Kamis, 26 April 2012

Di bawah bayang-bayang Perang di Negeri Persia (Part II)



Oleh : M. Jamil

Paman Sam (AS) dan Anjing Gila (Israel) Mengamuk di Persia?
“Israel harus seperti anjing gila, yang terlalu berbahaya untuk diganggu.”
(Jenderal Moshe Dayan-- Mantan Menteri Pertahanan Israel)   
Dalam perang dunia ke II negara Ideologi Komunis (Uni Soviet)dan Demokrasi liberal (AS, Inggris,  Prancis dll) bersatu melawan Fasis (Jerman, Italia dan Jepang). Pasca runtuhnya fasis dan komunis membawa Paman Sam muncul sebagai kekuatan adidaya. Ditengah kedigdayaannya Paman Sam-salah satunya dengan memiliki 5.000 hulu ledak nuklir- mulai melirik dunia Islam dengan ketakutan dan kecemasaan akan kepemilikan senjata ‘’adi daya’’ hulu ledak nuklir. Hal yang mengejutkan sebuah survey yang dilakukan oleh Gallup World Affairs seperti yang di laporkan media Haret (20/02/12) Amerika menempatkan Iran sebagai musuh nomor wahid. Hal yang menarik, mengapa bukan justru Rusia, dengan memiliki kapasitas Hulu ledak Nuklir yang menyaingi dan mempunyai potensi menghantam seluruh wilayah Amerika, atau negara China dan Korea Utara yang telah dianggap saingan bahkan musuh dan tentunya memiliki hulu ledak nuklir.
Mengenai fenomena di atas,  Asep Syamsul M. Romli dalam buku nya berjudul “Demonologi Islam: upaya Barat membasmi kekuatan Islam ”menulis, pemilikan teknologi dan senjata nuklir dengan dukungan akses politiknya jelas merupakan ancaman yang dapat menggonjangkan stabilitas supremasi barat. laporan hasil penelitian, Science-Metrix- sebuah perusahaan yang berbasis di Kanada- menyimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di negara Iran sebelas kali lebih cepat dibandingkan negara-negara lainnya di dunia. Iran -dahulu bernama Persia- merupakan sebuah negara dengan iklim pengetahuan yang sangat baik  dan salah tempat lahirnya ilmu pengetahuan. Pasca masuknya Islam, Iran melahirkan banyak ilmuwan  terkenal - Jabir bin Hayyan, Kwarizmi, Abu Mansur Muwaffaq, Muhammad ArRazi- dan momentum ini merupakan factor pendorong yang sangat kuat bagi Iran (bangsa) untuk kembali kejayaan emas di bidang teknologi. “Siapa yang menguasai teknologi maka dia menguasai dunia” ungkap Francis Bacon dalam essaynya selaras apa yang di sampaikan  Asep Syamsul M. Romli.
 ketakutan akan munculnya kekuatan Islam (negara) yang menguasai teknologi dan nuklir serta tidak pro terhadap Amerika, sekutunya dan Israel. Iran sebagai salah satu target kecurigaan barat karena pencapaian teknologi dan nuklir. Pencapaian teknologi Iran di berbagai bidang khususnya militer sangat meresahkan AS dan sekutunya serta Israel.  Israel berdalih merasa senantiasa terancam apabila Iran memiliki senjata nuklir dan mengingatkan kembali akan holocost atau pembantaian bangsa yahudi di masa lampau. Benyamin Netayahu dalam pidato peringatan Holocaust seperti di lansir harian Israel,  Yediot Ahrnot (19/04/12) memperingatkan kembali ancaman Iran yang berhubungan dengan bangkitnya holocaust .
oleh karena itu Iran harus di cegah  dan  merupakan ‘’menu’’ pembicaraan tingkat tinggi yang tak pernah lekang. Iran hanya memiliki dua pilihan - jika membangkang- yaitu Sangsi dan serangan Militer. Sejauh ini pilihan terbaik bagi pihak AS dan sekutunya adalah Sangsi, iran telah dikenakan hingga 4 putaran sangsi PBB dengan di motori oleh As dan sekutunya.
Namun  ‘’Sangsi internasional terhadap iran tidak bekerja”,  begitulah ungkapan  perdana mentri Israel Benyamin Netayahu saat bertemu dengan Presiden Siprus Dimitris Christofias di Nicosia, 16 Februari 2012. Hal ini merupakan sinyal bagi Negara Zionis untuk memilih opsi lain yaitu Agresi militer, persis yang pernah diucapkan oleh mentri Pertahanan Israel, Ehud Barak. Ehud barak menyatakan opsi militer ke Iran harus segera di pertimbangkan, jika Iran telah memiliki senjata nuklir menghadapi Iran yang bersenjata nuklir akan jauh lebih rumit dan berbahaya, dan akan meminta banyak nyawa. Iran bak sedang menganggu bahkan lebih dari itu bagi  Israel dan Israel harus seperti anjing gila, yang terlalu berbahaya untuk diganggu ungkap moshe Dayan mantan mentri pertahanan Israel
keberhasilan Israel akan penghancuran reaktor Osirak milik Irak pada tanggal 7 Juni 1981 dengan sandi operasi opera dan penghancuran reaktor Suriah di wilayah ez-Zor Deir pada tanggal 06 September 2007 dengan sandi operasi Orchad, seolah ingin dibangkitkan kembali oleh Israel.  Banyak pengamat menyangsikan keberanian dan kesiapan Israel menyerang Iran tanpa bantuan Paman Sam. Paman Sam walaupun menentang penggunaan opsi militer kepada Iran oleh Israel, justru  jauh sebelumya Paman Sam telah mempersiapkan agenda peperangan dengan Iran.
Hal ini diungkapkan diungkapkan oleh Peneliti Global Researh, Michel Chossudovsky dan Finian Cunningham dalam bukunya ”Globalisasi Perang: "Peta Jalan Militer" Perang Dunia III menyatakan, “Peluncuran perang langsung menggunakan hulu ledak nuklir terhadap Iran  telah di papan gambar dari Pentagon sejak tahun 2005. Bahkan menurut  Michel Chossudovsky  pada tahun 2004 Amerika Serikat telah memulai simulasi perang dengan Iran (fiktif) dengan menggunakan senjata konvensional dan nuklir. Presiden Barack obama yang menyatakan tidak akan menggunakan senjata nuklir kepada negara lain terkecuali Iran dan Korea Utara. Pernyataan obama berujung pada protes Iran ke PBB namun hingga kini tidak terdapat respon dari PBB.  Rencana penempatan misil  sistem pertahanan misil tunggal di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Oman, Kuwait, dan Qatar –ironisnya sesama negara muslim- memiliki potensi untuk menyerang Iran.
Sejauh ini para petinggi Israel sudah membulatkan tekad untuk meyerang Iran, perbedaan hanya terjadi mengenai kapan penyerangan akan dilangsungkan. Presiden Israel Simon Peres seperti yang di lansir haretz (22/02/2012) memberitahu Barack Obama bahwa Israel tidak menyerang Iran segera. Media Israel ‘’Jarusalem Post” melansir (04/04/2012) pernyataan petinggi militer Israel yang enggan di sebutkan namanya menyatakan “Aksi militer Israel direncanakan tahun ini, tetapi kemungkinan tertunda hingga 2013”.
Meir Dagan –mantan kepala Mossad- memperingatkan perdana Mentri Israel untuk memilih opsi lain selain opsi militer dan mendesak untuk berhati-hati jika memilih opsi militer bahkan Meir Dagan lebih memilih AS sendiri yang turun tangan menghadapi Iran. sebuah  survey Jajak pendapat yang dilakukan oleh University of Maryland dan Institut Dahaf di Israel pada 22-26 Februari menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil warga Israel mendukung serangan Iran tanpa dukungan AS.
Seperti yang di kemukakan di atas banyak pengamat menyangsikan keberanian dan kesiapan Israel menyerang Iran tanpa bantuan Paman Sam, Israel selalu menunjukan ke mata dunia bahwa mereka mampu melumpuhkan Iran tanpa bantuan AS. Pensiunan jenderal Angkatan Udara AS, David A. Deptula seperti di lansir Pres TV (10/03/2012) menyatakan Tel Aviv tidak memiliki peralatan militer yang memadai, termasuk pesawat tempur yang cocok, untuk menyerang situs nuklir Iran.  keraguan juga datang dari mantan direktur CIA, Michael Hayden menyatakan serangan udara untuk merusak secara serius program nuklir Iran "berada di luar kapasitas" Israel.  Salah satu kapasitas yang tidak di miliki Israel adalah penggunaan bom untuk memborbadir situs nuklir Iran dengan target utama  di pengayaan uranium di Natanz dan Fordo, reaktor air di Arak dan pembangkit yellowcake-conversion di Isfahan. analis pertahanan dari Lexington Institute, Dan Goure mengatakan pesawat Israel hanya dapat membawa bom seberat maksimal dari 2.000 pound setidaknya diperlukan 30.000 pound untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran bawah tanah-dan hanya AS yang memiliki kapasitas tersebut- selain itu kendala dan perdebatan mengenai jarak tempuh penyerangan ke Iran sekitar 1600 km  terkait pengisian bahan bakar pesawat tempur dan rute penyerangan menjadi batu sandungan Israel.
Peta Analisis dan Kesiapan Missile Iran

Dari pemaparan di atas jelaslah Amerika dan Israel bukan hanya memiliki niat tetapi jauh sebelumnya sudah mempersiapkan agenda peperangan dengan Iran.  Banyak  pertanyaan mencuat, berapa biaya yang akan dikeluarkan oleh AS dan berapa lama perang akan berlangsung? Sejauh ini Amerika Serikat mengalami defisit anggaran sebesar US$1 triliun  seperti yang di sampaikan oleh Kantor Urusan Anggaran Kongres (COB) di Washington DC. Amerika Serikat melalui menteri pertahanan nya Leon Panetta menyatakan adanya pemotongan anggaran milliter hingga 10 tahun kedepan, konsekuensinya akan terjadi perampingan personel militer, pemotongan gaji, bahkan leon  Panetta menghimbau angkatan udara untuk tidak terlalu sering terbang, demi menghemat bahan bakar –namun Pemerintahan Obama dan Kongres AS tetap mengalokasikan sebanyak $ 205.000.00 hingga $ 3,1 miliar untuk bantuan militer pada Israel. Perang dengan Iran akan menambah defisit anggaran Amerika serikat kedepan hal ini berpengaruh terhadap perekonomian Amerika Serikat, hal ini tentunya akan memicu gelombang protes dan kekacauan  di Amerika serikat dan akan berpengaruh pada dukungan politik ke pada partai bahkan capres Amerika Serikat kedepan. Hal  yang tak kalah penting dan menjadi pembicaraan petinggi Israel adalah sejauh mana reaksi balasan Iran terhadap Israel, dengan nada meyakinkan pejabat tinggi IDF –Israel Defense Force- menyatakan ‘’jika terjadi perang -dengan Iran-  jumlah korban sipil yang tewas tidak lebih dari 300 korban sipil. Sebelumnya  Ehud Barak  Mentri pertahanan Israel menyebutkan angka 500 korban sipil tewas jika terjadi perang dengan Iran. Namun kemudian Ehud Barak merevisi pandangannya seperti  seperti yang di lansir oleh IRNA,  (13/4/2012) melaporkan, sebuah sumber AS menulis, "Ehud Barak dalam kunjungan ke Washington, telah menyampaikan kekhawatirannya kepada Gedung Putih terkait jatuhnya korban jiwa besar-besaran di antara warga Zionis, terutama kematian lima ribu tentara jika Iran membalas serangan. Dalam sebuah polling yang dilakukan oleh Haretz (26/03/2012) 63 persen responden -warga Israel- yakin bahwa mereka akan mengalami konsekuensi yang sama dari serangan militer terhadap Iran yang dilakukan oleh Israel maupun Amerika Serikat.
Bagiamana reaksi Iran  jika diserang? Ayatollah Ali Khamenei berikrar negrinya akan melakukan pembalasan yang setimpal kepada Israel dan Amerika. Pasukan Garda Revolusi Iran  telah menyiagakan rudal-rudal untuk melakukan aksi balasan. Menteri Pertahanan Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi mengatakan pada 27 November 2011, bahwa Israel tidak akan memiliki kesempatan minimal bertahan hidup setelah melakukan serangan militer terhadap Iran, angkatan bersenjata Iran akan menumbuk seluruh Israel dengan ribuan rudal. Serta  menargetkan 44 pangkalan militer AS di Timur Tengah-hampir semuanya negara Sunni.
Pangkalan Milter AS di Timteng
 Iran telah beberapa kali melakukan latihan perang skala besar untuk mengantisipasi setiap serangan dari uji coba rudal, rudal anti kapal, maneuver pesawat tempur, hingga system pertahanan udara. System pertahanan udara dan radar juga Factor yang sangat penting dalam membendung eskalasi rudal dan pesawat tempur musuh. Iran telah mempersiapkan berbagai system pertahanan udara - S-200, TORM 1, Mersad- bahkan Iran mengklaim telah memiliki system pertahanan udara S-300 buatan Rusia yang di datangkan dari Belarus. Dengan S-300 supremasi Pesawat tempur Israel dan Amerika akan terganjal. kemampuan Iran tidak dapat di anggap remeh, terbukti militer Iran mampu menjatuhkan pesawat siluman Amerika RQ 170 sentinel. Pada mulanya Amerika bergeming dengan kejadian tersebut, penayangan pesawat siluman canggih  tersebut di televisi Iran membuat Amerika harus mengakui pesawat tersebut berada dalam cengkraman militer Iran. Memerlukan keahlian yang sangat khusus menjatuhkan pesawat tersebut, Amerika sempat mencurigai keterlibatan teknologi Rusia. “Tidak ada yang membantu kami, ini hasil kerja keras para Insiyur kami”, pekik para petinggi Garda Revolusi Iran. Barack Obama sempat meminta Iran mengembalikan Pesawat RQ 170 namun dan pasti militer Iran menolak. 




Garda Revolusi Iran memperlihatkan RQ 170 Sentinel
Perang hanya merugikan Amerika sebagai pelayan Zionis dan minim keuntungan bagi Amerika ungkap James Petras.  Pengalaman perang Irak, Afganistan, dan terakhir Libya membutuhkan biaya yang sangat besar -perang Libya pada 4 hari pertama Amerika menembakan 162 rudal tomhawk, sebuah rudal tomhawk di hargai 1 juta dollar setara dengan 9 milyar rupiah hingga akhirnya misi perang dilanjutkan oleh NATO- dan tidak ada yang tahu kapan berakhirnya perang tersebut hanya sedikit sekali peperangan terjadi dalam waktu singkat.  Alangkah tepat ungkapan Plato ‘’hanya orang yang telah mati mengetahui kapan berakhirnya perang”. Perang kali ini bukan hanya melibatkan Amerika, sekutu dan Israel versus Iran. Besar kemungkinan Rusia akan terlibat, Vladimir Putin menyatakan  akan melakukan seluruh upaya guna mencegah konflik militer baik di Iran atau sekitarnya. Jauh sebelumnya para pengamat dari global research meyakini serangan Amerika, sekutu dan Israel ke Iran akan menyeret Rusia dan China. Mayor Jenderal Zhang Zhaozhong berkomentar seperti di lansir oleh NDTV, stasiun berita Cina bahwa, "China tidak akan ragu untuk melindungi Iran bahkan dengan perang dunia ketiga. Tidak juga ketinggalan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari berikrar  akan mendukung Iran jika terjadi agresi asing terhadap negara itu. Suriah, Hizbullah-sejauh ini memiliki 40.000 rudal dan roket- yang berafiliasi dengan Iran di pastikan akan meramaikan peperangan ini dan kemungkinan juga gerakan Hamas di Palestina. Jika ini terjadi –saya berdoa semoga tidak- Hassan Nasrallah sekjen  Hizbullah menyatakan ‘’Timur Tengah akan terbakar’’.
Kali dunia benar-benar berada dalam keadaan di ujung bencana, semoga perang tidak terjadi.
Alkitab mengatakan ada perang yang akan datang, antara AS dan Iran. Konsekuensi akan menghancurkan  AS (www.bibleprohecy.net)



0 komentar:

Posting Komentar