Jumat, 09 Desember 2011

Mengidentifikasikan seorang dengan “baik”



Oleh : M. Jamil
Ketika kita bertanya dengan seseorang dikarenakan  lupa,  tidak mengetahui  atau ingin mengetahui nama maupun alamat seorang, tentunya hal  yang kita lakukan adalah mengidentifikasi seorang tersebut. Begitu juga dengan lawan bicara kita  melontarkan pertanyaan-pertanyaan dalam rangka proses pengidentifikasian seseorang.
Pengidentifikasian seseorang dapat di artikan sebagai suatu proses pencarian tentang spesifikasi  sesorang secara jelas baik nama, alamat dan lain sebagainya. Proses ini biasanya terjadi secara dua arah.  Salah satu fungsinya yaitu untuk mengetahui informasi dalam rangka proses komunikasi maupun proses integrasi sosial.
Proses pengidentifikasian seorang di ikat oleh norma dan etika. Norma dan etika terkait dengan substansi maupun formalitas dari komunikasi dua arah tersebut. Formalitas terkait dengan penyampaian substansi komunikasi. Penyampaian yang santun terarah, tidak menggunakan bahasa tubuh yang merendahkan orang lain maupun lawan bicara. Substansi terkait dengan isi pembicaraan tentunya dengan tidak mengajukan ciri-ciri kelemahan fisik, kejahatan yang pernah dilakukan, dan hal-hal yang bersifat negative seorang yang di indifikasi.
Bagaimana proses Pengidentifikasian seseorang  dalam masyarakat kita? Proses menentukan hasil, dari proses pengidentifikasian yang baik mengkedepan kan etika menentukan ‘’hasil’’ karakter suatu individu, masyarakat maupun bangsa.
saya memiliki pengalaman pribadi (dan mungkin juga anda) mengenai hal tersebut. Suatu hari seorang pria paruh baya bertanya kepada saya perihal nama teman saya yang  pernah ia jumpai di suatu tempat. Saya sangat kecewa ketika pertanyaan pria paruh baya tersebut bertanya di mulai dengan formalitas dan subtansi pertanyaan yang kurang baik dan kurang meng enak kan .
Dari segi formalitas, pria paruh baya tersebut menggunakan bahasa tubuh yang mencontoh kekurangan fisik  teman saya. Dari segi substansi ‘’bak pinang di belah dua” dengan segi formalitas, menggunakan bahasa yang mengarah kepada kekurangan fisik.
Bukan kali ini saya mendapatkan pertanyaan seperti itu dari seorang dalam hal pengidentifikasian teman saya. Tentunya hal yang menyakitkan jika pengidentifikasian diri kita oleh orang lain  dengan mengkedepan ciri segala kekurangan kita baik fisik dan hal-hal  negative. Dalam tahap tertentu dapat memicu konflik  jika orang yang didentifikasi merasa tidak terima oleh perbuatan orang mengidentifkasi. Lebih tepatnya pengidentifikasian seorang yang tidak baik dan benar dapat menggangu stabilitas dalam kehidupan masyarakat 
Nabi Muhammad pernah menegur Aisyah Ra, ketika Aisyah Ra mengidentifikasi Shafiyah Ra salah satu istri nabi dengan cara memberi isyarat dengan tangannya untuk menunjukan postur tubuh Shafiyah Ra yang pendek. Nabi Muhammad mengingatkan Aisyah untuk tidak berlaku demikian dan mengatakan kepada Aisyah ‘’engkau telah melontarkan kata yang jika kata itu dicampurkan kedalam air laut, maka akan menyebabkan seluruh lautan menjadi keruh.
Dampak pengidentifikasian seorang tidak mengedepankan  etika  sangat luas sehingga digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW menyebabkan seluruh lautan menjadi keruh.
 Bukankah lebih banyak cara yang baik untuk melakukan proses pengidentifikasi seseorang ketimbang dengan cara yang tidak baik dari segi formal maupun substansi. Sebagai contoh lebih baik menanyakan ‘’siapa bapak yang menggenakan kostum bewarna hijau yang kemarin kita jumpai? Dari pada menanyakan siapa bapak yang berbadan kurus yang kemarin kita jumpai ?. lebih ber etika, lebih sopan dan terhormat tanpa menyinggung perasaan orang lain.
“Bisa karena biasa”, mulai dari sekarang  mari kita memulai membiasakan diri melakukan proses pengidentifikasian seorang dengan baik. Dalam arti dari segi formal dan substansi. Kita bangsa Timur yang tersohor dengan sopan santun dan tata karma. Sebuah kalimat yang harus kita hidupkan dan maknai kembali.

1 komentar: