Oleh:
M. Jamil
Pasca tertembaknya pesawat Phantom
F4 (22/6) milik Turki oleh militer
Suriah hubungan antara kedua negara semakin retak dan memicu kemarahan pihak
Ankara. Kedua belah pihak memberikan berbagai argumen, mentri luar negri
Turki Ahmet Davutoglu mengeluarkan
tiga butir argumen; yang pertama pesawat Phantom Turki ditembak di wilayah
udara internasional yang berjarak 24 km dari garis pantai Suriah. yang kedua ia menegaskan bahwa Pesawat tempur
tersebut tidak dilengkapi dengan persenjataan dan merupakan pesawat pengintai
dan yang terakhir pesawat tempur tersebut ditembak tanpa peringatan terlebih dulu. Pihak
Suriah sebaliknya beragumen bahwa pesawat tempur tersebut telah masuk kedalam
wilayah kedaulatan Suriah dan terdeteksi sebagai target yang tidak dikenal
sehingga memerlukan respon pencegahan.
kemudian Menteri Informasi Suriah Omran Al Zubi kepada
televisi berita Turki, A Haber, menyampaikan pesan damai, menegaskan bahwa
Pesawat tempur milik Turki sangat mirip dengan pesawat tempur Israel yang nota
bene musuh bebuyutan Suriah. Pernyataan
Omran Al Zubi tidak menyentuh tentang pesawat tempur tersebut masuk atau tidak kewilayah Suriah. Harian
Wall Street Journal melansir bahwa pesawat tempur Turki jatuh dan di tembak di
wilayah Suriah. ‘’ siapa sumbernya?’’
teriak perdana menteri Turki Recep Tayip Edogan dengan emosional dan menantang Harian Wall
Street Journal untuk membuktikan seperti
di lansir oleh Harian Turki Hurriyet daily (02/07/12) saat berada di
Anatolia provinsi Kayser . Erdogan
bersikukuh bahwa pihak Suriah lah yang bersalah menembak Pesawat tempur Turki di
wilayah perairan internasional. Menarik beberapa Harian seperti Hurriyet daily juga melansir laporan
dari Intelegen AS bahwa pesawat tempur Turki telah masuk kewilayah Suriah
begitu juga harian Rusia Today yang melansir pernyataan militer Rusia yang
menyatakan pesawat tempur Turki memasuki wilayah Suriah. bahkan Presiden Turki
Abdullah Gul sebelumnya memberikan pernyataan bahwa pesawat tempur Turki lah
yang memasuki wilayah Suriah.
Menanggapi penembakan Pesawat tempurnya
Turki melakukan dua langkah awal pragmatis; yang pertama membahas permasalahan tersebut
dalam pertemuan darurat NATO di Brussel (26/6). Mengingat Turki merupakan anggota NATO maka Turki
menggunakan pasal 4 perjanjian pembentukan NATO, yang memberikan hak kepada
setiap Anggota untuk melakukan inisiatif pembahasan mengenai keamanan wilayah
territorial mereka. Jika peristiwa penembakan di kategorikan sebagai
penyerangan terhadap Turki maka pasal 5
perjanjian pembentukan NATO memicu untuk diterapkan yaitu serangan militer sepihak terhadap
Suriah tanpa restu dewan keamanan PBB. Sekretaris Jenderal Anders Fogh Rasmussen Dalam
pertemuan tersebut hanya mengecam tindakan Suriah melakukan penembakan Pesawat
tempur Turki seperti di lansir oleh harian China Post, Anders Fogh Rasmussen menyatakan ‘’Keamanan dari aliansi ini adalah tak
terpisahkan. Kami berdiri bersama dengan Turki dalam semangat solidaritas kuat.
Kami menganggap tindakan ini tidak dapat diterima dan sangat mengutuk peristiwa
tersebut”. Hasil akhir dalam pertemuan
di Brussel pembahasan penggunaan pasal 5 tidak begitu mengemuka oleh anggota
NATO. Begitu juga dalam situs Resminya, NATO tidak membahas wacana penggunaan pasal 5 perjanjian
pembentukan NATO.
Di sela-sela pertemuan di Brussel NATO
juga menolak usulan Turki terhadap penerapan Zona larangan terbang di wilayah
Suriah yang merupakan salah satu jalan menuju eskalasi Militer. Seperti yang dilansir
oleh harian Turki Hurriyet Daily menyatakan seluruh anggota Aliansi NATO
menolak usulan Turki terkait penetapan zona larangan terbang di Suriah. seorang
diplomat menyatakan Untuk membuat zona larangan terbang memerlukan sejumlah
besar jet tempur dalam pertempuran dan
tentu saja kita harus siap untuk menerima kerugian.
|
Truk militer Turki membawa baterai rudal di selatan provinsi Hatay 28/06 (foto; Pres TV) |
kedua
Turki
melakukan eskalasi militer di wilayah perbatasan dengan mengirimkan pasukan
darat, system rudal, hingga pengerahan 6 unit pesawat tempur F 16.
Sebuah sumber militer rusia-seperti
yang dilansir oleh harian Hurriyet Dailly- menyatakam "Tindakan pesawat
Turki itu tidak diragukan lagi merupakan
provokasi. Jika tidak bagaimana Anda menjelaskan kenyataan bahwa 2 buah
jet tempur terbang melintas, meskipun singkat
ke wilayah udara Suriah Para kru hanya memiliki satu motif yaitu - untuk
menguji kesiapan sistem pertahanan udara
Suriah dan itu memang ujian mereka-tertembak. Dan juga untuk melakukan
pengintaian mengenai kekuatan dan kemampuan dari sistem pertahanan udara Suriah
dari arah pantai-mediterania”.
|
S300 anti missil buatan Rusia |
Oleh karena itu terdapat beberapa
hal yang melatarbelakangi Turki
melakukan hal tersebut yang pertama
adalah menguji system anti pertahanan Suriah. Pasca pengeboman reactor nuklir
Suriah oleh Israel pada tahun 2007, suriah telah meningkatkan kemampuan
pertahanan udaranya. Kemungkinan besar Suriah telah menggenggam S300 atau SA
10-istilah yang digunakan NATO- yang tak lain merupakan system pertahanan udara
paling ampuh yang mampu melacak hingga 100 target dan menembaknya secara
bersamaan, baik Pesawat tempur maupun
rudal Balistik dengan menembak Target dengan rudal. Profesor James
Fetzer menyatakan “Suriah telah memperoleh peralatan militer yang sangat
canggih termasuk baterai anti-rudal dan anti-pesawat yang mampu menembak jatuh
rudal jelajah dan ICBM-jika terjadi penyerangan oleh pasukan NATO, mereka akan
akan kehilangan pesawat di kanan dan di sebelah kiri-wilayah suriah. harian
Israel arutz sheva (24/11/12) menyatakan bahwa Rusia sudah mengirim Suriah S300
dan seorang teknisi Rusia yang di angkut
melalui kapal perang Rusia. para pejabat keamanan Amerika seperti di kutip
harian- Seatletime mengatakan bahwa
jatuhnya pesawat jet Turki menunjukkan militernya mampu memasang pertahanan canggih
melawan musuh potensial dengan demikian sulit meng intervensi Suriah dengan
cara yang digunakan pada Libya. Namun jatuhnya pesawat Turki bukan dikarenakan
ditembak menggunakan S300, seperti yang diungkapkan oleh Presiden Bashar Assad
yaitu dengan system antipesawat yang sangat kecil-kemungkinan SA 7-Harian
Yediot Ahrnot melansir pernyataan pakar milliter yang menyatakan pesawat tempur
Turki di tembak dengan menggunakan persejataan dari Iran.
Yang kedua sebagai dallih untuk
melakukan intervensi militer terhadap Suriah dengan Turki sebagai Kuda Hitam.
Mantan agen CIA Philip Giraldi menyatakan Turki sebagai wakil dari AS, NATO yang bermain secara sembunyi-sembunyi
di Suriah. Menteri luar negeri Ankara, Ahmet Davitoglu, telah secara terbuka
mengakui bahwa negaranya siap untuk menyerang segera setelah ada kesepakatan di
antara sekutu, Barat untuk melakukannya. Jauh sebelumnya para peneliti global
research telah meramalkan Turki akan dijadikan kuda hitam dalam krisis Suriah.
Sebelumnya Turki telah terlibat jauh dalam mencampuri dan ikut terlibat dalam
kerusuhan di Suriah ungkap Prof. Micheal Chossudovsky. Prof. Micheal Chossudovsky menyatakan Turki
telah memasok senjata untuk suatu entitas yang terlibat dalam kejahatan
terhadap kemanusiaan dan pembunuhan warga sipil di Suriah, yang kemudian
disalahkan pada pemerintah Suriah. untuk menguatkan argumennya Prof. Micheal
Chossudovsky kembali menegaskan “Ini telah didokumentasikan dalam berbagai
laporan bahwa pembunuhan warga sipil adalah pekerjaan AS / NATO pasukan maut
disponsori, yang dilepaskan di dalam wilayah Suriah”. Turki lebih efektif
sebagai kuda hitam di bandingkan Israel dikarenakanTurki merupakan bagian dari
anggota NATO, sehingga memicu NATO untuk ikut andil dalam krisis Suriah, di
tambah lagi dengan letak geografis Turki yang berbatasan langsung dengan Suriah
digunakan untuk memancing eskalasi militer di Suriah. jika menggunakan Israel
tentunya akan membangkitkan kemarahan umat islam dan tidak mendapat simpatik
dikalangan umat islam. Prof. Micheal
Chossudovsky menyebut Turki sebagai Pelayan setia bagi Amerika dan Israel,
begitu juga Presiden Bashar Assad yang menilai Turki sebagai pelayan Israel dengan
menempatkan system anti rudal NATO diwilayah Turki.
|
Presiden Bashar Assad saat di waancarai oleh harian Turki Cumhurriyet (foto:Cumhurriyet) |
Menanggapi maneuver Turki, Presiden
Bashar al Assad dalam wawancara dengan harian Turki Cumhurriyet (3/06) menyatakan
“Serangan terhadap kita, di tanah kami akan dianggap sebagai serangan
terhadap Suriah. Ketika sesuatu seperti itu terjadi kami akan menilainya, tapi
saya harap tidak akan terjadi seperti itu”. Dalam wawancara tersebut Assad
sekali lagi menegaskan bahwa pesawat tempur Turki telah terbang rendah-mungkin
strategi untuk menghindari radar- dan memasuki wilayah Suriah yang merupakan
Rute yang pernah dilalui Israel sebanyak 3 kali. Untuk membuktikan dan menguatkan argumennya
Bashar menyatakan bahwa pesawat tersebut ditembak dengan menggunakan system
antipesawat yang sangat kecil dengan jarak tembak sekitar 2,5 km. Pernyataan Presiden
Bashar al Assad langsung di bantah oleh Menteri luar negeri Turki Ahmet
Davutoglu seperti dilansir oleh harian hurriyet daily (5/6) dan menyebut Bashar
assad berbohong dan mengulangi secara tegas bahwa pesawat tempur Turki tidak
memasuki wilayah Suriah.
Tantangan terbesar bagi Turki,
NATO dan AS adalah Rusia dan Iran dalam krisis suriah. mereka menyadari bahwa
Rusia dan Iran tidak akan tinggal diam menghadapi setiap agresi yang dilakukan
terhadap Suriah. Rusia secara konsisten mendukung Bashar Assad dan menentang
setiap agresi militer terhadap Suriah. konon Vladimir Putin telah menempatkan divisi 76 pasukan udara,
Divisi Tentara ke15, serta pasukan khusus dari Brigade dari armada Laut Hitam,
yang memiliki basis di Suriah pelabuhan Tartus. Dukungan Rusia kepada Suriah
dikarenakan letak strategisi suriah yang berbatasan dengan Turki, Irak,
Libanon, Israel dan merupakan salah satu benteng terakhir setelah Iran mengingat
Amerika ‘’telah menguasai timur tengah’’ dengan menempatkan menempatkan 44
pangkalan militernya di wilayah timur tengah seperti di Pakistan, Kuwait,
Bahrain, Qatar, Turki, Uzbekistan, Kyrgyzstan, Arab Saudi, Oman dan
Turkmenistan. Jika benteng terakhir tersebut di rebut oleh AS dan Sekutu sangat
sulit bagi Rusia dan China membendung eskalasi militer AS, sekutu dan
menempatakan posisi Rusia dan china terkepung.
|
Bashar Assad saat kunjungannya ke Iran (foto;AP) |
Mengenai dukungan iran terhadap
suriah sangat pasti dan tanpa keraguan. Iran dan suriah menandatangani
perjanjian pertahanan pada tahun 2005. Iran yang nota bene berbatasan langsung
dengan Turki pernah mengancam untuk menyerang Turki jika Amerika dan Israel
menyerang Iran. Uji coba rudal dengan kecepatan tinggi dalam latihan perang
great prophet 7 baru-baru ini di klaim oleh militer iran sanggup menembus
system pertahanan udara NATO ditengah meningkatnya ketegangan antara suriah dan
Turki. James Fetzer mengklaim bahwa Iran memiliki rudal anti kapal canggih di
dunia yang bisa menenggelamkan setiap kapal di Teluk [Persia] atau di
Mediterania.
|
Suriah Scud missile yang mampu membawa hulu ledak kimia |
Kekuatan militer Suriah dari segi personel dan
peralatan militer tidak dapat diremehkan. Mitchell
Bard dalam artikelnya mencatat bahwa suriah memiliki 380.000 personel
laki-laki, dengan 130.000 pasukan cadangan memiliki Persenjataan sekitar 3.700
tank dan pesawat tempur 510 buah-setara
dengan kepemilikan pesawat Israel. Menurut Mitchell Bard suriah memiliki rudal
Scud-D baru yang mampu membawa senjata kimia, yang dikembangkan dengan bantuan
Korea Utara, yang memiliki jangkauan 300 mil
dan cukup untuk menutupi semua orang israel- dan tentunya juga Turki. setidaknya
terdapat Sembilan kali perperangan yang telah dilakukan oleh militer Suriah.
selain itu para pengamat menyakini dan menempatkan Suriah dengan kapasitas
pemilikan senjata dengan hulu ledak kimia terbesar di dunia seperti dilansir
oleh harian VOA (22/06). Selain tantangan Rusia dan Iran serangan terhadap
Suriah juga akan menyeret Hizbullah di Libanon. Hizbullah memiliki puluhan ribu
rudal dan roket dan sangat setia kepada Iran dan Suriah
AS dan NATO hingga kini belum
memberikan pernyataan resmi akan melakukan intervensi militer terhadap Suriah
seperti libya, mungkin salah satunya terkait pertimbangan di atas. Seorang
pengamat Timur tengah dengan nada mengejek mengungkapkan AS tidak akan berani
menyerang Suriah dan Iran karena AS hanya berani terhadap negara yang lemah
seperti Afganistan, Irak dan Libya. Turki tidak akan mulai menyerang Suriah
karena pertimbangan-pertimbangan di atas, jika pun sewaktu-waktu itu dilakukan
Turki tidak akan berani sendirian dan memastikan terlebih dahulu dukungan AS
dan NATO .