Senin, 25 Juni 2012

MESIR: PERSAINGAN KEKUASAAN MILITER - SIPIL ( IKHWANUL MUSLIMIN)


Bendera Mesir

Oleh : M. Jamil
Pada hari Sabtu (16/06/12) Dewan Tertinggi Militer Mesir -The Supreme Council of the Armed Forces (SCAF)- yang di kepalai Mohammed Tantawi membubarkan parlemen dengan dalih menanggapi keputusan Mahkamah Agung Konstitusi Mesir yang menyatakan Pemilu mesir tidak senjalan dengan amanat Undang-undang dasar Mesir. Dalam pemilu mesir pasca revolusi seorang calon memiliki dua jalur untuk menduduki kursi legislative yaitu melalui partai politik dengan kuota 2/3 dari jumlah kursi dan jalur independen dengan kuota 1/3 dari jumlah kursi, untuk jalur Independen juga membuka peluang bagi calon dari partai politik. Mahkamah Konstitusi Mesir beranggapan 1/3 kursi yang di dapat melalui pemilu tersebut tidak sah. Putusan Mahkamah Agung Konstitusi Mesir memantik kemarahan Ikwanul Muslimin dan menyebut tindakan Mahkamah Konstitusi merupakan sebuah kudeta.
Banyak pengamat menilai keputusan Mahkamah Agung Konstitusi Mesir di pengaruh oleh dua factor yaitu pertama para hakim Mahkamah Agung Konstitusi Mesir merupakan warisan era Mubarak sehingga berbicara atas kepentingan Mubarak yang kedua tekanan  militer terhadap Mahkamah Agung Konstitusi untuk mengeluarkan keputusan membubarkan Parlemen. Militer Mesir di bawah Tantawi sangat menyadari jika militer bermain secara vulgar tanpa didukung sebuah legalitas justru membahayakan kedudukan militer Mesir di mata dunia.
Mohammed Husen Tantawi,  ketua Dewan Tertinggi Militer



Dewan Tertinggi Militer Mesir tampil membawa misi sebagai “Juruselamat”  pada tanggal 11 februari 2011 untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan. Dewan Tertinggi Militer berjanji akan menyerahkan kepemimpinan kepada sipil namun kenyataannya berbanding terbalik dengan adanya pembubaran parlemen oleh Militer atas nama Mahkamah Agung Konstitusi.  Dengan di bubarkannya Parlemen menempatkan  posisi sentral Dewan Militer Mesir sebagai pemegang kekuasaan tunggal pasca Mubarak. Setelah membubarkan Parlement Dewan Tertinggi Militer Mesir telah siap untuk “pasang badan” memperkecil kewenangan Presiden terpilih putaran kedua yang akan di umumkan kamis mendatang (21/06/2012)-kemudian diundur hingga hari minggu (24/06/12) terjadi persaingan ketat antara Mohamad Morsy dari Ikhwanul Muslimin  dan Ahmad Shafiq dari era pemerintahan Mubarak yang juga didukung oleh militer dan kedua belah Pihak sudah mendeklarasikan  bahwa merekalah pemenangnya.
Hingga akhirnya Komisi Pemilihan Umum mengumumkan bahwa Mohamad Morsy tampil sebagai pemenang. Mengapa Militer Mesir melakukan hal demikian? Yang pertama adalah  wujud antisipasi jika Mohammed Morsy yang berasal dari Ikhwanul Muslimin menjadi Presiden. Ikhwanul Muslimin di pandang akan mengubah kebijakan politik  dalam dan luar negeri Mesir.
Yang kedua Militer Mesir telah terbiasa dan telah sejak lama  ikut andil dalam pemerintahan pasca kudeta Muhammad Naguib pada Raja Farouk I pada tahun 1953. Sangat sulit bagi Militer untuk menyerahkan kekuasaan kepada sipil seutuhnya. Bagaimana tidak! ‘’kekuasaan itu lebih nikmat dari sex” ujar Deng Xioping-mantan presiden China-seolah membawa Militer Mesir hanyut dan tenggelam dalam kenikmatan dan ketagihan kekuasaan dan untuk  menghilangkan, melepaskan bahkan melupakannya tentunya hal yang sangat sulit.
Seorang pengamat  timur tengah berpendapat  factor yang mempengaruhi adalah kekuatan dari militer mesir yang kuat dan tangguh dan selama beberapa beberapa kali mengikuti perperangan besar- sebut saja perang  melawan Israel: perang enam hari 1967, perang Atrisi 1967-1970,  perang Yom kippur 1973.
Era abad 21 hanya sedikit negara di dunia ini yang di pimpin sebuah kelompok militer, supremasi sipil perlahan menggeser superiotas militer di Eropa selatan pada decade 1970 an  dan amerika latin pada 1980an yang tengah mengancam demokrasi. Samuel Huntington menekankan perlunya otoriter sipil menjadikan militer sebagai ‘’The Tool of State”.
Berkaitan dengan kedudukan Dewan Militer Mesir, hipotesis yang di lakukan oleh Alfred Stepan dalam bukunya yang berjudul “Rethingking Miltary Politics”  cukup memberikan pemahaman terhadap situasi politik di Mesir. Alfred Stepan beranggapan supremasi sipil akan terwujud jika persaingan antara militer dan sipil-dalam kekuasaan- dan hak-hak istimewa militer rendah. Jika kedua indicator ini kita gunakan untuk mengkaji situasi politik di Mesir yang mengkedepankan supremasi Sipil sulit terwujud. Pembubaran Parlemen oleh Dewan Militer Mesir salah satu indicator tingginya tingkat persaingan antara Sipil dan Militer. Mengenai hak istimewa dewan Militer memiliki hak  sangat Istimewa, dengan mengambil alih kewenangan legislative dan eksekutif sekailigus dengan mengambil kewenangan di bidang anggaran Negara, seperti dilansir harian Mesir Egypt Independent (21/06/2012) menyatakan bahwa dewan militer telah menyetujui dan menetapkan anggaran negara.
Berbeda dengan Iran Pasca revolusi 1979, militer mendeklarasikan kesetiaannya kepada pemerintahan Sipil dan proses transisi di laksanakan oleh pemerintahan sipil, atau di Indonesia sendiri pasca reformasi militer tidak terlalu jauh ikut campur dalam proses transisi dan  proses tersebut dilaksanakan oleh pemerintahan sipil di bawah Presiden B.J Habibie. Mesir tidak demikian proses transisi berada di bawah kendali kuat Militer. Dr Bambang Cipto dalam bukunya ‘’partai, Kekuasaan dan Militerisme” menulis jika  Militer mengendalikan awal transisi maka militer akan bertahan lebih  lama dalam memimpin transisi. Militerlah yang akan menyusun agenda, memonitor dan memaksakan jaminan bagi masa depan militer.
Hilal Khashan, profesor di Universitas Amerika di Beirut dalam wawancaranya bersama Press TV (20/06/2012) mengemukakan:
“Militer menghormati komitmen mereka untuk menyerahkan kekuasaan sebelum akhir Juni tetapi mereka melakukannya setelah mereka telah mengamankan sistem politik dan setelah mereka memastikan bahwa presiden baru akan berjumlah tidak lebih dari bebek duduk.. Jika Morsi dinyatakan sebagai pemenang, berikut situasi adalah pemenang yang berasal dari partai harus meninggalkan partainya dan dinyatakan seseorang tanpa dasar kekuatan.. Dia harus menghadapi pembentukan militer yang sehebat itu. Oleh karena itu Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata bisa merasa cukup nyaman bahwa mereka menyerahkan kursi kepresidenan kepada seseorang yang tidak akan dapat melakukan apa pun tanpa persetujuan mereka, Ingat militer Mesir memiliki koneksi asing penting terutama dengan Amerika Serikat. Militer Mesir menerima 1,3 miliar dolar per tahun dan militer Mesir sangat ingin mempertahankan ini kerjasama dengan mantap AS.Oleh karena itu mereka akan memastikan bahwa mereka tidak akan mengganggu alur komunikasi dan sumber dana dan mereka juga tahu bahwa mereka memiliki komitmen terhadap Israel dan mereka ingin memastikan bahwa komitmen ini tidak akan dikompromikan”
Jika demikian terjadi,  perjuangan rakyat Mesir belum selesai perlu konsolidasi kekuatan oleh berbagai element dari masyarakat Mesir untuk menuntut segera dilakukannya penyerahaan kekuasaan seutuhnya dari Dewan Tinggi Militer kepada pemerintahan sipil.
DR. Mohammed Morsy Presiden Terpilih pasca Mubarak
Selain itu teori paling populer dan muktahir tentang penggalangan supremasi sipil oleh Felipe Aguero menyatakan ‘’supremasi Sipil akan tercapai jika dilakukan secara gradual. Tahap pertama adalah pencabutan porsenil militer dari posisi strategis di luar pertahanan dilanjutkan dengan pengisian posisi-posisi strategis di luar wilayah pertahanan”.  langkah awal Mohamed Morsy terpilih yang harus ia lakukan sebagai presiden ialah ia harus berjuang mengembalikan fungsi dan kewenangannya sebagai seorang presiden yang sedang di kebiri oleh dewan Militer. Mengadakan pemilihan umum secepatnya untuk memberikan kekuasaan legislative kepada parlemen. Barulah kemudian ada baiknya memperhatikan formula  Felipe Aguero untuk menendang militer untuk kembali kebarak. Formula yang ditawarkan oleh Felipe Aguero menuntut seorang atau kelompok sipil  yang handal dan mumpuni dalam hal seluk beluk pengetahuan tentang militer. Ikhwanul muslimin cukup mumpuni di bidang ini, dahulu Ikhwanul Muslimin konon juga memiliki sayap militer, Ikhwanul Muslimin sendiri- menurut beberapa literature-terlibat dalam  memobilisasi ribuan anggotanya ikut dalam perperangan Arab-Israel 1948
IKWANUL MUSLIMIN DAN HARAPAN BARU
Ikhwanul Muslimin merupakan ”sebuah gerakan yang paling berpengaruh di dunia” tulis Harian Aljazera di penghujung tahun 2010. “Gerakan paling berpengaruh” itu mulai mendapat angin segar dan merengsek masuk ke peta perpolitikan Mesir  pasca Tumbangnya Hosni Mubarak. Ikhwanul Muslimin memilki tempat tersendiri bagi saya salah satu kontribusi perjuangannya terhadap kemardekaan Palestina-hamas sendiri didirikan oleh salah satu anggota Ikhwanul Muslimin, Syeikh Ahmad Yassin. Ikhwanul Muslimin  merupakan kekuatan baru dengan legitimasi kekuasaan di Timur Tengah, di sebelah utara terdapat Turki dengan Sekelurisme, di sebelah Barat terdapat Arab Saudi dan Iran dengan Wahabi dan Syiah. Seorang alumni Al Azhar berkata kepada saya bahwa ia mempercayai Ikhwanul Muslimin sebagai sebuah harapan baru di dunia Islam dan masa depan bagi Palestina serta ia menuduh-berdasarkan pengalamannya selama di Mesir- sebuah kelompok Islam tertentu berafiliasi  dengan Israel. Semoga saja pasca kemenangan Mohammad Morsy memberi pengaruh besar terhadap bangsa Palestina hingga memperoleh kemardekaannya.

 “semoga Allah senantiasa memberikan Inspirasi kepada penulis untuk meneliti harapan baru tersebut.”
Maha suci engkau tidak ada yang kami ketahui selain apa yang engkau ajarkan ( Qs. Al Baqarah:32)

0 komentar:

Posting Komentar