Oleh : M. Jamil
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
Luthi Hasan Ishaq di tangkap dan di tetapkan sebagai tersangka oleh Komisi pemberantasan korupsi (KPK) atas
tuduhan suap kasus import daging sapi oleh PT. Indo Guna utama. Isu tak sedap
berupa adanya gratifikasi sexual menambah kekuatan gelombang tsunami menghempas sebuah Partai politik berbasis
Islam yang konon mempunyai hubungan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin. Luthfi Hasan Ishaq dengan cepat segera
mengundurkan diri dari Presiden PKS dan Otoritas dewan pimpinan syuro PKS segera memilih pengganti Luthfi Hasan
Ishaq dengan Anis matta yang tak lain Sekjen PKS menjadi Presiden PKS yang
baru.
Bagaimana pendekatan yang di ambil
oleh Anis mata terhadap permasalahan
yang menimpa PKS? Sebelum kita menelisik lebih jauh ada baiknya saya mengutip pendapat Bernard
Lewis yang menyatakan
“setiap orang jika
melakukan kesalahan maka ia akan merespon dengan melakukan dua tindakan yaitu, pertama adalah bagaimana seharusnya kita
bertindak atau bagaimana yang benar sedangkan yang kedua adalah siapa yang
melakukan hal tersebut kepada kita”
Sayang Anis Matta penulis buku “Biar Kuncupnya Mekar Menjadi Bunga” mengendalikan gelombang tsunami yang menerpa
PKS dengan pendekatan kedua, Anis Matta
justru menggunakan pendekatan-pendekatan yang kurang tepat Untuk tahapan menahan
hempasan gelombang tsunami yang sedang menerpa PKS dengan menyebut adanya
sebuah konspirasi dan bahkan menuduh adanya peran zionis dalam kasus suap tersebut.
Jangankan memberi bukti maupun data, mengomentari lebih lanjut saja tentang
penggunaan kata konspirasi (seperti yang di beritakan oleh harian Suara Mardeka)
(3/2) Anis mata tidak bersedia menjelaskan, hanya mengungkapkan “Saya tidak
memikirkan itu lagi sekarang, saya mengurus diri saya dulu dan partai untuk
berbenah dulu. Fokus saya menjaga moral kader PKS dan kepercayaan umat yang
sudah diberikan”. Hidayat Nur Wahid mau tak mau membela Anis Matta dengan
istilah konspirasinya dengan menyatakan penyebutan konspirasi didasari
perbedaan perlakuan hukum yang dirasakan pengurus dan kader PKS, dengan
demikian apakah perbedaan perlakuan
hukum ini dapat di kategorikan konspirasi?(anda lah yang menjawabnya).
Penggunaan kata konspirasi oleh Anis
matta bahkan menjadi bahan tertawaan dan cemohan sebagian orang, termasuk dari salah
satu pendiri PKS, Yusuf Supendi seperti yang di muat dalam harian Republika
(3/2) mengatakan tudingan PKS yang menyebutkan adanya konspirasi dalam
penanganan kasus ini menandakan PKS berpikiran dangkal. Yusuf Supendi menuding
penggunaan konspirasi sekadar ocehan politik atau hanya untuk meminta simpati
dari masyarakat. Penggunaan kata konspirasi dapat pula menimbulkan antipati masyarakat
terhadap PKS terlebih jika kelak Luthfi Hasan Ishaq dinyatakan bersalah. Salah satu
Jargon PKS sebagai partai bersih sebagai daya tarik pemilih akan kehilangan
makna. Begitu juga dukungan Kader PKS yang selama ini dengan ikhlas dan rela
dengan biaya sendiri berjuang membesarkan partai akan buyar jika demikian PKS terancam
tereleminasi, tinggal cerita karena tidak memenuhi ambang batas 3,5 persen di
Pemilu 2014. Sekedar catatan sejauh ini tersangka korupsi yang di tangkap oleh
KPK kebanyakan dinyatakan bersalah dan sajauh ini belum ada yang dinyatakan di bebaskan
tidak bersalah oleh Pengadilan Tipikor. Pengalaman ini yang sebenarnya harus di
lihat oleh Anis Matta dan elit PKS lainnya sehingga berhati-hati dalam
menyikapi permasalah ini.
Alangkah
indah elit PKS menggunakan pendekatan yang pertama ala Bernard Lewis dalam menyikapi
permasalahan ini dengan sikap “bagaimana seharusnya bertindak atau bagaimana
yang benar”. Sehingga PKS baik elit maupun simpatisannya melakukan pembenahan
dari dalam terlebih dahulu terhadap kader-kader yang bermasalah, melakukan
transparansi keuangan partai dan mendukung sepenuhnya proses penegakan hukum oleh
KPK that is elegant. Dengan demikian
PKS mampu menjadikan Musibah menjadi Muhibah dan menjadikan kehancuran menjadi
persatuan dan kemenangan.
cukup disayangkan, tapi apa mau di kata... friksi dalam partai bulan sabit kembar itu makin memuncak dengan munculnya istilah kelompok keadilan dan kelompok kesejahteraan.
BalasHapuspilihan prisiden PKS semakin mengerucut kepada apakah ikut bergoyang ala arus politik indonesia kekinian yang penuh transaksional, ataukah tetap pada penegakan syariah agama yang selaras dengan kata "keadilan"...
isu yang cukup mencengangkan ane adalah ketika mengikuti pemberitaan parati ini, dimana salah satu pendirinya mengatakan pengganti LHI ada 2 pilihan yakni
1. A M (blok kesejahteraan)
2. HNW (blok keadilan)
dan tentunya pilihan telah ditetapkan, agan2 sekalian bisa menilai dengan reaksi yang dipilih oleh A M pertama kali... (ada konspirasi)