Presiden Iran Hassan Rouhani (foto: The Guardian) |
Oleh M. Jamil
Terpilihnya
Presiden Hasan Rouhani sebagai Presiden Iran menggantikan Ahmadinejad memberikan
gambaran apa yang di kehendaki oleh rakyat Iran saat ini. Rakyat Iran sangat menginginkan suatu
perubahan mendasar terkait jawaban atas sebuah harapan adanya perubahan
dari situasi semula yang terbelit oleh sangsi-sangsi negara barat terkait
kecurigaan terhadap program nuklir Iran.
Sangsi-sangsi
barat berhasil menggigit perekonomian Iran, menurut Bank Sentral Iran laju
inflasi menembus angka 37 persen pada bulan September ini. Harian DW menyebutkan kebutuhan bahan pokok Iran nyaris setiap hari mengalami kenaikan. Menurut pemerintah dalam setahun kenaikan bahan pokok
mencapai 60 persen. Tidak hanya sector pangan terkena pukulan, sector
perumahan, transportasi publik hingga sector kesehatan berupa obat-obatan juga
terkena dampak.
Sangsi
Uni Eropa pada bulan Oktober tahun 2012 memperparah terhadap seluruh sector perminyakan
dan gas Iran, mengingat Iran selama ini menurut seorang analis Timur Tengah,
Kanneth Katzman mengandalkan hampir setengah
hasil ekspor minyak untuk biaya pengeluaran
pemerintah. Tidak cukup sampai di situ saja, Uni Eropa juga mengenakan
sanksi terhadap sektor perbankan dan perkapalan Iran. Akibatnya mata uang Iran Rial terjun bebas
mencapai 35.000,- rupiah perdollar, menimbulkan resesi dan pengangguran yang pada
saat ini mencapai 20 persen. Apa yang menjadi kecaman juru bicara
departemen luar negeri, Ramin Mehmanparast terkait sanksi sepihak Eropa dan
Amerika Serikat terhadap iran akan mempengaruhi rakyat Iran terbukti. inikah hasil konspirasi antara amerika dan Iran atau "zionis dan iran bersatu hantam islam" yang selama ini di gaungkan oleh pihak tertentu mengingat kondisi perekonomian Iran saat ini (anda lah yang menjawabnya).
Rouhani
mengemban sebuah misi yang tidak mudah, sesuai janjinya untuk memperbaiki
perekonomian Iran dengan mengurangi atau menghapuskan sangsi barat dan eropa
melalui jalur diplomasi dengan mengedapankan hak mutlak Iran terhadap program
nuklir damai. Hambatan Dari dalam negeri
sendiri berupa ketidak percayaan dan sikap anti Amerika cukup mengakar bagi rakyat dan juga militer
Iran terutama Garda Revolusi Iran semenjak revolusi 1979. Hambatan dari dalam negeri bisa di lalui
Rouhanij dengan dukungan Pemimpin Tertinggi Spritual Iran, Ayatullah Ali Khamenei. Ayatullah Ali Khamenei tidak hanya mendukung Rouhani tetapi
juga telah mengantisipasi dan menjadi penengah akan munculnya gesekan
antara Rouhani dengan Garda Revolusi Iran dengan memerintahkan Garda Revolusi
Iran untuk menjauhi politik (17/9). Walaupun
sempat mengkritik pembicaraan telpon antara Obama dan Rouhani, Komandan Garda
Revolusi Iran Jenderal Mohammad Ali
Jafari mendukung upaya Rouhani untuk membebaskan Iran dari jerat sangsi dan
mengakui hak nuklir Iran. Statmen Ayatullah Ali Khamenei untuk tidak mempercayai Amerika menjadi
peringatan bagi Rouhani untuk berhati-hati
dan juga bagi Amerika Serikat untuk memulai perundingan dengan itikad
baik, bebas dari intervensi, lobi dan tekanan
Zionis Israel.
Perundingan
nuklir Iran bersama P5 + 1 (Amerika, Inggris, Perancis, Rusia China dan Jerman)
di Swiss yang berlangsung selama dua hari (15-16/10) memberikan penilaian
positif terhadap Iran. Amerika
mengapresiasi dengan mengungkapkan Iran telah
menunjukkan tingkat "keseriusan dan substansi" yang lebih baik dalam
perundingan dengan sejumlah negara kuat yang baru saja selesai di Jenewa. Begitu juga dengan perundingan
antara Iran dan kelompok yang dijuluki P5+1 “substantif dan memandang ke depan”.
Walaupun di balik itu terdapat perbedaan yang cukup mendasar terkait pelarangan
tingkat pengayaan uranium oleh Iran yang mencapai kemurnian 20 persen
yang di nilai dapat digunakan menjadi senjata nuklir. Bahkan keenam negara
besar tersebut menyerukan kepada Iran untuk mengirim persediaan uraniumnya yang
diperkaya dengan kemurnian hingga 20% ke luar negeri. Wakil Menteri LN Iran Abbas Araghchi (13/10) dengan tegas menolak seruan tersebut dengan mengatakan
pengalihan bahan-bahan nuklir Iran ke luar negeri adalah “garis merah” yang
tidak bisa dilanggar. Jika kedua belah pihak saling memaksakan kehendaknya
hampir dapat di pastikan perundingan Nuklir Iran tak ubah nya dengan
Perundingan terdahulu Iran bersama P5+1 di kazakstan yang mengalami kegagalan
dengan permasalahan yang sama. Wajar saja Rusia merasa skeptis dengan
perundingan nuklir tersebut.
Perundingan
nuklir Iran masih berlanjut pada tanggal 7-8 November 2013 mendatang di Jenewa, entah
terobosan apa yang di ambil kedua belah pihak terkait hal yang sangat
substansif yaitu pengayaan uranium dan pengiriman persedian uranium yang sudah
di murnikan 20 persen Iran keluar
negeri. Tugas berat di pundak
Rouhani di tengah komitmennya menyatakan
“Saya pastikan kembali bahwa – dari pihak Iran – kali ini
benar-benar 100% akan tercapai kesepakatan tentang isu nuklir dalam waktu
sangat singkat. Bagaimana pun juga Rouhani telah berhasil membuat Israel
ketakutan terhadap langkah-langkah yang ia tempuh dengan jalur diplomatis.
Israel berusaha sekuat tenaga dengan memperingatkan negara-negara terkait untuk
tidak mempercayai Rouhani. Bahkan Israel telah mempersiapkan kembali latihan
tempurnya untuk menyerang Iran di saat perundingan nuklir akan di adakan. Jika perundingan
nuklir Iran tercapai setidaknya tiga hal yang berhasil di capai yang pertama
dengan hilangnya sangsi memungkinkan Iran untuk menjadi negara kuat dari segi
perekonomian dan sangat kuat dari segi militer. Yang kedua memudarnya pengaruh
lobi zionis di dunia setelah gagal mendorong Amerika dan sekutu untuk menyerang
Suriah. Yang ketiga menjadikan Arab
Saudi frustasi dan menjauh dari Amerika serikat.
Kita tinggal menanti hasil perundingan tersebut atau Amerika
benar-benar tidak bisa di percaya.
0 komentar:
Posting Komentar