Oleh: M. Jamil
Pada saat mengikuti sholat jum’at di salah satu masjid di Desa Parembang Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, penulis sangat berkesan. Ketika itu seorang khatib menyampaikan tema tentang ‘’Rindu’’. Rindu merupakan pengejawantahan dari sikap mencintai seorang, tidak mungkin seorang yang sedang di landa kebencian memilikinya, ungkap sang khatib. Kemudian sang khatib dengan khidmat penuh penghayatan membacakan sebuah dialog antara Nabi Daud AS dengan Allah SWT;
Allah taala mewahyukan kepada Daud,”wahai Daud, sampai berapa besar ingatanmu kepada surga,dan tak kah engkau minta kerinduan kepada-Ku?
”Daud berkata,”Siapakah mereka itu yang rindu kepada Engkau ya Tuhan?
”Tuhan berfirman,”sesungguhnya mereka yang RINDU KEPADA-KU ialah mereka yang Aku bersihkan dari segala pertengkaran, aku pertumbuhkan mereka dengan mawas diri, Aku jadikan hati mereka menghadap kepada-Ku, Aku akan membawa hati mereka dengan tangan-Ku maka Aku letakkan diatas langit-Ku. Kemudian aku panggil para malaikat perkenan yang bila mereka berkumpul mereka lantas sujud kepada-ku.
Aku berkata, bahwa Aku tak memanggil kalian untuk sujud kepada-Ku, tetapi Aku memanggil kalian supaya menunjukkan kepada kalian orang2 yang hatinya rindu pada-Ku
Aku membanggakan kepada kalian orang2 yang rindu hatinya kepada-Ku itu. Karena hati2 mereka itu bersinar dilangit-Ku untuk para malaikat-Ku sebagaimana MATAHARI BERSINAR bagi penduduk bumi.
Hai Daud!Aku menjadikan hati mereka yang rindu pada-Ku sebagai ridha-Ku dan Aku beri nikmat dia dengan cahaya wajah-Ku. Aku jadikan mereka juru bicara bagi diri-Ku. Aku jadikan tubuh2 mereka sebagai tempat pemandangn-Ku dibumi dan Aku jadikan dihati mereka jendela supaya mereka dapat memandang-Ku setiap hari dengan bertambah2 rindu.
Suasana semakin hening tak kala sang khatib mengeluarkan airmata membaca dialog di atas. Penulis merasa ‘’Tersentil mendengar diaolog tersebut’’. Di saat hati sedang di landa kerinduan untuk bertemu dengan orang yang kita cintai sehingga menghilangkan salah salah satu kriteria orang yang rindu kepada Allah, yaitu hati yang senantiasa menghadap Allah.
Setidaknya dari apa yang tergambar dari dialog tersebut terdapat 3 kriteria orang yang di kategorikan rindu kepada Allah yaitu mereka yang Aku bersihkan dari segala pertengkaran, aku pertumbuhkan mereka dengan mawas diri, Aku jadikan hati mereka menghadap kepada-Ku.
Mereka Yang Aku Bersihkan Dari Segala Pertengkaran
Ingatlah dan cegah lah diri anda ketika menghadapi prakondisi yang mengarah kepada pertengkaran, dengan sebuah pernyataan bahwa dengan melakukan pertengkaran kita bukan termasuk orang yang rindu kepada Allah malah sebaliknya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya “Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang keras lagi suka bertengkar.” (HR. Bukhari dan Muslim). Tidak layak bagi seorang muslim itu bertengkar apalagi permusuhan yang mengarah kepada tidak saling tegur sapa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya Dari Abu Hurairah, dia berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda : (Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari (dikarenakan bertengkar). Barang siapa mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, lalu dia meninggal dunia, maka dia pasti masuk neraka".).
Oleh karena wajib hukumnya kaum muslimin yang ingin Rindu kepada Allah menghindari Pertengkaran lebih-lebih mengarah kepada permusuhan dan kebencian. Permusuhan dan kebencian merupakan salah satu jurus ampuh setan untuk kaum muslimin. Seperti yang tercantum dalam Al Qur’an Surah Al Maaidah ayat 91 yang artinya: “ Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu “
Aku Pertumbuhkan Mereka Dengan Mawas Diri
orang yang rindu kepada Allah senantiasa mawas diri. Mawas diri salah satunya muncul dari pengetahuan mengenai ketentuan yang hak dan batil. Mawas diri dari segi perbuatan dan ucapan. Perbuatan dan ucapan tentunya berkoridor kepada Al Qur’an dan Hadits. Ucapan yaitu menjaga lisan dari hal yang tidak berguna apalagi menyakiti dan menyinggung perasaan orang lain.
Lukman Hakim pernah menyatakan “Diam itu hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Siapa yang menjamin bagiku apa yang ada diantara dua tulang dagunya (lidah) dan apa yang ada diantara dua kakinya (kemaluannya), maka aku menjaminnya surga).” (HR. Bukhari, At-Tirmidzi dan Ahmad).
Allah memperingatkan kita untuk senantiasa mawas diri seperti yang di sampaikan melalui Surah QS. Al-Ma’idah ayat 92 yang artinya “Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah.”
Selain itu juga terdapat dalam Surah Ali Imran 30 “Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin sekiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu agar mawas diri terhadap siksa-Nya. Dan Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.”
Lebih tegas lagi Allah mengingatkan, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu berhati-hati dan waspada akan ditimpa cobaan (fitnah) atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur: 63)
Mawas diri salah satu kunci sukses baik di dunia maupun di Akhirat dan kemawasan diri tersebut mengantarkan kepada ciri orang yang rindu kepada Allah.
Hati Yang Senantiasa Menghadap Allah
Tak kala hati kita lebih condong kepada sesuatu hal, ingat lah bahwa Allah lebih layak untuk itu, hati yang senantiasa menghadap Allah merupakan criteria terakhir orang yang rindu kepada Allah. akan merasakan Kenikmatan dan Ketenangan hati. Dalam Al Qur’an Surah Ar Ra'd ayat 28 Allah berfirman yang artinya Hanya dengan Mengingat Allah Hati menjadi tenang.
Hati yang senantiasa menghadap Allah pada tataran akhir akan menjadikan seorang mencintai Allah dan rasul. Pada tataran ini seorang akan merasakan manisnya Iman seperti hadist Nabi Dari anas bin malik radliyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihiw a sallam bersabda: “Ada tiga hal yang barangsiapa memilikinya niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman: (1). Allah ta’ala dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lebih ia cintai daripada yang lainnya, (2). Mencintainya seseorang, tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah ta’ala, (3). Benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah ta’ala menyelamatkan darinya sebagaimana ia benci dirinya dimasukkan ke dalam api”
Mari kita bersama-bersama menggapai predikat orang yang rindu kepada Allah. Bukankah kita menginginkan menjadi orang yang rindu kepada Allah?
0 komentar:
Posting Komentar