OLEH M. Jamil
Israel menyerang sebuah
penelitian fasilitas penelitian militer (30/01) Suriah dan konvoi yang di
curigai memiliki keterkaitan dengan transfer senjata suriah ke Hizbullah. Sebelumnya
Israel berkali-kali mengancam akan menyerang Suriah di karenakan ketakutan akan
persenjataan kimia Suriah jatuh ketangan kelompok perlawan Hizbullah. Suriah
mengalami perang sipil karena terjadi berbagai kepentingan
barat (amerika, dan sekutu) dan Israel serta bebarapa
negara arab seperti Arab Saudi, Qatar dan Turki (baca:
http://bekerjapadaproseskeabadian.blogspot.com/2012/01/campur-tangan-asing-di-suriah.html )
atas nama Arab Spring berusaha menggulingkan
Bashar Al Assad. Walaupun sejauh ini Bashar Al Assad masih bertengger sebagai
presiden, barat dan Israel sangat mencemaskan dan memantau secara hati—hati
agar persedian senjata pemusnah massal Suriah dalam bentuk sarin dan gas
mustard tidak akan berada di tangan Hizbullah.
Barat, Israel, Arab Saudi, Qatar
dan Turki menggunakan berbagai cara untuk mengganti rezim Bashar al Assad
dengan dalih demokrasi justru tidak
menggunakan cara yang demokratis. Berbagai carapun ditempuh baik secara
diplomatis maupun senjata, mengakui kelompok oposisi Suriah (SNC) sebagai wakil
yang sah dari Suriah hingga mempersenjatai pemberontak seperti Tentara
Pembebasan Suriah bahkan dengan ironisnya mendukung anasir Al Qaeda seperti front Nusra. Pierre Khalaf
seorang jurnalis libanon menyangsikan keberadaan FSA yang tak lain menurutnya
gabungan antara Front Nusra dan beberapa sayap militer dari Ikhwanul Muslimin.
Sejauh ini kelompok
oposisi suriah yang di gawangi Moaz khatib masih terjadi berbagai perpecahan,
pertemuan terakhir di paris gagal membuah sebuah kesimpulan diantara para
oposisi. Begitu pula dengan pemberontak
bersenjata, beberapa daerah yang di kuasai oleh pemberontak perlahan-lahan
dapat di ambil alih oleh militer Suriah, tewasnya beberapa pemimpin kelompok
bersenjata mempunyai nilai tersendiri bagi pelemahan perjuangan pemberontak. Penggunaan
terror di daerah Aleppo dengan bom mobil
oleh pemberontak menunjukan adanya
pergesaran kekuatan pemberontak. Impian menumbangkan
Bashar Al Assad ala muamar khadafi tak semudah yang di bayangkan, militer
Suriah tampak solid memberangus pemberontak dan menyita berbagai persenjataan
yang di suplai oleh asing. Bashar Al Assad dengan percaya diri dan yakin jika
negara asing berhenti mempersenjatai pemberontak hanya di perlukan waktu beberapa
minggu untuk mengalahkannya. Jacques Neriah, seorang analis khusus untuk Timur
Tengah di Pusat Yerusalem menyatakan Tentara Suriah masih berjuang dengan
kekuatan bersatu dan lembaga-lembaga utama rezim masih berfungsi obyektif.
Apa lacur, apa yang
di lakukan Barat dan Arab Saudi, Qatar dan Turki dengan SNC dan anasirnya
terancam gagal, Moaz khatib memberikan
lampu hijau untuk berunding dengan pemerintah sebuah tindakan yang tidak
mungkin di ambil ketika oposisi berada dalam posisi yang menguntungkan. mau tak
mau Israel tentunya dengan kordinasi dengan Barat dan Arab Saudi, Qatar dan
Turki turun tangan menghadapi Suriah dengan dalih senjata kimia dengan serangan
pembuka menyerang fasilitas peneltian militer Suriah. Pasca kejadian pengeboman
harian Al Manar mengungkapkan konspirasi yang digelar di kota Tel Aviv serta dihadiri
oleh Qatar dan Turki, dalam pertemuan itu kedua negara mendesak rezim Zionis
Israel untuk melakukan intervensi langsung dan terbuka di Suriah.
Dapat dipastikan
tindakan Israel merupakan bentuk provokasi, agar Suriah terpancing melakukan serangan
balasan sehingga terjadinya perang terbuka antara Suriah dan Israel serta peta
menuju intervensi militer barat dan sekutunya. Global Research dalam sebuah
artikelnya menyatakan serangan Israel ke
fasilitas penelitian militer Suriah merupakan sinyal dari fase baru dimana Barat
sekutu NATO dan Israel akan mengabaikan hukum internasional dan kesopanan untuk
memajukan agenda mereka sendiri neo-kolonial dan imperial. Di satu sisi
pengamat menilai serangan Israel tersebut untuk memperlemah militer Suriah.
Walaupun Duta Besar
Suriah untuk Lebanon Ini, Ali Abdel Karim menyatakan Suriah memiliki
kemampuan untuk membalas serangan Israel dengan tiba-tiba, kecil kemungkinan
Suriah akan membalas serangan Israel. Militer Suriah memiliki kekuatan yang
mumpuni, salah satunya faktor konfrontasi dengan Israel sehingga mengharuskan
Suriah membangun sebuah kekuatan militer yang kuat baik dari segi persenjataan
maupun personel untuk mengimbangi Israel. Sebagai contoh Pemilihan senjata kimia dan
biologi untuk memperkuat militer Suriah sebuah keputusan yang di ambil untuk mengimbangi
kemampuan senjata nuklir Israel. Pengalaman pahit Hitler membuka front baru
dalam peperangan menghadapi Uni Sovyet pelajaran beharga dalam dunia militer. Suriah
sedang berperang melawan pemberontak yang di dukung asing, menahan diri
strategi jitu agar tidak terjebak dalam permainan licik musuh.