Bendera Mesir |
Oleh : M. Jamil
Pada hari Sabtu (16/06/12) Dewan
Tertinggi Militer Mesir -The Supreme Council of the Armed Forces (SCAF)- yang di
kepalai Mohammed Tantawi membubarkan parlemen dengan dalih menanggapi keputusan
Mahkamah Agung Konstitusi Mesir yang menyatakan Pemilu mesir tidak senjalan
dengan amanat Undang-undang dasar Mesir. Dalam pemilu mesir pasca revolusi
seorang calon memiliki dua jalur untuk menduduki kursi legislative yaitu
melalui partai politik dengan kuota 2/3 dari jumlah kursi dan jalur independen
dengan kuota 1/3 dari jumlah kursi, untuk jalur Independen juga membuka peluang
bagi calon dari partai politik. Mahkamah Konstitusi Mesir beranggapan 1/3 kursi
yang di dapat melalui pemilu tersebut tidak sah. Putusan Mahkamah Agung
Konstitusi Mesir memantik kemarahan Ikwanul Muslimin dan menyebut tindakan
Mahkamah Konstitusi merupakan sebuah kudeta.
Banyak pengamat menilai keputusan
Mahkamah Agung Konstitusi Mesir di pengaruh oleh dua factor yaitu pertama para
hakim Mahkamah Agung Konstitusi Mesir merupakan warisan era Mubarak sehingga
berbicara atas kepentingan Mubarak yang kedua tekanan militer terhadap Mahkamah Agung Konstitusi
untuk mengeluarkan keputusan membubarkan Parlemen. Militer Mesir di bawah
Tantawi sangat menyadari jika militer bermain secara vulgar tanpa didukung
sebuah legalitas justru membahayakan kedudukan militer Mesir di mata dunia.
Mohammed Husen Tantawi, ketua Dewan Tertinggi Militer |
Dewan Tertinggi Militer Mesir
tampil membawa misi sebagai “Juruselamat”
pada tanggal 11 februari 2011 untuk
menjaga stabilitas politik dan keamanan. Dewan Tertinggi Militer berjanji akan
menyerahkan kepemimpinan kepada sipil namun kenyataannya berbanding terbalik
dengan adanya pembubaran parlemen oleh Militer atas nama Mahkamah Agung
Konstitusi. Dengan di bubarkannya
Parlemen menempatkan posisi sentral
Dewan Militer Mesir sebagai pemegang kekuasaan tunggal pasca Mubarak. Setelah
membubarkan Parlement Dewan Tertinggi Militer Mesir telah siap untuk “pasang
badan” memperkecil kewenangan Presiden terpilih putaran kedua yang akan di
umumkan kamis mendatang (21/06/2012)-kemudian diundur hingga hari minggu (24/06/12)
terjadi persaingan ketat antara Mohamad Morsy dari Ikhwanul Muslimin dan Ahmad Shafiq dari era pemerintahan
Mubarak yang juga didukung oleh militer dan kedua belah Pihak sudah
mendeklarasikan bahwa merekalah
pemenangnya.
Hingga akhirnya Komisi Pemilihan
Umum mengumumkan bahwa Mohamad Morsy tampil sebagai pemenang. Mengapa Militer
Mesir melakukan hal demikian? Yang pertama adalah wujud antisipasi jika Mohammed Morsy yang
berasal dari Ikhwanul Muslimin menjadi Presiden. Ikhwanul Muslimin di pandang
akan mengubah kebijakan politik dalam
dan luar negeri Mesir.
Yang kedua Militer Mesir telah
terbiasa dan telah sejak lama ikut andil
dalam pemerintahan pasca kudeta Muhammad Naguib pada Raja Farouk I pada tahun
1953. Sangat sulit bagi Militer untuk menyerahkan kekuasaan kepada sipil
seutuhnya. Bagaimana tidak! ‘’kekuasaan itu lebih nikmat dari sex” ujar Deng
Xioping-mantan presiden China-seolah membawa Militer Mesir hanyut dan tenggelam
dalam kenikmatan dan ketagihan kekuasaan dan untuk menghilangkan, melepaskan bahkan melupakannya
tentunya hal yang sangat sulit.
Seorang pengamat timur tengah berpendapat factor yang mempengaruhi adalah kekuatan dari
militer mesir yang kuat dan tangguh dan selama beberapa beberapa kali mengikuti
perperangan besar- sebut saja perang
melawan Israel: perang enam hari 1967, perang Atrisi 1967-1970, perang Yom kippur 1973.
Era abad 21 hanya sedikit negara
di dunia ini yang di pimpin sebuah kelompok militer, supremasi sipil perlahan
menggeser superiotas militer di Eropa selatan pada decade 1970 an dan amerika latin pada 1980an yang tengah
mengancam demokrasi. Samuel Huntington menekankan perlunya otoriter sipil
menjadikan militer sebagai ‘’The Tool of State”.
Berkaitan dengan kedudukan Dewan
Militer Mesir, hipotesis yang di lakukan oleh Alfred Stepan dalam bukunya yang
berjudul “Rethingking Miltary Politics”
cukup memberikan pemahaman terhadap
situasi politik di Mesir. Alfred Stepan beranggapan supremasi sipil akan
terwujud jika persaingan antara militer dan sipil-dalam kekuasaan- dan hak-hak
istimewa militer rendah. Jika kedua indicator ini kita gunakan untuk mengkaji
situasi politik di Mesir yang mengkedepankan supremasi Sipil sulit terwujud. Pembubaran
Parlemen oleh Dewan Militer Mesir salah satu indicator tingginya tingkat
persaingan antara Sipil dan Militer. Mengenai hak istimewa dewan Militer
memiliki hak sangat Istimewa, dengan
mengambil alih kewenangan legislative dan eksekutif sekailigus dengan mengambil
kewenangan di bidang anggaran Negara, seperti dilansir harian Mesir Egypt
Independent (21/06/2012) menyatakan bahwa dewan militer telah menyetujui dan
menetapkan anggaran negara.
Berbeda dengan Iran Pasca
revolusi 1979, militer mendeklarasikan kesetiaannya kepada pemerintahan Sipil
dan proses transisi di laksanakan oleh pemerintahan sipil, atau di Indonesia
sendiri pasca reformasi militer tidak terlalu jauh ikut campur dalam proses
transisi dan proses tersebut
dilaksanakan oleh pemerintahan sipil di bawah Presiden B.J Habibie. Mesir tidak
demikian proses transisi berada di bawah kendali kuat Militer. Dr Bambang Cipto
dalam bukunya ‘’partai, Kekuasaan dan Militerisme” menulis jika Militer mengendalikan awal transisi maka
militer akan bertahan lebih lama dalam
memimpin transisi. Militerlah yang akan menyusun agenda, memonitor dan
memaksakan jaminan bagi masa depan militer.
Hilal Khashan, profesor di
Universitas Amerika di Beirut dalam wawancaranya bersama Press TV (20/06/2012)
mengemukakan:
“Militer menghormati komitmen mereka untuk menyerahkan
kekuasaan sebelum akhir Juni tetapi mereka melakukannya setelah mereka telah
mengamankan sistem politik dan setelah mereka memastikan bahwa presiden baru
akan berjumlah tidak lebih dari bebek duduk..
Jika Morsi dinyatakan sebagai pemenang, berikut situasi adalah pemenang yang
berasal dari partai harus meninggalkan partainya dan dinyatakan seseorang tanpa
dasar kekuatan.. Dia harus menghadapi
pembentukan militer yang sehebat itu. Oleh karena itu Dewan Tertinggi Angkatan
Bersenjata bisa merasa cukup nyaman bahwa mereka menyerahkan kursi kepresidenan
kepada seseorang yang tidak akan dapat melakukan apa pun tanpa persetujuan
mereka, Ingat militer
Mesir memiliki koneksi asing penting terutama dengan Amerika Serikat. Militer
Mesir menerima 1,3 miliar dolar per tahun dan militer Mesir sangat ingin
mempertahankan ini kerjasama dengan mantap AS.Oleh karena itu mereka akan
memastikan bahwa mereka tidak akan mengganggu alur komunikasi dan sumber dana
dan mereka juga tahu bahwa mereka memiliki komitmen terhadap Israel dan mereka
ingin memastikan bahwa komitmen ini tidak akan dikompromikan”
Jika demikian terjadi, perjuangan rakyat Mesir belum selesai perlu
konsolidasi kekuatan oleh berbagai element dari masyarakat Mesir untuk menuntut
segera dilakukannya penyerahaan kekuasaan seutuhnya dari Dewan Tinggi Militer
kepada pemerintahan sipil.
DR. Mohammed Morsy Presiden Terpilih pasca Mubarak |
Selain itu teori paling populer
dan muktahir tentang penggalangan supremasi sipil oleh Felipe Aguero menyatakan
‘’supremasi Sipil akan tercapai jika dilakukan secara gradual. Tahap pertama
adalah pencabutan porsenil militer dari posisi strategis di luar pertahanan
dilanjutkan dengan pengisian posisi-posisi strategis di luar wilayah
pertahanan”. langkah awal Mohamed Morsy
terpilih yang harus ia lakukan sebagai presiden ialah ia harus berjuang
mengembalikan fungsi dan kewenangannya sebagai seorang presiden yang sedang di
kebiri oleh dewan Militer. Mengadakan pemilihan umum secepatnya untuk
memberikan kekuasaan legislative kepada parlemen. Barulah kemudian ada baiknya
memperhatikan formula Felipe Aguero
untuk menendang militer untuk kembali kebarak. Formula yang ditawarkan oleh
Felipe Aguero menuntut seorang atau kelompok sipil yang handal dan mumpuni dalam hal seluk beluk
pengetahuan tentang militer. Ikhwanul muslimin cukup mumpuni di bidang ini,
dahulu Ikhwanul Muslimin konon juga memiliki sayap militer, Ikhwanul Muslimin
sendiri- menurut beberapa literature-terlibat dalam memobilisasi ribuan anggotanya ikut dalam
perperangan Arab-Israel 1948
IKWANUL MUSLIMIN DAN HARAPAN BARU
Ikhwanul Muslimin merupakan
”sebuah gerakan yang paling berpengaruh di dunia” tulis Harian Aljazera di
penghujung tahun 2010. “Gerakan paling berpengaruh” itu mulai mendapat angin
segar dan merengsek masuk ke peta perpolitikan Mesir pasca Tumbangnya Hosni Mubarak. Ikhwanul
Muslimin memilki tempat tersendiri bagi saya salah satu kontribusi
perjuangannya terhadap kemardekaan Palestina-hamas sendiri didirikan oleh salah
satu anggota Ikhwanul Muslimin, Syeikh Ahmad Yassin. Ikhwanul Muslimin merupakan kekuatan baru dengan legitimasi
kekuasaan di Timur Tengah, di sebelah utara terdapat Turki dengan Sekelurisme,
di sebelah Barat terdapat Arab Saudi dan Iran dengan Wahabi dan Syiah. Seorang
alumni Al Azhar berkata kepada saya bahwa ia mempercayai Ikhwanul Muslimin
sebagai sebuah harapan baru di dunia Islam dan masa depan bagi Palestina serta ia
menuduh-berdasarkan pengalamannya selama di Mesir- sebuah kelompok Islam
tertentu berafiliasi dengan Israel. Semoga
saja pasca kemenangan Mohammad Morsy memberi pengaruh besar terhadap bangsa Palestina
hingga memperoleh kemardekaannya.
“semoga Allah senantiasa
memberikan Inspirasi kepada penulis untuk meneliti harapan baru tersebut.”
Maha suci engkau tidak ada yang kami ketahui selain apa yang engkau
ajarkan ( Qs. Al Baqarah:32)
0 komentar:
Posting Komentar