Minggu, 27 Oktober 2013

ROUHANI HARAPAN DAN TANTANGAN



Presiden Iran Hassan Rouhani (foto: The Guardian)


Oleh M. Jamil
Terpilihnya Presiden Hasan Rouhani sebagai Presiden Iran menggantikan Ahmadinejad memberikan gambaran apa yang di kehendaki oleh rakyat Iran saat ini.  Rakyat Iran sangat menginginkan suatu perubahan mendasar  terkait  jawaban atas sebuah harapan adanya perubahan dari situasi semula yang terbelit oleh sangsi-sangsi negara barat terkait kecurigaan terhadap  program nuklir Iran.   Sangsi-sangsi barat berhasil menggigit perekonomian Iran, menurut Bank Sentral Iran laju inflasi menembus angka 37 persen pada bulan September ini.   Harian DW menyebutkan  kebutuhan bahan pokok Iran  nyaris setiap hari mengalami kenaikan.  Menurut  pemerintah dalam setahun kenaikan bahan pokok mencapai 60 persen. Tidak hanya sector pangan terkena pukulan, sector perumahan, transportasi publik hingga sector kesehatan berupa obat-obatan juga terkena dampak. 
Sangsi Uni Eropa pada bulan Oktober tahun 2012 memperparah terhadap seluruh sector perminyakan dan gas Iran, mengingat Iran selama ini menurut seorang analis Timur Tengah, Kanneth Katzman mengandalkan hampir setengah  hasil ekspor minyak untuk biaya pengeluaran pemerintah. Tidak cukup sampai di situ saja, Uni Eropa juga mengenakan sanksi terhadap sektor perbankan dan perkapalan Iran.  Akibatnya mata uang Iran Rial terjun bebas mencapai 35.000,- rupiah perdollar, menimbulkan resesi dan pengangguran yang pada saat ini mencapai 20 persen. Apa yang menjadi kecaman juru bicara departemen luar negeri, Ramin Mehmanparast  terkait sanksi sepihak Eropa dan Amerika Serikat terhadap iran akan mempengaruhi rakyat Iran terbukti. inikah hasil konspirasi antara amerika dan Iran atau "zionis dan iran bersatu hantam islam" yang selama ini di gaungkan oleh pihak tertentu mengingat kondisi perekonomian Iran saat ini (anda lah yang menjawabnya).
Rouhani mengemban sebuah misi yang tidak mudah, sesuai janjinya untuk memperbaiki perekonomian Iran dengan mengurangi atau menghapuskan sangsi barat dan eropa melalui jalur diplomasi dengan mengedapankan hak mutlak Iran terhadap program nuklir damai.  Hambatan Dari dalam negeri sendiri berupa ketidak percayaan dan sikap anti Amerika  cukup mengakar bagi rakyat dan juga militer Iran terutama Garda Revolusi Iran semenjak revolusi 1979.  Hambatan dari dalam negeri bisa di lalui Rouhanij dengan dukungan Pemimpin Tertinggi Spritual Iran,  Ayatullah Ali Khamenei.  Ayatullah Ali Khamenei  tidak hanya mendukung Rouhani tetapi juga  telah mengantisipasi  dan menjadi penengah akan munculnya gesekan antara Rouhani dengan Garda Revolusi Iran dengan memerintahkan Garda Revolusi Iran untuk menjauhi politik (17/9).  Walaupun sempat mengkritik pembicaraan telpon antara Obama dan Rouhani, Komandan Garda Revolusi Iran  Jenderal Mohammad Ali Jafari mendukung upaya Rouhani untuk membebaskan Iran dari jerat sangsi dan mengakui hak nuklir Iran. Statmen Ayatullah Ali Khamenei  untuk tidak mempercayai Amerika menjadi peringatan bagi Rouhani untuk berhati-hati  dan juga bagi Amerika Serikat untuk memulai perundingan dengan itikad baik, bebas dari intervensi, lobi dan tekanan  Zionis Israel.
Perundingan nuklir Iran bersama P5 + 1 (Amerika, Inggris, Perancis, Rusia China dan Jerman) di Swiss yang berlangsung selama dua hari (15-16/10) memberikan penilaian positif terhadap Iran.  Amerika mengapresiasi dengan mengungkapkan Iran  telah menunjukkan tingkat "keseriusan dan substansi" yang lebih baik dalam perundingan dengan sejumlah negara kuat yang baru saja selesai di Jenewa.  Begitu juga dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa,  Catherine Ashton menyebut perundingan antara Iran dan kelompok yang dijuluki P5+1 “substantif dan memandang ke depan”. Walaupun di balik itu terdapat perbedaan yang cukup mendasar terkait pelarangan  tingkat pengayaan uranium  oleh Iran yang mencapai kemurnian 20 persen yang di nilai dapat digunakan menjadi senjata nuklir. Bahkan keenam negara besar tersebut menyerukan kepada Iran untuk mengirim persediaan uraniumnya yang diperkaya dengan kemurnian hingga 20% ke luar negeri.  Wakil Menteri LN Iran Abbas Araghchi (13/10)  dengan tegas menolak seruan tersebut dengan mengatakan pengalihan bahan-bahan nuklir Iran ke luar negeri adalah “garis merah” yang tidak bisa dilanggar. Jika kedua belah pihak saling memaksakan kehendaknya hampir dapat di pastikan perundingan Nuklir Iran tak ubah nya dengan Perundingan terdahulu Iran bersama P5+1 di kazakstan yang mengalami kegagalan dengan permasalahan yang sama. Wajar saja Rusia merasa skeptis dengan perundingan nuklir tersebut.
Perundingan nuklir Iran masih berlanjut pada tanggal 7-8 November 2013 mendatang di Jenewa, entah terobosan apa yang di ambil kedua belah pihak terkait hal yang sangat substansif yaitu pengayaan uranium dan pengiriman persedian uranium yang sudah di murnikan 20 persen  Iran keluar negeri.  Tugas berat di pundak Rouhani  di tengah komitmennya menyatakan

0 komentar:

Posting Komentar