Minggu, 03 Februari 2013

PKS (JANGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN KEDUA!


          


                                                      
                                                                            Oleh : M. Jamil
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthi Hasan Ishaq di tangkap dan di tetapkan sebagai tersangka  oleh Komisi pemberantasan korupsi (KPK) atas tuduhan suap kasus import daging sapi oleh PT. Indo Guna utama. Isu tak sedap berupa adanya gratifikasi sexual menambah kekuatan gelombang tsunami  menghempas sebuah Partai politik berbasis Islam yang konon mempunyai hubungan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin.  Luthfi Hasan Ishaq dengan cepat segera mengundurkan diri dari Presiden PKS dan Otoritas  dewan pimpinan syuro  PKS segera memilih pengganti Luthfi Hasan Ishaq dengan Anis matta yang tak lain Sekjen PKS menjadi Presiden PKS yang baru.
Bagaimana pendekatan yang di ambil oleh  Anis mata terhadap permasalahan yang menimpa PKS? Sebelum kita menelisik lebih jauh  ada baiknya saya mengutip pendapat Bernard Lewis yang menyatakan
“setiap orang  jika melakukan kesalahan maka ia akan merespon dengan melakukan dua tindakan yaitu,  pertama adalah bagaimana seharusnya kita bertindak atau bagaimana yang benar sedangkan yang kedua adalah siapa yang melakukan hal tersebut kepada kita”
Sayang  Anis Matta penulis buku “Biar Kuncupnya Mekar Menjadi Bunga mengendalikan gelombang tsunami yang menerpa PKS dengan pendekatan kedua,  Anis Matta justru menggunakan pendekatan-pendekatan yang kurang tepat Untuk tahapan menahan hempasan gelombang tsunami yang sedang menerpa PKS dengan menyebut adanya sebuah konspirasi dan bahkan menuduh adanya peran zionis dalam kasus suap tersebut. Jangankan memberi bukti maupun data, mengomentari lebih lanjut saja tentang penggunaan kata konspirasi (seperti yang di beritakan oleh harian Suara Mardeka) (3/2) Anis mata tidak bersedia menjelaskan, hanya mengungkapkan “Saya tidak memikirkan itu lagi sekarang, saya mengurus diri saya dulu dan partai untuk berbenah dulu. Fokus saya menjaga moral kader PKS dan kepercayaan umat yang sudah diberikan”. Hidayat Nur Wahid mau tak mau membela Anis Matta dengan istilah konspirasinya dengan menyatakan penyebutan konspirasi didasari perbedaan perlakuan hukum yang dirasakan pengurus dan kader PKS, dengan demikian apakah  perbedaan perlakuan hukum ini dapat di kategorikan konspirasi?(anda lah yang menjawabnya).
Penggunaan kata konspirasi oleh Anis matta bahkan menjadi bahan tertawaan dan cemohan sebagian orang, termasuk dari salah satu pendiri PKS, Yusuf Supendi seperti yang di muat dalam harian Republika (3/2) mengatakan tudingan PKS yang menyebutkan adanya konspirasi dalam penanganan kasus ini menandakan PKS berpikiran dangkal. Yusuf Supendi menuding penggunaan konspirasi sekadar ocehan politik atau hanya untuk meminta simpati dari masyarakat. Penggunaan kata konspirasi dapat pula menimbulkan antipati masyarakat terhadap PKS terlebih jika kelak Luthfi Hasan Ishaq dinyatakan bersalah. Salah satu Jargon PKS sebagai partai bersih sebagai daya tarik pemilih akan kehilangan makna. Begitu juga dukungan Kader PKS yang selama ini dengan ikhlas dan rela dengan biaya sendiri berjuang membesarkan partai akan buyar jika demikian PKS terancam tereleminasi, tinggal cerita karena tidak memenuhi ambang batas 3,5 persen di Pemilu 2014. Sekedar catatan sejauh ini tersangka korupsi yang di tangkap oleh KPK kebanyakan dinyatakan bersalah dan sajauh ini belum ada yang dinyatakan di bebaskan tidak bersalah oleh Pengadilan Tipikor. Pengalaman ini yang sebenarnya harus di lihat oleh Anis Matta dan elit PKS lainnya sehingga berhati-hati dalam menyikapi permasalah ini.
Alangkah indah elit PKS menggunakan pendekatan  yang pertama ala Bernard Lewis dalam menyikapi permasalahan ini dengan sikap “bagaimana seharusnya bertindak atau bagaimana yang benar”. Sehingga PKS baik elit maupun simpatisannya melakukan pembenahan dari dalam terlebih dahulu terhadap kader-kader yang bermasalah, melakukan transparansi keuangan partai dan mendukung sepenuhnya proses penegakan hukum oleh KPK that is elegant. Dengan demikian PKS mampu menjadikan Musibah menjadi Muhibah dan menjadikan kehancuran menjadi persatuan dan kemenangan.

1 komentar:

  1. cukup disayangkan, tapi apa mau di kata... friksi dalam partai bulan sabit kembar itu makin memuncak dengan munculnya istilah kelompok keadilan dan kelompok kesejahteraan.
    pilihan prisiden PKS semakin mengerucut kepada apakah ikut bergoyang ala arus politik indonesia kekinian yang penuh transaksional, ataukah tetap pada penegakan syariah agama yang selaras dengan kata "keadilan"...
    isu yang cukup mencengangkan ane adalah ketika mengikuti pemberitaan parati ini, dimana salah satu pendirinya mengatakan pengganti LHI ada 2 pilihan yakni
    1. A M (blok kesejahteraan)
    2. HNW (blok keadilan)
    dan tentunya pilihan telah ditetapkan, agan2 sekalian bisa menilai dengan reaksi yang dipilih oleh A M pertama kali... (ada konspirasi)

    BalasHapus