Oleh : M. Jamil
Di sebuah situs jejaring sosial
ketika berdiskusi kecil tentang Timur Tengah dengan tiba-tiba seorang teman berkomentar
tentang Bashar Al Assad yang tak lain Syiah Nusairiyah. Saya hanya menanggapi
Assad tak lain seorang sekuler, hal ini selaras dengan Ideologi Partai Baath
tempat Bashar Assad bernaung serta dalam wawancaranya dengan harian Turki, Ia
menyatakan “Ketika saya menyebut sekularisme, saya
sedang berbicara tentang kebebasan agama dan praktik keagamaan. Wilayah kami
terutama konservatif, kebanyakan orang yang religius dan mereka harus memiliki
kebebasan untuk mempraktikkan ritual keagamaan mereka. Kita tidak harus
berpikir sejenak bahwa ada kontradiksi antara etnis dan agama. Ini adalah
esensi dari pemikiran kita tentang sekularisme”.
Sentiment anti Assad begitu kentara di negeri ini, hal ini terlihat
dari beberapa media-media Islam yang di dominasi oleh Sunni dengan lantang
meneriakan bahwa Assad tak lain seorang penganut sekte Syiah Nushairiyah sebuah
sekte yang di anggap sesat, kafir sehingga harus di perangi. Menarik sebelum
pecah konflik di Suriah media-media tersebut tidak pernah atau katakanlah “jarang”
menggugat Bashar Al Assad dengan keyakinannya. Bahkan terdapat media Islam
khususnya sunni yang bersimpati dengan Suriah salah satunya karena Suriah
merupakan salah satu negara penyokong perlawanan Hamas, dengan memberikan
perlakuan istimewa kepada Politbiro Hamas Khaled Meshal di Damaskus dan sebagai
tempat pengungsian besar bagi rakyat palestina. Hingga kemudian Penggunaan lebel
“Mujahidin” pun digunakan untuk pemberontak dan sekte sesat alawiyah nushariyah
untuk pemerintahan Bashar Al Assad.
Sintetis inilah yang digunakan
oleh Intelektual Prancis Prof. Their meysan ketika menulis sebuah artikel yang
menyatakan bahwa konflik Suriah bukan karena sebuah kediktatoran namun karena
Bashar Al Assad adalah seorang Alawi (sebuah minoritas di suriah beraliran
Syiah). Berbeda dengan Dr. Joserizal
dalam artikelnya yang berjudul kenapa Suriah? menyebutkan bahwa alasan paling
utama adalah untuk melemahkan gerakan perlawanan Hamas dan Hizbullah sehingga
Suriah harus di jinakan dengan mengganti rezim saat ini. Suriah dan Iran diketahui
mendukung gerakan perlawanan baik dalam dalam bentuk keuangan maupun militer. Walhasil,
Their Meysan menyatakan Israel kini seperti macan kertas karena hanya mampu
bertahan selama 33 hari melawan Hizbullah dan terakhir hanya mampu bertahan 8
hari ketika berhadapan dengan Hamas.
Siapa yang benar dan siapa yang
salah? Yang jelas zionis dan barat tertawa lebar melihat Suriah pada saat ini. Prof Michel Chossudovsky
dalam artikelnya mencium gelagat busuk Amerika dan Zionis dalam krisis Suriah
untuk membagi Suriah menjadi potongan-potongan negara kecil yang terdiri
dari Negara Sunni, Alawit, Kristen dan Druze dengan tujuan utama mendorong
perpecahan sektarian, yang pada akhirnya akan mengarah pada "perang
saudara" meniru bekas Yugoslavia. Jika Suriah bagaikan sebuah Magnet besar
yang mampu menarik ribuan ‘’mujahidin” untuk berperang atas nama agama melawan pemimpin
zalim, pertanyaan paling mendasar mengapa tidak untuk Palestina yang di jajah
oleh Israel? Al Qaeda dan anasirnya Jubhat Al Nusra yang beranggotakan ribuan
orang berjihad di Suriah tak satu pun bahu membahu berdatangan ke Gaza untuk melawan
Israel.
Al Qaeda dan anasirya justru
terindikasi buatan CIA, Beberapa pengamat
menilai Al Qaeda tak lain buatan Amerika yang di gunakan sebagai alat dengan
fungsi sangat menakjubkan. Adalah Seorang perwira Prancis Mayor Pierre-Henri
Bunel dalam artikel nya berjudul “ Al
Qaeda: Database” menulis “Al-Qaeda,
digunakan oleh Washington untuk mengacaukan dan menghancurkan negara-negara
berdaulat, sementara mempertahankan ilusi musuh luar, yang mengancam keamanan
Dunia Barat”. Begitu pula Fidel Castro secara terang-terangan
mengatakan Osama bin Laden tak lain merupakan agen CIA . Bukan hanya Al Qaeda, FSA yang konon disebut-sebut
merupakan tentara desertir dengan jumlah ribuan personel yang membelot ternyata
tak lain buatan CIA dan mendapat dukungan zionis. Intelijen Jerman dengan
berani memberi informasi bahwa 95 persen dari para milisi FSA yang beroperasi
di Suriah merupakan warga asing.
saya sangat mengkritik dan
menentang keras tak kala atas nama Jihad melakukan tindakan kekerasan, membunuh
seorang ulama Syech Al Bouti seorang
ulama sunni dan melakukan tindakan biadab dengan memotong kepala seorang ulama
lainnya. saya juga sangat mengkritik dan menentang keras tak kala atas nama
pemberatasan teroris melakukan pengeboman melukai hingga membunuh nyawa sipil
tak berdosa. Ini harus di sudahi dan mari kita bicara perdamaian di Suriah
dengan solusi politik tidak dengan kekerasan.
0 komentar:
Posting Komentar