salah satunya tak lepas dari budaya orang  Jepang dalam merespon kesalahan, mereka lebih memilih bagaimana seharusnya jika di timpa sebuah kesalahan dari pada menggunakan metode siapa yang melakukan maupun pendekatan kesalahan versus kesalahan.
Semoga  saja anak bangsa negeri ini senantiasa menggunakan pendekatan atau metode bagaimana seharusnya  atau bagaimana sebenarnya dari pada kedua metode tersebut sehingga berkontribusi  pada kemajuan Bangsa dan Negara kita.

3 komentar:

  1. nice artikel gan. gaya penulisan ente menjelaskan perbedaan antara ane yang bersandarkan sosilogy bertemu dengan ente yang tentunya "cendikiawan muslim". tapi ini tentunya bagi ane menambah pengetahuan dalam menulis dan pengetahuan lainnya.
    jangan lupa gan, di kirim ke media cetak.

    BalasHapus
  2. terimakasih gan atas 'inspirasi blognye', masih jauh dari cendikiawan gan nanti Azzumardi azra marah,hahaha.
    udah di dikirim cuman belum atau tidak diterbitkan tapi nanti Insya Allah tetap ngirim.

    BalasHapus
  3. senang bisa membantu dalam hal kebaikan gan...

    BalasHapus