oleh : M. Jamil
Tulisan ini saya buat setelah membaca komentar
teman saya baru-baru ini di sebuah jarinngan sosial yang mengecam kebiadaban
zionis Israel dan seolah membangkitkan kegelisahan lama saya sejak membaca
sejarah berdirinya Israel, perang Arab-Israel 1948, hingga kebrutalan Zionis di
penghujung 2008 hingga pengakuan PM Israel mengenai status Jarusalem.
Pada tanggal 23 Maret 2010 Perdana menteri
Israel Benjamin Netanyahu dengan lantang mengatakan bahwa Jarusalem merupakan
ibu kota negara Israel. oleh kerena itu Israel akan membangun 1600 pemukiman
Yahudi di Jarusalem. Aksi lempar batu hingga melempar roket pun dilakukan oleh
rakyat Palestina sebagai bentuk protes dari kebijakan pemerintahan negara
Zionis. Tak ayal aksi perlawanan ditanggapi langsung secara berlebihan oleh
Israel baik dengan menurunkan Jet-Jet tempur maupun serangan darat menembaki
setiap tempat yang dianggap tempat penyimpanan senjata maupun persembunyian
gerakan Perlawanan tanpa menghiraukan keselamatan warga sipil.
Amerika yang konon penjaga HAM hanya mampu
diam seribu bahasa dan mengutuk dengan bahasa yang bersayap. Menlu AS Hillary
Clinton hanya berkata ”Israel ganggu krediblitas AS”. BBC Indonesia melaporkan
baru-baru ini perundingan diadakan antara Barack Obama presiden AS dengan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hasilnya adalah buntu. Bukan rahasia
lagi cengkraman lobi Zionis begitu kuat di Negri paman Sam sehingga mampu
menyetir kebijakan Pro Zionis.
Tentunya AIPAC lah yang mengorganisir. Di AS
jumlah anggota Kongres Amerika dari Yahudi berjumlah 13 orang dari 101 total
anggota Kongres Amerika. Padahal persentase Yahudi di sana di bawah 2%.
Sementara di parlemen Amerika Yahudi memiliki perwakilan 30 orang “tulis harian
era muslim”. Selain itu Zionis mampu membiayai setiap anggota Kongres maupun
Parlemen untuk mencalonkan diri dengan syarat yang telah ditetapkan.
Saya
tertegun membaca buku Salah seorang mantan anggota kongres Amerika Paul Findley
dengan judul Diplomasi Munafik Zionis Israel yang menjabarkan hubungan mesra
antara AS dan Israel menjawab semua omong kosong dengan fakta. Bahkan AS
memberikan bantuan financial cuma-cuma kepada Israel hingga miliaran dollar
pertahun. Selain itu yahudi hampir menguasai bisnis di AS bahkan dunia (Anton
Ramadhan 2009). Belum lagi Zionis menguasai hampir semua media massa di
Amerika, bahkan TV Aljazera Qatar, yang konon mampu menyangi BBC dengan jumlah
50 juta pemirsa terancam akan dibeli oleh konglomerat Israel yang pro PM
Benjamin Netanyahu karena TV Al Jazera mengalami ganguan financial (baca harian
mesir al Mesryoon edisi rabu 7/10).
Apa yang harus kita lakukan? Salah satu solusi
nya yang pertama adalah Persatuan yang merupakan barang sangat
mahal di Negara muslim dari perbedaan sekte hingga kepentingan pragmatis masih
menjadi tembok penghalang pemersatu Negara Muslim. Alangkah tepat ungkapan Nabi
agung Muhammad Saw “Berbagai bangsa akan mengerubuti kalian sebagaimana
orang-orang rakus mengerubuti makanan”. Seseorang bertanya, “Apakah
karena jumlah kami sedikit pada saat itu?” Rasul Saw menjawab, “Kalian pada
saat itu bahkan berjumlah banyak. Akan tetapi, kalian seperti buih di lautan.”
[HR. Abu Dawud & Ahmad].
Saya
tidak dapat membayangkan sekaliber Taliban mampu bertahan selama 8 tahun dari
serangan 40 negara dan mampu menawaskan ribuan pasukan NATO. Bahkan Menteri
Pertahanan AS Robert Gates dan Kepala Staff Pasukan Gabungan AS Mike Mullen di
hadapan Komite Militer DPR AS mengaku kewalahan menghadapi Taliban
(suaramedia.com11/08).
Belum
lagi dengan Hizbullah yang memiliki integritas tinggi sehingga mampu menghancur
Kapal Perang, tank Markava andalan Israel pada saat perang 33 hari, prestasi
yang tidak pernah atau tidak mampu dilakukan oleh negara Arab pada saat perang
Arab-Israel 1948. Tak salah ungkapan Imam Ali Khamenei Pemimpin Tertinggi
Spritual Iran “Hizbullah mampu menertawakan Israel”.
Tzipi Livni Menteri luar negri pada waktu itu
mengeluarkan Statmen tak satu pun Negara di dunia ini yang mampu melucuti
Hizbullah. Hal ini semakin menguatkan thesis saya jika persatuan itu terjadi
akan menghasilkan kekuatan yang sangat diperhitungkan.
Kedua
adalah penguasaan Teknologi, Francis Bacon dalam essaynya menyatakan siapa yang
menguasai teknologi maka ia menguasai dunia. Kaum muslim pernah mencapai
kejayaannya dibidang teknologi salah satu contoh pada abad ke 7 Jabir bin
Hayyan dengan Kitab Kimya (orang pertama yang menggunakan istilah tersebut)
dalam bahasa inggris The Book of the composition of alchemy mengeluarkan teori
pemisahan unsur yang lebih mendahului John Dalton dan Kitab tersebut digunakan
sebgai teks dieropa hingga abad ke 18 sejak setelah itu barulah eropa mengalami
revolusi (Muhammad Razi : 2005) .
Belum lagi al Khwarizmi penemu angka Nol, Ibnu
Sina (980-1037) dibidang kedokteran dengan kitab Qonun fi Al Tibs bahkan kopi
pertama kali dibuat di Yaman pada sekitar abad ke-9. Pada awalnya kopi membantu
kaum sufi tetap terjaga ibadah larut malam (inilah com 3/10).
Namun
sayang memasuki abad ke 20 kaum muslim mengalami kemandegan dalam bidang
teknologi. Penyebab yang paling popular adalah hancurnya salah satu
perpustakaan di Bagdad akibat serangan bangsa Mongol.
Selain itu Saya berpendapat memasuki abad ke
19 adanya penyempitan makna dalam penggunaan kata ulama, Quraish Shihab dalam
Buku Membumikan AlQur’an menjelaskan bahwa kata ulama pada saat ini hanya
diartikan seorang yang menekuni disiplin ilmu dibidang Agama. Berbicara
mengenai Kata Ulama tidak lepas dari surah Fathir ayat 28 : Sesungguhnya
yang takut (Kasyyah) kepada Allah di antara hamba-hamba Nya hanyalah ulama.
Quraish
Shihab menyatakan mempelajari disiplin ilmu apapun selain Agama sepanjang
menimbulkan Kasyyah atau rasa takut kepada Allah dapat dikategorikan Ulama.
Tentunya implikasi penyempitan makna ulama berpengaruh terhadap iklim pengembangan
Teknologi yang dianggap bukan domain yang mampu mendekatkan diri kepada Allah.
Lebih lanjut Quraish shihab menyatakan
dalam konteks ini Yaitu “secara Inspiratif Al Qur’an telah mendorong umat Islam
untuk maju, terutama untuk menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan, cukup
banyak ayat yang menyebutkan tentang Astronomi, Biologi, Fisika, Sejarah,
Geografi dan sebagainya sebagai tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang harus
diselidiki oleh manusia sejarah pun mencatat bahwa umat Islam berhasil mengembangkan
ilmu pengetahuan pada abad pertengahan karena dorongan AlQur’an”.
Namun
kemandegan tersebut sedikit melegakan tak kala Prof Abdus Sallam Ilmuwan Muslim
Pertama asal Pakistan pada tahun 1979 mendapatkan Penghargaan Nobel Fisika
untuk sumbangan teori pada persatuan lemah dan interaksi elektromagnetik antara
unsur dasar, termasuk, inter alia, perkiraan arus netral lemah (wikipedia.org).
Juga
Dr Abdul Qadeer llmuwan paling ditakuti AS dalam teknologi pembuatan senjata
nuklir yang terkenal dengan sebutan bapak Nuklir Pakistan. Dr Abdul Qadeer
hanya memerlukan enam tahun untuk membawa Pakistan ke peta nuklir dunia (Cyber
Sabili.com).
Yang ketiga menimalisir produk Zionis yang merupakan salah satu
sumber penghasilan untuk memperkuat cengkramannya atas dunia, dalam hal ini
Adian Husaini berkomentar Perjuangan melawan hegemoni Yahudi dan kroninya
adalah perjuangan panjang dan membutuhkan keseriusan, ilmu dan kesabaran
“Sangatlah sulit dibayangkan, bagaimana kaum Muslim mau melawan Yahudi,
sedangkan untuk air minum saja, umat Islam masih merasa nyaman mereguk air
kemasan produk Yahudi.
Oleh karena itu saya sangat menyakini bahwa
dengan persatuan kuat antar negara muslim dan penguasaan teknologi yang mampu
menciptakan kemandirian serta meminimalisir Produk Yahudi sehingga sangatlah
sulit bagi Zionis dengan dukungan AS untuk melakukan kesewenang-wenangan
terhadap bangsa Palestina.