Oleh : M. Jamil
Ikhlas itu seperti menyingkirkan batu di dalam wadah gelas yang telah berisi Air (Quraish shihab)
Ketika saya pulang dari berpergian keluar kota memasuki melalui jalan yang rusak, berlubang dan berbatu dengan menggunakan sepeda motor, saya terkejut ketika mengetahui Hand Phone yang saya miliki tidak ada lagi di saku jacket. Serta merta saya memutar motor saya kembali mengarungi arah jalan yang telah saya lalui. Mata saya tertuju pada aspal dan tanah berbatu untuk mencari hand phone yang baru beberapa bulan saya beli. Hingga akhirnya setelah Hampir satu jam tidak ada tanda-tanda Hand Phone saya di temukan. Tak putus akal saya singgah di salah satu tempat pengisian pulsa untuk meminta bantuan menghubungi nomor handphone saya yang hilang. Setelah di hubungi nomor handphone saya masih bisa di hubungi, dalam hati saya ada dua kemungkinan yang pertama Handphone saya masih belum ditemukan yang kedua jika telah ditemukan masih ada niat baik dari penemu handphone tersebut untuk mengembalikan.
Namun setelah menghubungi berkali-kali HP tersebut tidak diangkat, saya berfikir hand Phone tersebut belum ditemukan. Setelah lelah dan putus asa mencari saya putuskan untuk pulang karena telah cukup lama untuk mencari. Dalam perjalanan pulang saya berusaha untuk ikhlas, sabar dan berfikir mencari pinjaman atau membeli hand phone yang sangat murah. Teringiang di ingatan saya ungkapan seorang tokoh tafsir bapak Qurasih Shihab yang menyatakan ‘’ikhlas itu seperti menyingkirkan batu di dalam wadah gelas yang telah berisi Air. Gelas yang berisi air bagaikan sebuah hati yang bersih yang harus disingkirkan dari materi. Membumikan perasaan ikhlas ditengah kepanikan dan kehilangan memang tidak mudah, sesekali otak kiri menggoda dengan hitungan untung-rugi menambah kekesalan.
Di sela-sela perjalanan untuk menghilangkan godaan otak kiri, saya mencoba sedikit menyebut asma Allah -Hanya mengingat Allah hati menjadi tenang (QS. Ar Rad: 28)- ternyata ampuh menghilangkan sedikit godaan otak kiri saya.
Ketika keluar dari jalan yang saya masuki, saya berpas-pasan lain arah dengan seorang ibu mengenakan Jilbab yang cukup besar memanggil saya dan berkata : “bapak yang HP nya jatuh ya?”, “kok, ibu bisa tau?” Jawab saya. Ibu tersebut sontak menjawab ‘’saya tadi di belakang bapak, saya lihat HP bapak jatuh lalu saya ambil untuk memberikan kepada bapak seraya memanggil bapak, tapi bapak tidak dengar langsung ngebut kearah balik”. ‘’Tapi hpnya tidak ada sama saya pak!”,”saya titipkan di tempat keluarga saya di depan’’. Saya kembali bertanya kepada mengapa pada saat menghubungi handphone tersebut tidak diangkat. Ibu tersebut menyatakan ia tidak dapat mengoperasikan hand phone. Setelah sampai di tempat keluarga ibu tersebut serta merta pihak keluarga ibu tersebut memberikan kepada saya.
Penasaran kepada ibu tersebut saya bertanya ‘’mengapa ibu bersedia melakukan hal tersebut -mengembalikan hp saya dengan cepat ibu itu menjawab saya takut pak. Saya hanya tersenyum mendengar argument ibu tersebut. saya meyakini ibu tersebut orang yang memiliki pengetahuan sehingga pengetahuan tersebut mengarah kepada perasaaan takut kepada Allah-Sessungguhnya mereka yang takut di kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang yang berilmu”(QS. Al-Fathir [35] :28). Seorang filosof Hegel dalam salah satu maha karyanya “Knowledge and faith” mengemukan tentang hubungan antara keimanan dan Pengetahuan yang saling terkait.
Alangkah indah jika dalam kehidupan ini jika kita senantiasa belajar untuk mencoba untuk ikhlas dan takut kepada Allah .Semoga Allah senantiasa menaungi Al-Quran dan Sunnah Nabinya, serta Hikmahnya kepada Kita
gimane ye gan.
BalasHapusgodaan otak kiri itu selalu menaikan emosi ketika kesalahan timbul karena suatu hal yang sembrono/gegabah ditambah pula dengan kesalahan itu karena tindakan yang tidak pernah dipikirkan dengan baik atau malah menjurus kearah bitah/dolal.
ntah mengapa otak kiri ini selalu bertanya dan terus bertanya... sesekali mencoba menenangkan hati tapi jika melihat perilaku itu kembali berulang, rasanya tak ada lagi gunung yang bisa menahan letupan lava nya untuk keluar...
kite same gan masih ''terapi'' menangani godaan otak kiri, pengalaman pribadi sih gan ade beberapa hal yang buat ane ''terkontrol atau sadar'', kalau lagi emosi dan terancam ada permusuhan hati kecil seolah bilang ''ingat akan tulisan anda ''mereka yang rindu kepada Allah'', selain itu cerita tentang Rasulullah, dan orang penuh hikmah memberi energi tamnbah gan,kl kayak tulisan di atas ane ingat tulisan pak quraish sm zikir kecil-kecilan gan jd godaan otak kiri bisa di minimalisir gan
BalasHapus