Sabtu, 04 Februari 2012

Maulid Nabi, Momentum mencontoh Perilaku Nabi




Tidak mungkin orang dapat mengenal Islam dengan baik,
Jika tidak mengenal sejarah orang yang membawa Islam

Oleh : M. JAMIL

Seorang kolega saya, melontarkan sebuah pertanyaan dan pernyataan kepada saya, mengapa Indonesia Negara dengan jumlah mayoritas  penduduk muslim  dengan populasi mencapai 85 % memiliki tingkat korupsi tinggi, kemerosotan moral yang akut, kemiskinan dan hal-hal lain yang bersifat negative.

Dalam sebuah situs jejaring social saya  juga menemukan pertanyaan yang sama persis. Kontan saja pertanyaan tersebut langsung di jawab oleh Aa gym, beliau menulis ” jika anda menilai islam tidak usah di sangkut pautkan dengan negara karena negara ini sama sekali tidak berjalan dengan syariat islam atau hukum islam, orang-orang yg menjalankan negara pun sepertinya hanya islam KTP saja”.

Aa gym seolah menyatakan permasalahan yang terjadi tidak ada sangkut paut dengan Islam karena ‘’bak sebuah penyakit, Islam tidak di jadikan sebagai ‘’resep atau formula” penyembuh dari penyakit tersebut. Seketika sebuah resep atau formula yang tidak pernah di pergunakan, mengapa pula ia yang mempertanggung jawabkan atau dipertanyakan keampuhannya.

Kita semua sepakat bahwa ajaran Islam tidak ada kaitannya dengan hal tersebut, yang menjadi permasalahan adalah sejauh mana penganutnya menggunakan ajaran Islam sebagai ‘’way of life” atau tidak. Untuk menggunakan ajaran Islam sebagai ‘’way of life” seorang hendaknya dituntut mengetahui pengetahuan dan mengenal  tentang ajaran Islam dengan baik. Husein Haekal menulis “Tidak mungkin orang dapat mengenal Islam dengan baik, Jika tidak mengenal sejarah orang yang membawa Islam”

Melalui momentum Maulid Nabi Muhammad SAW ini mari kita membuka kembali lembaran sejarah Tentang Nabi Muhammad SAW. Dari sini kita menemukan sebuah cerita mengagungkan sosok “manusia Terpilih” mengemban tugas sebagai Rahmatan lil Alamin. Wiliam Montgomery Watt, Profesor Bahasa Arab dan Studi Islam di Edinburgh menyatakan “semakin kita merenungkan sejarah Muhammad dan masa awal Islam, semakin kita terkagum-kagum akan cakupan kesuksesannya”.

Kekaguman kita hendaknya berlanjut dengan mencontoh perilaku Nabi Muhammad. Mencontoh merupakan salah satu cara manusia memperoleh pengetahuan. Apalagi Seorang yang di contoh seorang yang telah di jamin Al Qur’an  memiliki suri taladan yang baik. Seperti yang tercantum dalam Surah QS Al-Ahzab [33]: 2 "Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang  mengharapkan  (ridha)  Allah  dan   ganjaran   di   hari kemudian."
Sahabat pernah bertanya kepada Aisyah Ra tanya tentang ahlak Rasul, Aisyah menjawab Ahlak Rasul adalah Al Qur’an.

Kita juga juga sepakat dengan mencontoh Rasulullah SAW merupakan sebuah solusi yang menjawab keterpurukan kita saat ini. Namun saya pernah menemukan seorang yang menyatakan kepada saya “mana mungkin kita bisa meniru Rasulullah, Ia utusan Allah yang telah dibersihkan dari dosa sedangkan kita tidak”. Saya setuju pada tingkatan tertentu kita tidak bisa meniru Rasulullah, seperti Allah telah mengajarkan langsung kepada Rasulullah  Al Qur’an (QS. Annisa 113). Mengenai Rasulullah yang telah dibersihkan dari dosa merupakan syarat khusus bagi seorang Rasul. Namun bukan halangan bagi manusia untuk meniru perilaku rasul. Seperti menurut Quraish Shihab Keteladanan  Rasullullah  dapat  dilakukan  oleh  setiap manusia, karena beliau telah memiliki segala sifat terpuji  yang  dapat dimiliki oleh manusia.

Mari dengan momentum Maulid Nabi Muhammad SAW  ini kita mampu menjadikan ketaladan Nabi Muhammad sebagai pedoman dalam melakukan aktifitas sehari-hari

Terakhir saya ingin  mengutip Penyair Al-Bushiri
"Batas  pengetahuan  tentang beliau, hanya bahwa beliau adalah
seorang manusia, dan bahwa beliau adalah  sebaik-baik  makhluk
Allah seluruhnya."

,

1 komentar:

  1. setuju gan.
    btw, kajian yang mendalam itu kepada sisi perilaku "islam" yang malah muncul di eropa dan jepang.
    menjadi ironi ketika perilaku jahiliah muncul di orang2 yang memiliki keterangan di ktp bahwa pemeluk islam.
    beberapa waktu yang lalu, saya sempat membaca sebuah artikel di equator, secara garis besar mengatakan bahwa islam di indonesia cenderung kepada ritual nya saja.

    BalasHapus