Ilustrasi |
Oleh : M. Jamil
Ketika membuka jejaring sosial penulis merasa sedikit terganggu dengan
sebuah statement seseorang teman kepada teman lainnya. Statement tersebut
muncul tak kala terjadi perbedaan pendapat yang mengarah bukan kepada objek
yang di bicarakan melainkan menyerang subjek secara massif. Walhasil munculah
kalimat ‘’tidak level” dari segi keilmuan dan
bukannya menyesali perbuatannya malah ia justru merasa puas terhadap apa
yang ia telah lakukan terhadap temannya yang nota bene sesama muslim. Entah
motif dendam pribadi atau alasan lain yang jelas perbuatan tersebut mengarah
kepada perbuatan Sombong. Kesombongan yang paling buruk
adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya,
begitulah kecaman Al Imam Adz Dzahabi seorang seorang ulama kelahiran Damaskus, Syiria. Ilmu
dan sombong mempunyai potensi untuk menyatu dan pemisahnya hanya ketaqwaan
kepada Allah dan Rasulullah yang di ikuti perasaan tawadhu atau rendah diri.
Jika sikap sombong merupakan sebuah sikap yang sangat di benci seluruh
penduduk bumi mengapa pula kita harus mendekati dan mengamalkannya. Syech Salim
Bin ‘Ied Al Hilali dalam bukunya
berjudul “hakikat tawadu dan sombong”
mengutarakan bahwa sesungguhnya dampak sombong itu begitu besar antara lain
menghapus kehormatan serta menghapuskan bimbingan ahli ibadah ahli zuhud dan
ulama bahkan kebanyakan orang umum. Sombong Berdasarkan Hadist yaitu menolak
kebenaran dan meremehkan orang lain. Menolak kebenaran dalam arti menolak setiap
ajaran, gagasan, saran maupun nasehat dari seorang walaupun ia mengetahui bahwa
apayang telah di sampaikan tersebut mengandung kebenaran. Begitu pula dengan
sikap meremehkan orang lain sebuah sikap yang menganggap pribadi, ajaran,
gagasan, saran maupun nasehat nya lebih baik dari orang lain.
Bukankah syetan berkata kepada
Allah ‘’saya lebih baik dari dia” dengan dalih pembelaan ketika mendapat
perintah sujud kepada Allah, terlebih syetan dengan maksud meremehkan adam
berpendapat ia diciptakan dari api sedangkan adam berasal dari tanah (baca surah al a’raf 12). Sah-sah saja seorang
menganggap apa yang ia miliki lebih baik dari yang orang lain miliki namun yang patut di
garis bawahi ialah tidak diperbolehkan meremehkan dan merendahkan orang lain
namun justru harus dibarengi dengan sikap syukur dan tawadhu kepada Allah.
Seorang mukmin senantiasa di perintahkan oleh Allah SWT dan Rasulullah untuk
menghindari diri dari penyakit sombong di antaranya terdapat dalam beberapa
ayat Al qur’an diantaranya;
“Dan janganlah
kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)
Selanjutnya dalam surah An Nahal ayat 23;
“Sesungguhnya Dia tidak menyukai
orang-orang yang menyombongkan diri.”
Dan surah QS. Al A’raf : 146
”Aku palingkan dari ayat-ayatKu orang-orang yang menyombongkan diri di
muka bumi.”
Dalam sebuah hadist, Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda “Maukah
kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi
rakus, dan takabbur(sombong).“ (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim
no. 2853).
Sehingga mari kita sesama muslim untuk menghindari
penyakit sombong dan meningkatkan ketaatan kita kepada Allah dan Rasulullahnya dan dijauhkan dari siksa api neraka.
0 komentar:
Posting Komentar