Muhammad AR Razi Rofif |
Memasuki pukul 21.00 istri
tercinta memberitahukan melalui handphone merasakan perutnya mendera sakit dan oleh pihak keluarga langsung di
bawa kerumah
sakit bersalin terdekat. . Alhamdulillah, ungkap dalam hati ternyata keputusan
untuk pulang malam ini adalah tepat, mungkin juga naluri seorang suami. Kecepatan
bis yang mendayu dan terkadang seperti peluru mengundang mendayu mata berlibur
ke mimpi indah.
Namun pada tengah malam
memasuki daerah Kabupaten Sanggau, bis tiba-tiba terhenti. Ternyata terdapat sebuah mobil truk sawit
bermuatan penuh anjlok tepat ditengah
jalan. Hal ini di karenakan kondisi jalan yang rusak, berlubang dan berlumpur. Sadar akan kejadian tersebut aku terbangun sebentar dan tertidur
kembali. Ketika terbangun kembali pada pukul 4 pagi ternyata tidak ada
tanda-tanda bis yang di tumpangi berjalan. Pesan singkat-sms-dari Istri
tercinta menanyakan keberadaan ku, sontak terkejut dengan jawaban ku yang masih berada di
kabupaten Sanggau. Istri tercinta juga memberitahukan bahwa sakit perut yang di
derita semakin bertambah. Aku mencoba memberi semangat kepada istri tercinta
dan menyarankannya untuk berzikir kepada Allah untuk mengurangi rasa sakit
tersebut.
Alhamdulillah di dekat bis kami terhenti terdapat sebuah surau kecil sehingga
aku dapat menjalan kewajiban sholat subuh sembari mendoakan semoga Istri
tercinta mendapat kekuatan di kala lemah, ketenangan dikala gundah, di
hilangkan rasa sakit diselamatkan ia dan bayinya.
hingga pukul 06.00 Wib mobil truk sawit yang anjlok tak bergerak dari
tempatnya kemacetan pun semakin bertambah. Celakanya handphone yang saya gunakan
kehabisan energy ‘’low beat’‘ Para penumpang pun berkeluaran ingin mengetahui
apa gerangan penyebab terhentinya bis yang mereka tumpangi dan mungkin juga ingin menghilangkan rasa penat
dan sumpek berjam-jam didalam bis yang tak berjalan. Barisan panjang mobil bak
gerbong sebuah kereta api dengan panjang
hingga 10 km.
Perasaan sangat marah, kesal mendera diri apalagi terendus kabar sopir
dan kernet tidak melakukan upaya apapun terhadap kejadian tersebut dan memilih
berselimut bersama angin malam dengan mimpi indah tanpa beban. ‘’bakar, bakar, bakar saja mobil truk itu atau
kita gulingkan ke luar jalan, ungkap kesal seorang penumpang yang harus
merelakan “hangus” tiket perjalanannya ke Jakarta dikarenakan pesawat berangkat
sekitar pukul 09.00 pagi dan sangat tidak mugkin untuk dapat menggapai ke
bandara hingga pukul 09.00.
Dalam hati kecil, keinginan mendampingi istri tercinta ‘’berjihad’’
untuk melahirkan seorang anak nampaknya kandas. Hingga akhirnya truk sawit
penyumbang kemacetan mampu di tanggulangi pada pukul 09.00 WIB, itu artinya berarti kalau tidak terjadi halangan bis tiba
dikota Pontianak tepat pukul 16.30. Perkiraan ku tepat jam 16.30 aku pun tiba
di kota Pontianak. Hand phone yang sudah ngedrop sengaja di non aktifkan untk
menghemat daya yang tersisa setelah tiba. Beberapa saat Setelah menghidupkan
kembali handphone, adik kandung ku menelpon dan memberikan kabar gembira bahwa
istriku tercinta telah melahirkan.
Hanya Selang waktu kurang dari 20 menit aku telah sampai di rumah
sakit itu,dengan menggunakan jasa ojekan yang selalu siap di terminal bis.
sepanjang jalan perasaan gundah, takut dan gembira menjadi satu. Setelah tiba di
Rumah sakit bersalin beberapa sanak keluarga tampak di ruang lobi, mereka
mengucapkan kata selamat kepada ku karena telah menjadi seorang Ayah. Seketika
saja aku ingin menghampiri Istri tercinta namun oleh pihak rumah sakit belum di
perbolehkan. Untuk menenangkan diri, aku sempatkan untuk sholat terlebih dulu,
setelah sholat pihak rumah sakit belum
memperbolehkan untuk bertemu dengan istri tercinta dan hanya memperbolehkan
untuk melihat sang bayi.
Perawat rumah sakit pun menuntun ku menuju ruangan tempat keberadaan
bayi. Jantungku semakin berdetak ketika
tiba depan pintu ruang bayi, setelah masuk keruang bayi, kurang dari 10 menit
tampak sang perawat menggendong bayi dengan lembut.’’ini anak bapak’’, ujar
perawat! sambil meletakkan bayi pada tempatnya. Mata ku seksama memperhatikan
sang bayi dari ujung rambut hingga ujung kaki, sebelum menangis sang bayi
sempat melihat mata ku, aku hampir saja menangis bahagia melihatnya, namun
dalam hati kecil, aku harus melihatkan kepada sang bayi untuk tegar. Hanya
beberapa menit saja perawat rumah sakit memperbolehkan melihat sang bayi dan
segera memperbolehkan melihat istri tercinta. Kaki ku kembali melangkah cepat
menuju ruangan tempat istri tercinta berada. Setelah sampai di dalam ruangan
aku lihat istri ku tercinta tampak lemah dan tersenyum kecil melihat kedatangan
ku. Ia pun lekas bercerita bagaimana proses persalinannya, betapa pilu hati ini
ketika mendengar dan menghayati cerita rintihannya dikala menahan rasa sakit. Sambil menenangkan Istri tercinta akhirnya
kami berdua sepakat memberi nya sebuah nama Muhammad Ar Razi Rofif mengacu pada seorang tokoh Muhammad Ar Razi seorang tokoh Ilmuwan Muslim yang sangat terkenal di bidang sains. sedangkan kata Rofif memiliki makna 'berakhlak mulia" semoga nama yang di berikan menjadi doa baginya menjadi seorang Ilmuwan Muslim yang berakhlak mulia, mengembalikan kembali kejayaan Islam di bidang Sains berguna bagi Keluarga, Agama dan Negara serta tugas Ayah mu pula untuk mewujudkan makna dari nama mu.
Pontianak, 28 Januari 2012
Pontianak, 28 Januari 2012
“Ya Allah jadikanlah kami sekeluarga menjadi
orang yang bersyukur kepadamu, jauhkanlah keluarga kami dari api neraka,
berikanlah kami kemampuan untuk mengetahui hikmah dari apa yang engkau telah
berikan kepada kami, jadikanlah kami mengenal Mu dan mencintai Mu dan begitu
juga kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW”
0 komentar:
Posting Komentar