Oleh : M. Jamil
Alangkah indah suara
merdu kumandang takbir tahlil dan tahmid di berbagai mesjid, pertanda telah
selesainya umat muslim menempa diri dengan berpuasa hampir sebulan penuh di
bulan Ramadhan. Semoga saja kumandang takbir tahlil dan tahmid tidak hanya
sebatas symbol maupun kata namun ia bagi kita semua dapat tampil sebagai pernyataan kemenangan melepas
belenggu. Melepas belenggu dari berbagai perbuatan maupun kebiasaan-kebiasaan yang
di balut oleh hawa nafsu. perbuatan maupun kebiasaan-kebiasaan yang di balut
oleh hawa nafsu hanya mampu dikalahkan dengan “reproses pembentukan” dari kebiasaan-kebiasaan
yang di balut oleh hawa nafsu menuju kebiasaan sesuai tuntunan Al Quran maupun
Sunnah Rasul. Reproses ini harus didukung oleh komitmen yang bertalian dengan
pengulangan dan pelatihan. Pengulangan dan pelatihan inilah merupakan jawaban
dari puasa sebulan penuh bukan hanya beberapa hari saja, selain itu ‘’pengulangan
dan pelatihan’’ tentunya memiliki tuntunan dan tuntutan dalam rangka proses
penyempurnaan dari tujuannya yaitu menjadi orang yang bertaqwa. Allah SWT
sangat mengistimewakan proses pembentukan kebiasaan menuju orang bertaqwa ini hingga Allah SWT (berdasarkan riwayat Hadist shahih*)
mengikat para setan yang sering menggoda manusia.
Dengan demikian
taqwa adalah sebuah proses yang salah satunya dapat di tempuh oleh orang yang
beriman dengan menjalankaan puasa di bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan
kandungan Surah Al Baqarah ayat 183 yang
secara tegas menyebutkan esensi dari Puasa adalah menjadikan manusia beriman
menjadi orang yang bertaqwa. mengenai kata Taqwa Sebagian ulama mengartikan
kata Taqwa memiliki arti “menjaga (melindungi) dari bencana atau sesuatu yang
menyakitkan”. Selaras dengan arti di atas sahabat Rasulullah, Umar bin Khatab pernah
menyampaikan definisi Taqwa yang sama saat berdialog dengan Ubay bin Ka’ab;
Umar bin Khatab bertanya kepada Ubay bin
Ka’ab; “pernah kah engkau berjalan di atas jalan yang penuh duri?”, Ubay bin Ka’ab,
menjawab, “ ya pernah”. “Apa yang engkau lakukan?”, tanya umar. “aku sangat
berhati-hati”, jawab Ubay bin Ka’ab. “demikian itulah taqwa”, ucap Umar bin
Khatab.
Quraish
Shihab dalam buku ‘’secercah cahaya Ilahi: hidup bersama Al Qur’an“,
menyimpulkan tiga sifat pokok orang bertaqwa yaitu Iman, pengamalan syariat dan
Ahlak. Iman memerlukan pondasi keyakinan dan pengetahuan terkait dalam enam
rukun Iman. Pengalaman syariat terkait dengan penerapan pengetahuan yang
bersumber pada Al Quran, Hadist dan Sunnah Rasul terkait dengan hubungan dengan
Allah, maupun hubungan antara sesama dan alam. Sedangkan Ahlak menyangkut
tentang spsesifikasi hubungan antara sesama manusia, nah saling berjabat tangan
dan saling memaafkan di Hari Raya Idul Fitri (tentu nya juga kapanpun dan di manapun)
menambah kesempurnaan dari ketaqwaan seseorang.
Ya
Allah Ya Rahman Ya Rahim, perkenankanlah do’a kami ini Ya Allah, pertemukanlah
kami sekeluarga kembali kepada bulan ramadhan berilah kami kembali kesempatan
untuk memperbaiki dan meningkatkan amalan kami kembali di bulan Ramadhan tahun depan Amin
Amin Ya Robbal alamin.
SELAMAT
HARI RAYA IDUL FITRI 1434 H MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN
MUHAMMAD JAMIL DAN KELUARGA TERCINTA
0 komentar:
Posting Komentar