Rabu, 21 Maret 2012

Lantunan Akhir Asmaul Husna



Oleh : M. Jamil
Mugkin slogan rumah ku adalah Istana ku tidak berlaku bagi para pelancong yang bekerja jauh dari kampung halaman. Terkadang motivasi bekerja jauh dari kampung halaman hanya untuk satu alasan yaitu bertahan hidup. Para pelancong umumnya mencari tempat persinggahan dengan kriteria harga yang tak perlu merogoh kocek dalem-dalem, masalah nyaman? kita yang atur..
Adalah Aswilla Brother nama kost-kostan itu, yang menjadi pencarian terakhir bagi para pelancong dari daerah lain di kabupaten Sintang ini. Tak terkecuali ketiga orang anak adam  yang memiliki kecenderungan berbeda yaitu Jumadi, Ade dan Abdullah. Kali ini  mereka sedang asyik berada diruang tengah. Sebuah ruangan khusus yang tidak disewakan dan hanya digunakan untuk menonton dan menerima tamu kost.
Ruang tengah ini  di temani dengan sebuah telivisi 14 inc merk china. Televisi merk china inilah yang mencukupi kebutuhan  ketiganya akan sebuah Informasi. Tak  Terkecuali memasuki bulan puasa kali ini televisi terkadang berubah fungsi menjadi teman dikala menunggu berbuka puasa. Hiruk pikuk pun terdengar tak kala adegan lucu menggelitik ketiga orang tersebut. Mereka hanya bertiga tapi… terkadang suaranya bak se RT.
Mereka mempunyai sebuah mekanisme yang lumrah yaitu secara bergiliran, salah satu dari mereka yang bertanggung jawab mempersiapkan berbagai hidangan dan tentunya menanggung juga biaya yang di timbulkan
 Tak kala Teriakan  azan maghrib sang Muazin dengan lantang  berkumandang, meja kaca di depan televisi telah siap dengan berbagai aneka makanan dan minuman dari gorengan hingga makan berat.  Suasana kebahagian tersebut sangat tergambar disebuah ruang tengah. Memang benar ungkapan Rasulullah bahwa apabila seorang berpuasa maka ia akan merasa kebahagian di saat sahur dan berbuka puasa
 Ketika Abdullah hendak mengambil makanan untuk berbuka sontak  irwan berkata:“ azan di mesjid sebelah bung dan kita jarang bahkan tidak pernah sholat di mesjid teresbut! Azan tersebut khusus hanya untuk mereka yang sholat dimesjid tersebut dan berada dekat dengan mesjid dan mereka yang lebih layak berbuka”.
 Jumadi dan Abdullah saling bertatap mata kemudian tertawa mendengar fatwa dari saudara Irwan dan mungkin hanya mengangap sebuah lelucon. Jumadi seorang Sarjana Hukum Islam yang mungkin lebih tepat memiliki otoritas untuk membantah hanya terseyum mendengar fatwa Irwan yaitu seorang yang nota bene sarjana ekonomi. Seolah tak peduli dengan fatwa Irwan kedua pemuda itu pun mengakhiri puasa mereka dengan menikmati hidangan di atas meja kaca.
Irwan dan jumadi merupakan teman satu kantor bekerja pada Bank yang cukup ternama dinegri ini. Awalnya mereka satu persepsi entah kenapa akhirnya irwan memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya. Konon dari pengakuanya ia meninggalkan pekerjaannya dikarenakan setelah meminjam buku dari Abdullah tentang hikayat berdasarkan Hadist Qudsi.
 Abdullah sendiri bingung pada bagian mana Irwan memperoleh sebuah gagasan sehingga ia memutuskan untuk keluar dari dunia perbankan dikarenakan tidak ada satupun bagian dari buku tersebut menyinggung tentang halal maupun haram, buku tersebut lebih condong pada persoalan tauhid. Terkadang irwan berceloteh (bak Soekarno dengan yakin dan ambisius) dengan mengatakan bahwa pekerjaan yang telah ia tekuni beberapa bulan terakhir bertentangan dengan ajaran Agama. Namun Jumadi hanya terseyum mendengar ungkapan Irwan tidak tampak sedikitpun rawut wajah penolakan maupun ketidak senangan pada dirinya.
Irwan pun mengajukan permohonan berhenti bekerja dan tak lama ia pun  pergi meninggalkan rumah kost tercinta dan lebih memilih untuk tinggal di kampung halaman untuk beberapa lama atau mungkin juga apa yang disebut metalicafor something new”. Namun sebelum Irwan pergi ia sempat mengatakan kepada abdullah dan jumadi akan mendirikan sebuah organisasi masa yang akan ia beri nama “Netraldiyah”, visi nya hanya satu, penyatuan umat dari sekat-sekat sekte selama ini,ungkap Irwan yakin dengan mata berkaca-kaca.
terkadang irwan gemar nyeleneh (mungkin juga bercanda) jika bicara tentang agama namun enggan bila ia di bilang menganut ideologi  islam liberal ala cak nur atau Ulil Abshar abdalla atau aliran keras ala Wahabi. Irwan pun tidak menganut ataupun taklid terhadap 4 mazhab besar(Hanafi, Malik, Syafii, Hambali), Mungkin ia mengacu pada mazhabnya sendiri “netraldiyah”.
Setelah satu minggu sejak kepergian Irwan, Jumadi memutuskan untuk pindah ke kota lain dan bekerja pada Bank cabang perwakilan bank tempat ia berkerja sebelumnya di kota lain tersebut dengan alasan dekat dengan tempat tinggal bersama keluarga. Jumadi sering menuturkan bahwa ia tidak sanggup berpisah dengan istri dan anaknya yang masih kecil. Pernah ia mengutarakan ia rela pergi menemui anaknya pada malam hari walaupun jarak antara kost dan tempat tinggal istri dan anaknya  memakan waktu 2,5 jam perjalanan dengan kondisi jalan yang berlubang-lubang.
 Ia terkadang sering menangis apabila teringat dengan anaknya yang masih balita. Jumadi sosok yang hebat, cukup fasih dalam bahasa arab. Terkadang Abdullah yang gemar menonton TV lebanon Al Manar selalu memanggil Jumadi untuk menerjemahkan bahasa arab ke bahasa indonesia. Menurut pandangan Abdullah, dalam diri Jumadi terdapat potensi ia sebagai seorang Da’I, ia cukup mengetahui dan menguasai ilmu fiqih, tauhid dan seluk beluk agama, walaupun terbilang cukup pasif mendemontrasikan pengetahuan dan pengalamanya dalam khazanah ilmu agama. Jumadi dengan bahagia dapat bekerja di dekat keluarga melangkah dengan pasti meninggalkan rumah kost tercinta.
Tinggal abdullah sendiri dalam kost tersebut, walaupun sebenarnya tidak sendiri hanya saja dua orang temannya  sedang mengikuti pelatihan untuk beberapa bulan di ibu kota provinsi. Abdullah sosok yang tidak menarik (begitulah ungkapan yang ia tulis di profil Facebook nya) tak lama juga meninggalkan kost. Waktu berlalu tidak terasa hampir dua tahun mereka bertiga tidak pernah bertemu.
 Malam itu begitu mengejutkan bagi Abdullah, tak kala handphone berdering dan tak disangka irwan yang menelponya, memberikan kabar bahwa Jumadi mengalami kecelakaan dan meninggal dunia saat menjalankan tugas, mobil yang ia tumpangi bersama temannya jatuh kejurang disebabkan menghindari sebuah truk yang melintas telah dikarenakan. Mereka berdua terdiam sejenak, rasa percaya mungkin sedang mendera mereka berdua, kerinduan dan hasrat ingin bertemu kembali serasa sirna.
Teringat  Abdullah akan suara merdu Jumadi mengikuti lantunan Asmaul Husna yang bersumber dari Handphonenya saat masih tinggal bersama dalam satu kost. Hingga kini Lantunan Asmaul husna bagi Abdullah selain  memberi energi baru dan  juga seakan mengingatkan dengan seorang sahabat yaitu Jumadi .
Teringat pula Abdullah akan suara kerinduan ingin selalu bersama anaknya, suara keinginan memeluk anaknya saat tangisan sang anak tak kala gundah, suara keinginan membesarkan anaknya menjadi sosok yang membanggakan, tentunya juga suasana keinginan untuk bersama keluarganya menikmati suasana kegembiraan Ramadan yang sebentar lagi.
Selamat jalan kawan semoga amal ibadahmu diterima disisi Allah, dilapangkan kuburnya, diberi pelita dalam kegelapan, diampunkan segala dosa nya, ungkap Abdullah dalam hati.

Manusia selalu dituntut untuk ikhlas menerima ketetapan Allah. Sesungguhnya kami hanya milik Allah dan akan kembali kepada Allah.

Dedicated to  My Best Friend  18-07-2011

1 komentar: